DASAR-DASAR PENGETAHUAN PETA
B
A B I
P E
T A
1. PENGERTIAN
Peta adalah
gambaran dari permukaan bumi yang dibuat dengan skala tertentu dan digambarkan
dalam bidang datar. Menurut Erwin Raisz
peta adalah gambaran konvensional dari permukaan bumi, yang diperkecil sebagai
kenampakannya jika dilihat dari atas dengan ditambah tulisan-tulisan sebagai
tanda pengenal.
Menurut ICA
(International Cartographic Association)
peta adalah suatu representasi/gambaran unsur-unsur atau
kenampakan-kenampakan abstrak, yang dipilih dari permukaan bumi, atau yang ada
kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, dan umumnya
digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan.
Oleh karena
variasinya sangat kompleks untuk menyajikan aspek keruangan, tidak mudah
mendefinisikan peta, sehingga dapat mencakup semua pengertian secara jelas
untuk semua konteks. Di bidang
kartografi (ilmu peta) secara konvensional/tradisi kata peta memerlukan
beberapa keterbatasan yang penting, yaitu
:
-
Hubungan
yang jelas secara matematikal antara obyek-obyek yang ditunjukkan, misalnya
jarak, arah, luas.
Saling hubungan di atas dalam penyajiannya
dinyatakan dengan skala.
-
Peta
pada umumnya dibuat pada suatu bidang datar, karena pada medium yang datar ini
peta mudah digambar dan dibawa. Globe
kadang-kadang juga dapat disebut peta, walaupun medium ini berupa bidang
lengkung dan ini suatu pengecualian, namun model ini tidak praktis karena tidak
mudah dibawah kemana-mana.
-
Suatu
peta hanya dapat menunjukkan beberapa fenomena geografis yang dipilih, pada
umumnya juga perlu digeneralisasi, antara lain dengan :
§ Penyederhanaan
§ Klasifikasi
§ Penghilangan
§ Pembesaran
Peta yang digambar
dengan bantuan komputer disebut peta digital dan disimpan dalam CD, disket
hardisk dan dengan bantuan layar monitor komputer dan/atau LCD dapat
ditayangkan petanya.
2. KLASIFIKASI PETA
1.
Klasifikasi
peta berdasarkan skalanya :
a. peta
kadaster, berskala 1 : 100 – 1 : 5000
b. peta
berskala besar, berskala, 1 : 5000 – 1 : 250.000
c. peta
berskala sedang, 1 : 250.000 – 1 : 500.000
d. peta
berskala kecil, 1 : 500.000 ke atas
2.
Klasifikasi
peta berdasarkan isinya :
a. peta umum
(general maps), yaitu peta yang memberikan gambaran umum atau
kenampakan-kenampakan yang bersifat umum (fisis dan kultur) pada suatu daerah
tertentu. Peta umum terdiri dari :
a)
peta topografi, yaitu peta umum berskala besar, biasanya 1 : 50.000 atau 1 : 125.000
b)
peta chorografi, yaitu peta umum yang berskala besar, berisikan
kenampakan-kenampakan yang bersifat umum dan global dalam daerah yang
luas. Biasanya banyak digunakan untuk
keperluan militer, master plan dan sebagainya.
Peta pulau Sulawesi, Pulau Jawa dll
termasuk peta chorografi.
c)
Peta dunia, yaitu peta umum berskala kecil, menggambarkan seluruh dunia dalam
satu peta.
b. Peta tematik
(peta khusus, special maps)
Adalah peta
yang menggambarkan kenampakan tertentu dari suatu wilayah. Misalnya peta iklim, peta vegetasi, peta
penyebaran penduduk, peta bahasa dan sebagainya.
3.
Dari
segi bentuk peta dibedakan atas :
a. peta timbul
(peta relief) : peta yang dibuat berdasarkan bentuk permukaan
bumi yang sebenarnya; semacam miniatur.
Misalnya gunung/pegunungan, dataran tinggi, dataran rendah, lembah dan
sebagainya.
b. Peta datar
(peta biasa), yaitu peta yang dibuat pada satu bidang datar, misalnya pada
kertas.
c. Globe, yaitu
peta dunia yang dibuat pada permukaan bola (tiruan bumi, miniatur bola bumi).
d. Peta
digital : peta yang ditayangkan pada layar monitor komputer,
LCD, televisi.
3. MEMBACA DAN MENAFSIRKAN PETA
Untuk
membaca dan menafsirkan peta perlu adanya beberapa syarat yang perlu dimiliki
oleh pembaca peta, antara lain :
a. Kemampuan
untuk membayangkan. Hal ini dimaksudkan
bahwa pembaca peta hendaknya mempunyai kemampuan untuk membayangkan segala
bentuk kenampakan yang ada pada peta dengan keadaan yang sesungguhnya di
lapangan. Misalnya pada suatu peta –
dengan melihat symbol yang ada – dapat ditafsirkan bahwa daerah itu adalah
pegunungan api (gunung api) sebab sungai-sungai yang ada pola alirannya radial,
mengarah ke segala arah. Bahwa dibagian
hulu sungai merupakan daerah yang tinggi, sementara dimuara merupakan daerah
yang rendah. Pembaca peta juga dapat
mengatakan daerah itu adalah daerah kota
sebab adanya kenampakan kultur yang bersifat kota, misalnya jaringan jalan yang rapat,
dll.
b. Ketajaman
menganalisis, yaitu kemampuan seseorang / si pembaca peta untuk menganalisis
atau menghubungkan antar gejala kenampakan yang digambarkan dalam peta. Baik kenampakan satu per satu ataupun
kenampakan secara keseluruhan, misalnya melihat sungai pada peta, dengan
melihat arah aliran dan bentuk daerahnya maka dapat menganalisa sungainya,
kira-kira tipe sungai apa dan pada stadium apa.
Dapat pula memperkirakan apakah sungai itu dapat dilayari atau tidak
dengan adanya symbol perkampungan di kiri kanan sungai.
c. Adanya
latihan yang teratur. Hal ini
dimaksudkan agar pembaca peta membiasakan diri dengan melihat langsung ke
lapangan segala kenampakan yang ada dalam peta.
Hal ini penting sebab selain berguna untuk checking juga membantu dalam
analisis peta.
d. Memiliki
pengetahuan umum yang luas. Pengetahuan
umum yang luas yang dimiliki pembaca peta akan sangat membantu dalam
tugasnya. Misalnya, untuk membaca peta
statistik, jika yang bersangkutan mengetahui ilmu statistik maka hal ini sangat
membantu.
e. Pengetahuan
tentang proyeksi peta, perlu dimiliki oleh pembaca peta, sebab dengan
mengetahui proyeksi peta si pembaca akan mengetahui kesalahan-kesalahan daerah
yang tergambar. Dengan demikian si
pembaca peta akan dapat memilih peta-peta dengan proyeksi yang cocok untuk
daerah-daerah tertentu di permukaan bumi.
Selain
syarat-syarat yang perlu dimiliki oleh si pembaca peta, maka di dalam membaca
peta perlu juga memperhatikan unsur-unsur yang ada pada peta. Sebab jika tidak, maka dapat terjadi
kesalahan dalam membaca peta.
4. UNSUR-UNSUR PETA
Unsur-unsur
peta yang perlu diperhatikan adalah :
a. Judul Peta
Judul peta
mencerminkan isi dan tipe peta. Dari
judul peta dapat diketahui data yang digambar dan terletak di mana data
tersebut. Dapat pula diketahui apa
fungsi peta yang bersangkutan.
b. Indeks Peta
dan Inset Peta yang berskala kecil
Indeks peta
diperlukan untuk mengetahui lokasi daerah yang tergambar terhadap daerah
sekitarnya, khususnya peta-peta seri atau peta yang bersambungan, misalnya peta
topografi, peta pertanahan, peta saluran pengairan dll. Inset peta umumnya berskala kecil, berfungsi
sebagai penunjuk lokasi daerah yang dipetakan yang belum banyak dikenal oleh
umum.
c. Skala peta,
yaitu perbandingan jarak antara dua titik yang terdapat pada peta dengan jarak
yang sebenarnya di lapangan secara horizontal/mendatar. Penulisan skala peta ada dua macam, yaitu
skala nomor atau skala angka, misalnya 1 : 2.000 dibaca 1 cm di peta = 2.000 cm
atau 20 m di lapangan dst. Dan skala grafik ditunjukkan dengan garis atau
grafik perbandingan, misalnya cm di peta dengan km di lapangan.
Contoh :
- Skala
grafik:
|
0 2 4 6 8 10
12 14 km
- Skala angka:
= Skala 1 : 200.000
Peta-peta
berskala besar, biasanya memuat kenampakan-kenampakan yang bersifat detail pada
suatu daerah yang sempit. Pada peta yang
berskala kecil memuat kenampakan yang bersifat global pada suatu daerah yang
luas. Jadi kalau kita menghendaki
gambaran umum dari suatu daerah tertentu diperlukan peta yang berskala kecil.
d. Sumber dan
Pembuat Peta
Peta sebagai
media informasi geografi, maka data yang tergambar di dalamnya harus dapat
dipertanggungjawabkan. Ada
taraf kepercayaan mengenai kapability lembaga atau siapa yang pembuat petanya.
e. Tahun
Pembuatan
Tahun
pembuatan peta penting diketahui untuk pertimbangan tentang aktualitas data
atau informasi yang digambarkan.
f.
Proyeksi
peta, perlu diketahui untuk mengetahui ketepatan jenis proyeksi yang digunakan
untuk menggambarkan suatu permukaan bumi pada bidang datar dengan tingkat
kesalahan sekecil mungkin. (Proyeksi
peta akan diuraikan tersendiri).
g. Orientasi
Peta
Orientasi
peta atau penunjuk arah pada umumnya di Indonesia menggunakan orientasi Utara. Pada peta yang tidak mencantumkan petunjuk
arah, berarti bagian atas dari peta tersebut adalah utara, bagian kanan timur,
bagian bawah selatan, dan bagian kiri adalah barat. Ada
juga peta yang berorientasi barat, yang berarti bagian atas dari peta adalah
barat. Tidak ada ketentuan untuk ini, yang ada hanya kebiasaan.
h.
Legenda
Legenda
adalah keterangan tentang simbol-simbol yang digunakan dalam peta.
5. S I M B O L
Simbol
adalah salah satu alat untuk mengadakan komunikasi. Simbol merupakan penyajian informasi dengan
menggunakan gambar/grafis. Bahasa peta
adalah bahasa symbol dan penyajian gambar berarti penyajian informasi serta apa
arti unsur yang diwakilinya.
Simbol-simbol peta dapat dibedakan menurut bentuk dan menurut
artinya :
a. Menurut
bentuknya, simbol terbagi atas :
(a) Simbol titik (point
symbols)
Simbol titik
digunakan untuk menyatakan lokasi atau bentuk unsur-unsur lain yang erat
hubungannya dengan skala peta. Pada
skala peta 1 : 1.000.000 misalnya, bentuk suatu kota (mungkin) diwakili oleh simbol titik,
tetapi sebaliknya pada peta yang berskala 1 : 1.000 suatu kota (mungkin) diwakili oleh simbol bidang
area (area symbols)
(b) Simbol garis (line
symbols)
Simbol garis digunakan untuk
mewakili unsur-unsur yang berbentuk garis, seperti garis pantai, sungai, jalan,
batas hutan, batas administratif dan sebagainya.
(c) Simbol bidang (simbol
luas, area symbols)
Simbol
bidang digunakan untuk mewakili unsur-unsur yang berbentuk luas/bidang, lahan,
seperti areal persawahan, hutan, daerah kabupaten “A” dan sebagainya.
b. Menurut
artinya, symbol terbagi atas :
(a) Simbol kwalitatif, menyatakan
identitas atau melukiskan keadaan asli dari unsur-unsur di permukaan bumi,
dihubungkan dengan kwalitas atau wujud dari unsur yang diwakilinya.
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
||||
|
(b)Simbol
kwantitatif
menyatakan identitas atau menunjukkan besaran/jumlah/banyaknya anggota dari unsur
yang diwakilinya.
Biasanya
pada symbol kwantitatif mempunyai besaran yang pembandingnya (key) dapat dibaca
dari legenda peta. (lihat gambar). Simbol kwantitatif ini dapat juga
berbentuk : titik, garis dan luas.
Contoh
:
1000 mm 1.0000
– 2.000mm 2.000 – 3.000 mm
Judul: “Curah hujan rata-rata per tahun di provinsi A”
< 1.000
1.000 – 2.000 > 10.000
Judul:
Besarnya Jumlah Penduduk pada Kota-kota Penting
di Propinsi
A Tahun 1996
|
Umumnya data
statistik merupakan data kwantitatif sehingga symbol yang digunakan juga adalah
symbol kwantitatif. Peta semacam ini
disebut peta statistik (Gbr. 1).
Nama
Unsur yang
Digambarkan
|
S
i m b
o l
|
||||||||||||
Piktorial
|
Abstrak
|
Huruf
|
|||||||||||
Gedung Sekolah
Bengkel
Perkebunan
Pelabuhan
|
|
|
Gs
B
K
Pl
|
Gbr. 2. Simbol-Simbol Piktorial, Abstrak dan Huruf
Baik symbol
kwalitatif maupun symbol kwantitatif dapat dibagi lagi atas :
-
symbol
pictorial (pictorial symbols) =
descriptive symbols
-
symbol
geometric (geometric symbols) = abstract symbols
-
symbol
huruf/angka (letter symbols)
= number symbols
1. Simbol Piktorial, yaitu simbol
yang melukiskan bentuk asli dari unsur yang diwakilinya.
Contoh :
Kwalitatif Kwantitatif
|
|
|
|
Keuntungannya : - Mudah dikenal
Kerugiannya : - agak
sulit menggambarnya
- letaknya tidak tepat betul pada titik/tempat
sebenarnya dimana unsur-unsur tersebut berada.
2. Simbol Geometrik, yaitu
symbol yang bentuknya geometris yang mungkin tidak ada kesamaan/hubungan bentuk
dengan unsur yang diwakilinya. Pembaca
peta harus melihat legenda untuk dapat memahami unsur apa yang diwakili oleh
symbol tersebut.
|
Keuntungannya : - Penggambarannya
sangat mudah
- Penempatan symbol sangat akurat pada lokasi
yang tepat.
Kerugiannya :
- tidak ada hubungan
visual antara symbol dengan unsur yang diwakilinya.
3. Simbol huruf/angka, biasanya digunakan dalam peta-peta
jenis tanah (soil), geologi, mineral dan debagainya.
Contoh : P Sch
Fe Ni
Au Cl 1
2 3 4
Keuntungannya : - Mudah dipahami (bagi orang yang biasa dengan
singkatan nama-nama zat kimia).
- Mudah digambar.
Kerugiannya :
- Penempatan lokasi symbol kurang
akurat.
- Mudah bergabung (berimpitan) dengan
huruf/angka lain sehingga membingungkan.
Ketiga
symbol ini (pictorial, geometric, huruf/angka) dapat digunakan untuk simbol
titik, garis, luas/bidang.
Disamping
data yang disajikan dalam peta dapat dibagi atas kwalitatif dan kwantitatif,
masih ada pembagian data yang lebih akurat.
Pembagian ini adalah sebagai berikut
:
-
nominal
scaling
-
ordinal
scaling
-
interval
scaling dan ratio scaling
Pembagian
level scaling ini akan menaikkan bobot nilai data yang disajikan dalam
peta. (Perhatikan pada halaman berikut).
Nominal scaling
data yang
pembagiannya hanya berdasarkan nilai kwalitatif. Hanya memberi nama dari unsur yang diwakili,
misalnya sekolah, mesjid, gereja, jalan, industri tekstil dan sebagainya.
Ordinal scaling
Data
dibedakan berdasarkan urutan rangking tanpa memberikan nilai dalam bentuk
angka. Pembagiannya agak global dan ada
hubungannya dengan ukuran, kepentingan, umur dan sebagainya. Umpamanya ukuran besar dan kecil, tua dan
muda, padat dan jarang, basah dan kering, mayor dan minor.
Interval scaling dan ratio scaling
Data
dibedakan tidak hanya dengan tingkatan dan urutan (ordering and rangking) tetapi juga dibagi berdasarkan kelasnya
sesuai dengan jumlahnya berdasarkan standar unit (a nominal classification + rangking + allocation of amount). Pada interval scaling titik nol (zero point) diambil sembarang. Jadi perbandingan suatu harga tidak mempunyai
arti yang sebenarnya.
Misalnya : suhu
200 C tidak sama pengertiannya 2 kali lebih panas dari suhu 100
C. Pengertiannya adalah 200 C
hanya lebih panas daripada 100 C.
Pada ratio
scaling titik nol adalah absolut (mutlak) dan perbandingan tiap-tiap kelas dan
harga aktual pada ratio scaling
adalah harga sebenarnya.
Misalnya : Berat
100 gr adalah sama dengan 2 kali berat 50 kg,
Rp. 500 adalah sama nilainya dengan 5 kali Rp. 100,-.
Kombinasi nominal, ordinal, ratio and interval scaling
dengan point line dan area symbols dapat dilihat pada gambar
tabel (Gbr. 5).
Penggunaan Simbol Warna Peta
Warna pada
simbol-simbol peta dapat dipakai untuk semua jenis simbol yang telah diuraikan
di depan. Selain akan menambah keindahan
peta (menarik perhatian) juga menambah kejelasan dan penonjolan-penonjolan
simbol dari unsur yang diwakilinya.
Pada simbol
titik, misalnya :
-
warna
hitam untuk kota
kecamatan (kota
kecil)
-
warna
merah untuk kota
kabupaten atau propinsi
Pada simbol
garis, misalnya :
-
warna
merah untuk jalan raya
-
warna
merah dan hitam untuk batas administratif (propinsi, kabupaten dan sebagainya)
Pada simbol
bidang (luas, area, kawasan), misalnya :
-
warna
hijau untuk dataran rendah
-
warna
kuning untuk dataran tinggi
-
warna
cokelat untuk pegunungan
-
warna
biru muda untuk laut dangkal, danau, rawa
-
warna
biru laut/tua untuk laut dalam
Secara
kwalitatif warna biasanya digunakan sebagai pembeda wilayah.
Keuntungannya : - mudah digambar
- indah dipandang (sepanjang komposisi warna
serasih)
Kerugiannya :
- tidak mudah diperbanyak,
tinggi biaya cetak atau foto copynya.
- tidak dapat di copy dengan foto copy hitam
putih.
6.
PENULISAN
NAMA-NAMA GEOGRAFI
Satu hal
yang tidak dapat dilupakan dalam peta adalah nama-nama geografi. Nama-nama geografi ini perlu dicantumkan
dalam peta karena nama ini dipakai sebagai identifikasi suatu perwujudan,
walaupun sebetulnya nama itu sendiri bukan bagian dari muka bumi. Prinsip penulisan huruf untuk nama-nama
geografi adalah sebagai berikut :
a. Nama wilayah
administrasi dan nama tempat, biasanya berwarna hitam, tetapi dapat pula
berwarna lain, misalnya kelabu, apabila merupakan bagian dari peta dasar dimana
informasi tematik dicetak diatasnya.
b. Nama bentuk
relief seperti pegunungan, gunung, bukit dengan huruf tipe italic hitam.
c. Nama
perairan / perwujudan air dengan tipe italic miring warna biru tetapi dapat
pula seperti no. 1.
Secara jelasnya dapat dilihat pada
table berikut :
Penggunaan Tipe Huruf untuk
Penulisan Nama-nama Geografi di Peta.
Huruf
Besar Tegak
|
Huruf
Besar Miring/Italik
|
Huruf
Kecil
Tegak
|
Huruf
Kecil Miring/Italik
|
NAMA
NEGARA
PEMBAGIAN
ADMINISTRASI (PROPINSI)
PULAU-PULAU
BESAR
KOTA-KOTA
BESAR
|
LAUTAN
LAUT
SUNGAI
BESAR
DANAU
BESAR
|
kota
desa
hutan
pulau
kecil
|
Sungai
Rawa
Danau
Telaga
Teluk
Selat
|
Perlu
dicatat bahwa apa yang termuat dalam tabel di atas bukanlah suatu peraturan
yang ketat tetapi merupakan penuntun.
Misalnya : dalam
peta Indonesia
Danau
Tempe ditulis dengan huruf kecil miring/italik : D.
Tempe, tetapi dalam peta Kabupaten Wajo (Sulawesi Selatan) ditulis
dengan huruf besar miring/italic : DANAU TEMPE.
Jadi dalam
lettering ini, tipe huruf, ukuran, spasi, penempatan, warna mempunyai makna dan
terkait dengan perwujudan unsur geografisnya, Di samping itu penampilan peta
dalam arti nilai seni pelukisnya berpadu dengan tujuan dan makna pesan
(informasi, data) yang dikandungnya.
Berikut
contoh-contoh penulisan nama geografi dapat dilihat pada gambar-gambar
berikut :
(A)
(B)
|
|
|||
|
||||||
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7.
PENGGUNAAN
PETA
Untuk
menggunakan peta secara baik perlu tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Tahap
membaca peta
b. Tahap
analisis peta
c. Tahap
interpretasi peta
Tahap
Membaca Peta
Pada tahap
pertama ini pengguna hendaknya mengidentifikasi simbol, membaca apa arti
simbol. Untuk ini pengguna harus mengetahui
terlebih dahulu bahasa peta.
Bahasa peta yang dimaksud adalah “informasi tepi” peta yang
meliputi : judul, nomor lembar peta (sheet), skala, orientasi, legenda atau
keterangan. Jadi, sebelum pengguna
mengartikan simbol-simbol yang ada pada peta, pengguna peta sebaiknya
mempelajari terlebih dahulu informasi-informasi tepi peta termasuk didalamnya
legenda.
Tahap Analisis Peta
Apabila
sudah mengetahui apa yang terdapat pada peta langkah selanjutnya adalah
mengukur atau mencari nilai dari unsur-unsur tersebut. Pada tahap ini diperlukan berbagai peralatan
untuk membantu menentukan nilai unsur yang bersangkutan, misalnya mistar, busur
derajat, lope (kaca pembesar) dan lain-lain.
Unsur-unsur
geografis yang digambarkan dalam peta dapat dikelompokkan menjadi :
a. Posisional,
yakni unsur-unsur yang tidak mempunyai dimensi perluasan, misalnya titik
ketinggian (triangulasi), sumur pengeboran, mata air, pusat pelayanan (kantor,
rumah sakit) dan sebagainya. Nilai dari
unsur ini dapat dilihat angka yang ada atau dihitung dengan menjumlahkan
titiknya.
b. Linier,
garis yakni unsur yang mempunyai perluasan pada satu sisi atau usur dimensi
satu, misalnya jalan, jalan kereta api, sungai, garis pantai dan
sebagainya. Untuk data liniear ini nilai
tergantung pada panjang pendeknya unsur yang digambarkan.
c. Unsur yang
mempunyai bentuk perluasan atau yang berdimensi dua nilai ditentukan berdasarkan
luasnya. Bahkan unsur yang berdimensi
tiga dapat ditentukan volumenya, misalnya volume waduk, jumlah curah hujan dan
sebagainya. Berapa m2, are,
ha, m3 dan sebagainya.
Dari tahap
ini didapatkan suatu nilai, ataupun suatu bentuk pola persebaran dari unsur-unsur
yang digambarkan. Jadi, dalam tahap
analisis peta ini, ciri utamanya adalah perhitungan ataupun pengamatan pola
keruangan.
Tahap Interpretasi Peta
Pada tahap
ketiga dalam penggunaan peta atau yang disebut interpretasi peta, pengguna
berusaha mencari jawaban MENGAPA dibagian tertentu terjadi pengelompokan (pola)
yang berbeda dengan pola di bagian lain pada peta yang sama.
Peta sebagai
rekaman lingkungan geografi baik fisik maupun sosial ekonomi sangat penting
bagi manusia, sebagai alat observasi.
Pengguna peta berbeda-beda menurut kepentingan pengguna yang
bersangkutan.
BEBERAPA
CONTOH PENGUKURAN DI PETA
Beberapa
contoh faktor/unsur yang dapat disadap dari peta dan cara pengukurannya, antara
lain sebagai berikut :
1. Jarak
|
|
lalu
diluruskan pada mistar, hasilnya dikalikan dengan angka skala.
2. Arah
Pembacaan
arah biasanya dinyatakan dengan sudut yang mengambil garis utara – selatan
sebagai garis pangkal dan diikatkan pada satu titik atau tempat yang
diketahui. Tentang garis pankal ini
dapat diambil salah satu dari tiga arah utama yang diketahui yakni utara
geografi (utara meridian/utara yang sebenarnya), utara magnetis (utara kompas)
atau utara grid. Tetapi karena penentuan
arah di lapangan pada umumnya dilakukan berdasarkan kompas, maka diambil utara
magnetis sebagai pangkalnya.
Ada dua macam
cara untuk menyatakan arah :
- Bearing
Sudut arah
diukur dengan garis pangkal utara atau selatan ke arah barat atau timur sebesar
0 – 900.
|
|
|||||
|
|||||
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
-
Azimuth
(lingkaran kaki langit)
Dengan cara ini sudut arah diukur
mulai dari utara searah jarum jam sebesar 0 – 360o.
Contoh :
|
|
|
|
||||
|
||||
3.
Lokasi
Cara menentukan lokasi dengan :
-
Paralel
dan meridian (= garis lintang dan bujur)
-
Jarak
dan arah
-
Jarak
dan jarak
-
Arah
dan arah
Dengan
Paralel dan Meridian
|
|
|
|
|
Dengan Jarak dan Arah
|
|
|||
Dengan Jarak dan Jarak
|
|
Contoh :
Lokasi P adalah (2000, 3000) maka lokasi P pada peta adalah seperti
pada gambar di samping.
|
4.
L u a s
Untuk
menghitung luas suatu daerah yang tidak beraturan bentuknya dapat diukur dengan
cara :
a. pembuatan
kotak-kotak pada peta
b. dengan alat
pengukur luas (planimeter)
Dengan Arah dan Arah
|
|||
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5.
Tinggi dan
Lereng
Untuk
mengetahui ketinggian suatu tempat dapat diketahui dengan melihat garis
kontur. Garis kontur adalah garis-garis
dengan interval tertentu yang menghubungkan titik-titik yang sama tingginya
(Gbr. 16).
Gbr. 16. Garis Kontur
Contoh : mencari
ketinggian dan lereng
Pertanyaan : berapakah
tinggi titik A ? dan berapakah besar lereng PQ ?
Jawab :
Melalui
titik A buat garis terpendek memotong dua garis kontur. Memotong kontur 300 m di B dan memotong
kontur 350 m di C.
Jarak B – C = 1,6 cm
|
Beda tinggi B dan C = 50 m
|
|
|
|
|
Dimana K =
x 50 m = 37,5 m
|
Jadi tinggi
titik A = 300 + 37,5 m
|
Untuk
menghitung lereng PQ
Jawab :
Jarak PQ di peta = 1 cm.
Skala peta 1 : 100.000, maka PQ di lapangan (1 x 100.000)
cm. Ini adalah jarak mendatar
(horizontal). Beda tinggi antara P dan
Q =
50 m. Dengan rumus tangen dapat
ditentukan lereng PQ
|
Tangen =
= 2,80
|
|
|
|
|
8.
PENGGUNAAN
PETA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
Bagaimana bumi
dimasukkan ke dalam kelas, adalah suatu hal yang mutlak mustahil. Atau, bagaimana kalau siswa diajak terbang
bersama satelit ke angkasa untuk melihat bola bumi dan bentuk-bentuk permukaan
bumi, jawabannya adalah belum bisa.
Penggunaan
peta sebagai alat peraga atau media pembelajaran sudah banyak tersedia di
sekolah-sekolah mulai dari SD sampai SLTP dan SLTA. Persoalannya terletak pada motivasi dan
kemampuan guru memanfaatkan peta yang sudah tersedia.
1.
Peta
Dinding
Peta dinding
tergolong peta umum yang memuat berbagai unsur geografi, baik unsur-unsur fisis
maupun social ekonomi.
2.
Atlas
Atlas adalah
kumpulan peta yang dibuat dalam bentuk buku.
Untuk dapat menggunakan Atlas secara maksimal, maka unsur-unsur dan
syarat-syarat Atlas berikut perlu diperhatikan
:
a. Judul Atlas.
b. Tahun
Pembuatan Atlas.
c. Daftar Isi
d. Legenda
e. Daftar
Singkatan
f.
Indeks
(Daftar Nama)
3.
Globe
Globe adalah
miniatur bola bumi atau tiruan bola bumi dalam bentuk kecil. Kedudukan globe miring 66½0
terhadap bidang ekliptika. Ekliptika
adalah bidang lintasan bumi mengelilingi matahari.
Beberapa hal
yang perlu diketahui tentang globe dalam penggunaannya sebagai alat peraga :
a. Penggunaan
globe
b. Mencari
informasi geografi pada globe dengan menggunakan garis lintang dan garis bujur
c. Pengaruh
kemiringan sumbu bumi terhadap keadaan geografi di muka bumi.
9.
E J A A N
Penulisan
nama-nama geografi dalam beberapa hal mempunyai aturan ejaan yang khusus. Ejaan ini ditetapkan melalui kesepakatan para
ahli geografi dan telah dimuat dalam Ejaan Yang Disempurnakan. Ejaan ini perlu dikemukakan kembali disini
mengingat masih banyak dikalangan orang yang menulis nama geografi dengan ejaan
yang salah.
a. Nama-nama
tempat, ditulis dengan satu kata.
Contoh : Pekanbaru bukan Pekan Baru, Gunungsari bukan
Gunung Sari, Tanjungpinang bukan Tanjung Pinang, Ujungpandang, dan sebagainya.
b. Nama Sungai,
seperti : Jene Berang bukan sungai Jeneberang, Jene
Tallasa bukan sungai Jene Tallasa, Batang Hari bukan sungai Batanghari, dan
sebagainya.
c. Nama Teluk,
seperti : Teluk Tomini, Teluk Bone, Teluk Jakarta.
d. Nama Gunung,
seperti : Gunung Lompobattang, Gunung Gede, Gunung
Krakatau, Gunung Bawakaraeng, dan sebagainya.
B
A B II
A T L A S
1. Defenisi Atlas
Atlas
merupakan kumpulan peta-peta yang dirancang untuk disimpan dalam bentuk jilid
ataupun dalam keadaan lepas-lepas tetapi dikumpul menjadi satu.
Pada
hakekatnya atlas adalah sebuah buku acuan atau referensi. Sebagai buku acuan
maka sebuah atlas diharapkan lengkap. Nama atlas sendiri diambil dari nama dewa orang yunani yakni
Atlas, Dewa yang memegang bumi diatas pundaknya. Gambar ini sering dipakai
sebagai ilustrasi pada bagian depan dari kumpulan peta-peta, atau buku-buku
geografi, selanjutnya nama “atlas” digunakan untuk kumpulan peta yang dirancang
untuk dijilid tersebut.
Kumpulan
peta-peta pada atlas diatur dan disusun secara logika untuk suatu tujuan. Untuk
membaca peta-petanya dibagian awal dari atlas diberi keterangan. Pada umumnya
peta-peta pada atlas dibuat dalam format yang sama. Sampai saat ini tampak ada
perkembangan penampilan atlas dengan adanya tambahan gambar, tabel statistik,
dan indeks untuk nama-nama yang terdapat pada atlas. Bahkan sekarang ada
kecenderungan menabah teks sebagai penjelasan. Kadang-kadang teks ini dijilid
tersendiri atau dalam bentuk monografi dilengkapi grafik, diagram, statistik,
foto dan referensi.
2. Jenis Atlas
Kriteria
yang digunakan untuk mengklasifikasikan atlas berdasarkan :
a) Atlas dasar
wilayah : alam semesta, Bulan, Mars, Bumi, Lautan, Kontinen (Atlas Dunia),
Negara (Atlas Nasional), bagian negara (Atlas Regional, Atlas Propinsi), kota
(Atlas Kota).
b) Atas dasar
tujuan dari atlas : Untuk referensi umum, perencanaan fisik, pendidikan, wisata
dan sebagainya. Kadang-kadang tujuan kelompok atlas telah ditentukan oleh
penggunanya; atlas keluarga, atlas perguruan tinggi.
c) Atas dasar
ukuran, klasifikasi berdasarkan ukuran :
1)
Atlas
tangan (hand atlas), ukuran 3,1 x 49,5 cm.
2)
Atlas
dalam bentuk buku atlas peta.
3)
Atlas
sekolah, biasanya ukurannya sesuai dengan ukuran tas sekolah.
d) Atas dasar
isinya :
Atlas
topografi, atlas tematik.
Dalam
catatan ini jenis atlas menggunakan kondisi wilayah, tujuan dan isi menjadi :
atlas referensi, atlas nasional, atlas regional, atlas sekolah, atlas tematik
dan atlas jalan dan keluarga.
a) Atlas
referensi
Terutama
hanya untuk kepentingan lokasi dan referensi, didesain untuk membantu pengguna
dalam menentukan kenampakan geografi atau politik (batas negara). Akhir-akhir
ini juga untuk bidang perjalanan, perencana wilayah.
b) Atlas
nasional
Pada atlas
nasional menampilkan keterpaduan elemen-elemen geografi fisik dan hasil yang
mencirikan suatu negara. Seringkali peta-peta kesejahteraan juga dicantumkan
untuk memberikan gambaran kemajuan pembangunan suatu negara. Biasanya atlas ini
dikeluarkan oleh pemerintah. Atlas nasionla ini mencakup wilayah negara,
rincian peta pada atlas nasional ini sampai pada tingkat provinsi. Jadi menurut
cakupan wilayah negara kemudian dirinci ketingkat dibawahnya, kabupaten.
Fungsi/kegunaan
atlas nasional antara lain :
1)
Menunjukan
keberhasilan pembangunan negara (publikasi yang bersifat menjaga kewibawaan pemerintah).
2)
Peta-peta
dalam atlas nasional kadang-kadang berguna dalam perencanaan wilayah atau
perencanaan ekonomi negara.
Isi : untuk Indonesia :
keberhasilan pembangunan, pertanian, program transmigrasi.
Skala : 1-2
juta tergantung dari luasnya.
Teks :
Digunakan untuk menyatakan sumber dan cara kompilasi petanya, memberikan
penjelasan fenomena-fenomena yang terdapat pada gambar.
c) Atlas
regional/Propinsi
Atlas
regional/propinsi menggambarkan aspek kekhususan bagian suatu negara
(propinsi). Pembagian wilayah administrasi lebih lanjut (kabupaten,
kecamatan/bahkan sampai desa). Untuk propinsi dengan wilayah yang luas perlu
disusun atlas sub regional misalnya atlas kabupaten, dengan maksud supaya dapat
memberikan informasi yang rinci sampai tingkat desa.
Atlas kota yakni atlas yang
memuat tentang kota-kota, dapat dimasukan pada kelompok ini, misalnya atlas kota Roma, atlas
Yerussalem, di Indonesia mungkin atlas kota
Jakarta.
d) Atlas
pendidikan/atlas sekolah
Fungsi dari
atlas ini adalah :
1)
Memberi
gambaran yang jelas dan mudah diingat tentang pola persebaran fenomena geografi
fisik (relief, iklim, tanah, tumbuhan) dan geografi manusia (penduduk,
penggunaan lahan).
2)
Merangsang
keingintahuan mengenai kondisi lingkungan dan hubungannya. Peta-peta dalam
atlas ini dibuat sederhana tidak terlalu kompleks, sehingga mudah bagi para
pelajar untuk mengingart pola persebaran dalam angan-angannya. Sangat bagus
apabila ada satu peta yang menggambarkan elemen fisik dan cultural pada atlas.
Biasanya peta-peta tematik dibuat dengan skala lebih kecil dan disajikan
dihalaman yang sama dengan peta umum supaya mudah membandingkan.
Atlas
sekolah disusun mengikuti salah satu dari sistem berikut :
1)
bagian
pertama peta yang menggambarkan daerahnya/negaranya kemudian meningkat kenegara
lain.
2)
bagian
pertama justru umum dan peta-peta tematik dunia diikuti kemudian kontinen dan
negara seterusnya wilayah-wilayah tempat tinggal.
Dibeberapa
negara sekarang atlas sekolah terdiri dari beberapa seri yang disesuaikan
dengan kurikulum sekolah dan tingkat sekolahnya. Bahkan di Rusia (saat masih
berbentuk Unisoviet) setiap tingkat kelas mempunyai atlas sendiri-sendiri
(kelas 3,4,5,6,7,8, sampai 9).
Atlas
digunakan dalam mengajar mata pelajaran geografi, sejarah dan ilmu sosial
lainnya. Setiap negara/propinsi menekan perbedaan aspek dari suatu subyek
sehingga memerlukan suatu atlas yang berbeda dalam isi, susunan dan penekanan
peta-petanya.
e) Atlas
tematik
Banyak jenis
atlas tematik, yang secara umum atlas ini dibuat untuk memenuhi permintaan dari
:
1)
Masyarakat
umum : informasi maupun penampilan peta-petanya harus sesuai dengan keinginan
masyarakat.
2)
Pendidikan
: informasi yang ditampilkan sedemikian sehingga dapat dimengerti pelajar
sesuai dengan bidang ilmunya.
3)
Penelitian
ilmiah : informasi yang ditampilkan adalah hasil dari penelitian. Pada atlas tematik
(khusus) ini perhatian utamanya adalah ketelitian informasi yang ditampilkan
dalam petanya. Atlas khusus dalam
kaitannya dengan keterpaduan data tunggal, dan atlas khusus jamak (mono polythematik) dapat pula dipakai
untuk pengelompokan atlas ini.
Atlas
khusus tunggal : atlas maritime, atlas pertambagan, atlas pertanian, dan sebagainya.
Atlas
khusus jamak : misalnya
“Atlas mira” (atlas geografi fisik dunia) menunjukan informasi berbagai aspek
fisik dunia.
3. Penggunaan Atlas
Seperti
halnya sebuah buku, apabila kita ingin menggunakan atlas terlebih dahulu kita
harus memilih atlas dilihat dari judulnya. Selanjutnya kita lihat kedalam atlas
itu yang biasanya memuat : daftar isi, keterangan, indeks dan lain-lain.
- Daftar isi
Pada daftar
isi ini memuat judul peta dan halamannya. Dengan demikian pengguna dapat dengan
cepat memilih peta yang memuat informasi yang diperlukan.
- Keterangan
Atlas
merupakan kumpulan peta-peta, baik peta umum maupun khusus. Untuk membaca peta
diberikan keterangan yang menjelaskan arti dari symbol-symbol yang digunakan,
terutama symbol-symbol untuk peta umum. Sedangkan untuk peta tematik biasanya penjelasan
mengenai symbol yang digunakan tercantum pada lembar peta yang bersangkutan,
sedangkan keterangan-keterangan lain yang sifatnya penjelasan lebih lanjut
mengenai suatu objek ada kalanya dilampirkan keterangan khusus pada atlas
tersebut. Legenda ini penting dan perlu dipahami terlebih dahulu sebelum
pengguna atlas mencari informasi yang diperlukan.
- Indeks
Indeks ini
berguna untuk memudahkan pengguna mencari letak sebuah kota, gunung, pulau, sungai dan unsur-unsur
geografi lainnya. Cara yang digunakan oleh penyusun atlas berbeda-beda. Oleh
karena itu perlu dipelajari terlebih dahulu. Salah satu atlas menunjukan letak
suatu tempat dengan koordinat geografisnya (lintang dan bujur), ada kalanya
dengan menunjukan dengan kota
tertentu.
B A B III
G L O B E
1. Defenisi Globe
Suatu
kenyataan bahwa fisik bumi bentuknya bulat. Beberapa pengamatan yang menunjukan
kearah pembuktian diantaranya adalah :
- pengamatan
terhadap kapal yang sedang berlayar, semakin jauh tampak seperti tenggelam
secara perlahan kedalam air.
- Gambar
(foto) yang diambil satelit bumi dari tempat yang cukup tinggi, garis horizone
terlihat merupakan garis lengkung, bukan garis lurus.
Kedua
pengamatan menunjukan bahwa permukaan air itu lengkung. Untuk membuktikan bahwa
bumi bulat memang perlu pengamatan lebih lanjut. Namun dengan pengamatan ini
menambah kita untuk meyakini bahwa bentuk bumi bulat.
Sejak jaman
dahulu para ahli mencoba mendapatkan ukuran bumi. Misalnya Picard (Perancis, mendapatkan radius
bumi sebesar 6.373 km. Erastosthenes
mendapatkan hasil keliling bumi adalah 46.250 km).
Pada masa
akhir-akhir ini ukuran bumi telah ditetapkan dengan teliti. Angka-angka menurut Havyford (1909) :
Jari-jari
equator =
6.378,38 km
Jari-jari kutub = 6.356,96 km
Keliling
equator = 24.900 mil
Keliling
meridian = 24.860 mil
Panjang 1o
meridian dekat equator = 69 mil
Panjang 1o
paralel pada equator = 68,7 mil
Panjang 1 o
paralel pada kutub = 69,409
Dari ukuran
ini dapat dipahami bumi ini sangat besar walaupun dibandingkan dengan benda
angkasa yang lain (misal matahari) bumi dapat dikatakan kecil. Untuk membahas gambaran keseluruhan dari bumi
yang kenyataan sebenarnya adalah bulat ini dapat dibuat tiruan bumi dengan
ukuran yang kecil yang disebut “globe”.
Jadi globe adalah gambaran bumi secara keseluruhan yang paling
benar. Karena bentuknya mirip bumi, maka
disebut “miniatur bumi”. Dengan globe
inilah suatu cara yang paling baik untuk memberikan gambaran dari konsep bumi
bulat. Dengan globe, skala dan arah di
segala tempat di bumi digambarkan secara benar.
Kebenaran
dari globe inilah yang menyebabkan globe digunakan untuk :
a. Menentukan/merencanakan
perjalanan jauh melalui udara atau laut.
b. Propaganda
yang berkaitan dengan gempa bumi, arus samudera dapat diikuti secara baik pada
globe.
c. Dengan globe
kita dapat melihat hubungan lautan-lautan, kontinen-kontinen, daerah-daerah
kutub sehingga kita dapat melihat pemandangan yang tidak biasa.
d. Dengan globe
pula konsep yang mendasar perbedaan waktu, iklim dan musim, pembagian zone
waktu, arus samudera dapat dipahami secara baik.
e. Sangat
disarankan penggunaan globe pada langkah awal pelajaran geografi di sekolah.
f.
Disetiap
kelas atau bahkan setiap rumah sebaiknya mempunyai globe.
g. Dipendidikan
tinggi globe juga sangat penting dalam kaitannya dengan matematik, geografi,
klimatologi, geodesi, oceanografi, geoteknik.
2. Posisi pada Globe
Paralel dan
Meridian atau Lintang dan Bujur
Untuk
memahami paralel dan meridian, terlebih dahulu perlu diketahui istilah
lingkaran besar dan kecil.
Apabila bola
bumi dibagi dua oleh suatu bidang yang melalui titik pusat bola, perpotongan
bidang ini dengan bola bumi adalah lingkaran terbesar yang dapat digambarkan
pada bola bumi dan disebut “lingkaran besar”, sedangkan lingkaran lain yang
dihasilkan oleh perpotongan bidang dengan bola dimana bidang tadi tidak melalui
pusat bola adalah lebih kecil, lingkaran ini disebut lingkaran kecil.
Gerakan
rotasi bumi, dan kedua kutub utara dan selatan ini, merupakan dasar grid
geografi. Grid geografi adalah suatu
jaringan perpotongan garis yang tergores di permukaan globe untuk tujuan
penetapan lokasi di permukaan globe.
Jaringan ini terdiri dari sejumlah garis arah utara selatan yang
menghubungkan kutub-kutub bumi disebut meridian atau bujur, dan sejumlah garis
arah barat-timur sejajar equator yang disebut paralel atau lintang. Semua bujur adalah separuh lungkaran bumi
yang bertemu menjadi batas kutub utara maupun selatan dan terdiri dari 180o.
Karakteristik
meridian :
- Semua
meridian terarah utara-selatan yang sebenarnya (arah U-S geografis)
- Jarak antara
meridian di equator paling lebar, semakin jauh dari equator menyempit kemudian
menyatu di kedua utara dan selatan.
- Garis
meridian dapat digambarkan dengan sejumlah yang tak terhingga di bola bumi
(globe) namun demikian, unsur-unsur dipilih yang berjarak sama 10o. Meridian utama dipakai sebagai garis
referensi.
Longitude
atau besarnya bujur suatu tempat atau titik ditentukan sebagai suatu busur yang
diukur dalam satuan derajat pada sepanjang paralel antara titik tersebut dengan
meridian/bujur utama yakni meridian Greenwich. Meridian Greenwich ini mempunyai besar
bujur/meridian 0o. Besarnya
bujur setiap titik pada globe diukur kearah barat atau timur dari bujur tempat
ini. Besarnya bujur 0o –
bujur 180o baik barat maupun timur.
Apabila besarnya bujur suatu titik yang ditentukan kita tidak dapat
mengatakan lokasi tepatnya karena ukuran busurnya yang sama dapat digunakan
diseluruh meridian/bujur. Karena itulah
bujur/meridian dapat difenisikan sebagai suatu garis yang menghubungkan titik-titik
yang mempunyai besar bujur yang sama (longitude). Kebingungan mungkin timbul, karena suatu
pernyataan bahwa “besarnya bujur (longitude)
diukur sepanjang paralel/lintang”.
Tetapi hal ini dapat dijelaskan bahwa supaya dapat merupakan bujur
antara suatu titik dan meridian utara, perlu pengukuran ke timur atau ke barat
sepanjang satu paralel lititide (besarnya lintang/paralel).
Besarnya
lintang satu tempat dapat didefenisikan sebagai suatu busur yang diukur dengan
satuan derajat atau suatu bujur antara equator terhadap suatu titik. Biasanya lintang dari 0o di
equator sampai 90o bervariasi kutub utara dan selatan. Apabila besarnya lintang dan besarnya bujur
suatu tempat/titik diketahui, maka lokasi dengan mendasarkan pada grid
geografis dapat ditentukan secara tepat.
Kedudukan atau letak suatu titik pada globe ditentukan dengan bujur (longitude) dan besarnya lintang atau
latitude.
3. Pengaruh kedudukan poros bumi terhadap permukaan
bumi
Perputaran
bumi pada poros atau sumbernya disebut rotesi.
Waktu yang digunakan bumi untuk satu putaran (360o) adalah 24
jam. Sambil berotasi bumi beredar
mengelilingi matahari. Peredaran bumi
mengelilingi matahari membentuk suatu lingkaran yang disebut ekliptika. Bidang datar yang melalui ekliptika disebut
bidang ekliptika. Perputaran bumi
mengelilingi matahari adalah revolusi.
Waktu yang digunakan untuk berevolusi mengelilingi matahari adalah satu
tahun atau 365 hari. Pada kenyataannya
poros bumi dalam peredaran mengelilingi matahari selalu miring 66½o terhadap bidang ekliptika. Karena matahari letaknya sangat jauh, maka
sinar matahari yang datang ke permukaan bumi arahnya sejajar.
Pada tanggal
21 dan 22 September datangnya sinar matahari tepat tegak lurus dengan poros
bumi. Pada waktu itu baik di kutub utara
maupun kutub selatan bersama-sama menerima sinar matahari. Dengan demikian di belahan bumi utara dan
selatan mendapat sinar matahari yang sama.
Pada tanggal
21 Juni, datangnya sinar matahari membuat sudut 66½o dengan poros bumi. Maka belahan bumi ukuran lebih banyak
menerima sinar matahari. Kutub utara
menerima sinar matahari (siang) sedang kutub selatan gelap (malam
terus-menerus).
Tanggal 23
Desember, datangnya sinar matahari membuat sudut 113½o dengan poros bumi. Dibelahan bumi utara lebih sedikit menerima
sinar matahari di belahan bumi selatan lebih banyak. Di kutub mengalami malam terus sedangkan di
kutub selatan siang.
Pada tanggal
21 Maret, bila matahari dilihat dari bumi tampak digaris katulistiwa. Dibelahan bumi utara dan selatan waktu siang
harinya sama. Sesudah tanggal 21 Maret, kedudukan
matahari terhadap garis lintang makin ke utara.
Pada tanggal
21 Juni, bila matahari dilihat dari bumi, matahari tampak diatas garis 23½o U.
Dibelahan bumi utara siang harinya lebih lama dibandingkan dibelahan
bumi selatan. Pada saat ini belahan bumi
utara siang harinya lebih dari 12 jam.
Makin ke utara, lama siang harinya makin panjang. Bahkan di lintang 66½o U sampai kutub utara siang harinya
selama 24 jam. Pada bulan Juni ini di
belahan bumi mengalami musim panas sedang dibelahan bumi selatan musim
dingin. Garis lintang 66½o U disebut garis artik. Sebaliknya dibelahan bumi selatan siang hari
semakin pendek. Antara garis lintang 66½o S sampai kutub selatan malam
harinya selama 24 jam. Garis lintang 66½o S ini disebut garis antartik. Sesudah tanggal 21 Juni matahari kembali ke
selatan. Oleh karena itu lintang 23½o disebut garisbalik utara.
Pada tanggal
22 September keadaannya sama dengan tanggal 21 Maret. Keadaan belahan bumi utara dan selatan
sama. Sesudah tanggal 22 September letak
matahari terhadap garis lintang makin ke selatan.
Pada tanggal
23 Desember, saat itu apabila matahari dilihat dari bumi tampak diatas garis 23½o S.
Dibelahan bumi selatan siang harinya lebih panjang dibanding belahan
utara. Belahan bumi selatan siang harinya
lebih dari 12 jam. Makin ke selatan
siang harinya semakin panjang. Antara
garis lintang 66½o S sampai
kutub selatan siang harinya selama 24 jam.
Pada bulan Desember ini belahan bumi selatan mengalami musim
dingin. Sesudah tanggal 23 Desember matahari
bergerak kembali ke utara, oleh karenanya garis 236½o LS disebut garis balik selatan
DAFTAR PUSTAKA
Hayatman, 1994. Pengetahuan Peta. Depdikbud – Dirjen Dikdasmen. Jakarta.
LKI
PKG IPS-Geografi, 1995. Analisis Materi
Pelajaran IPS Geografi SLTP. Depdikbud
Dirjen Dikdasmen. Jakarta.
Maruli
Sinaga, 1994. Pengetahuan Peta. Direktorat Dikmenum dan Fakultas Geografi UGM
Yogyakarta.
Tim
Fakultas Geografi-UGM, 1993. Pengetahuan
Peta. Depdikbud Dirjen Dikdasmen. Jakarta.
ICA, 1994. Bacic Cartography. Bas Printers Limited. Hampshire.
BOS,
E. S. 1978. Thematic Principles in Thematic. Mapping.
ITC, The Netherland.
DAFTAR
ISI
Halaman
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR …………………………………………………………… 1
I. PENGERTIAN PETA ……………………………………………………... 2
II.
KLASIFIKASI PETA
……………………………………………………….
2
III.
MEMBACA DAN MENAFSIRKAN PETA ……………………………… 3
IV. UNSUR-UNSUR PETA …………………………………………………… 4
V.
SIMBOL PETA
…………………………………………………………… 5
VI. PENULISAN NAMA-NAMA GEOGRAFI ……………………………… 10
VII. PENGGUNAAN PETA SEBAGAI MEDIA
PEMBELAJARAN ………… 16
IX. E
J A A N ………………………………………………………………… 17
X.
DAFTAR PUSTAKA
………………………………………………………
18
|
KATA
PENGANTAR
Salah
satu masalah pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah masih rendahnya
mutu guru yang diduga memiliki konstribusi signifikan terhadap rendahnya mutu
pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu berbagai kegiatan telah
dilakukan dalam upaya peningkatan mutu guru, yang salah satunya berbentuk
pelatihan. Namun setelah dikaji
pelatihan yang selama ini dilakukan tenyata parsial dan belum mendasarkan pada
kompetensi guru secara utuh sesuai dengan tugas dan fungsinya. Hal itu dapat terlihat dari banyak dan
beragamnya jenis pelatihan guru yang seringkali tidak saling berkaitan atau
sebaliknya saling tumpang tindih.
Oleh
karena itu proyek pengembangan LPMP Sulsel telah mengembangkan Pelatihan
Terintegrasi Berbasis Kompetensi bagi
Guru SLTP dan MTs. Materi
pelatihan dirancang atas dasar kompetensi yang seharusnya dikuasai oleh guru
SLTP/MTs. Dengan cara itu materi
pelatihan dapat memenuhi kompetensi yang seharusnya dikuasai guru, tetapi juga
tidak “berlebih” atau keluar dari kompetensi tersebut. Pelatihan terintegrasi merupakan integrasi
bidang-bidang ilmu dan aspek-aspek yang membentuk kompetensi guru. Dengan demikian rancangan pelatihan akan
dapat disusun secara sistematik, utuh, komprehensif dan runtut sesuai dengan
profil kompetensi minimal yang diperlukan oleh guru SLTP/MTs.
Buku
ini merupakan disempurnakan berdasarkan masukan dari pengalaman pelaksanaan di
lapangan selama ini. Tidak ada perubahan
mendasar dari penyempurnaan karena penyempurnaan yang dilakukan hasil TNA
semata-mata pengayaan dan penajaman isinya.
Komentar
Posting Komentar