KISI-KISI UP PPG ILMU PENGETAHUAN SOSIAL 2022
Kode
Prodi/Mata Ujian
Kisi-kisi UP
Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS)
NO. |
CPBS |
CMPK |
Materi/Topik |
Sub Mater/Sub Topik |
Indikator |
1 |
Mampu melaksanakan tugas keprofesian sebagai pendidik yang memesona, yang dilandasi sikap
cinta tanah air, berwibawa, tegas, disiplin, penuh panggilan jiwa, samapta, disertai
dengan jiwa kesepenuhhatian, dan kemurahhatian. |
Membiasakan sikap cinta tanah air sebagai pendidik yang memesona
dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. |
Sikap Cinta
Tanah Air |
Sikap nasionalisme. |
1. Menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan
politik bangsanya dalam
mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. |
2 |
|
|
|
|
2. Mempertahankan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik |
3 |
|
|
|
Sikap patriotisme. |
3. Menjunjung tinggi keunggulan bangsa Indonesia dalam mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik. |
4 |
|
|
|
|
4. Mengembangkan sikap
rela berkorban untuk
kepentingan negara dan bangsa dalam
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik. |
5 |
|
|
|
Sikap menghargai perbedaan. |
5. Menciptakan persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis
kelamin, kedudukan sosial, dan warna kulit dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik. |
NO. |
CPBS |
CMPK |
Materi/Topik |
Sub Mater/Sub Topik |
Indikator |
6 |
|
|
|
Sikap mengutamakan kepentingan
bersama. |
6. Mengkarakteristikkan keputusan yang diambil harus
dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai
kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan kepentingan
bersama dalam mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. |
7 |
|
|
|
Sikap mempertahankan kekayaan
alam Indonesia. |
7. Mempertahankan kekayaan alam Indonesia dalam mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik. |
8 |
|
|
|
Mengapresiasi kekayaan budaya bangsa lain sehingga
memperkuat jati diri bangsa Indonesia. |
8. Mengapresiasi kekayaan budaya bangsa lain sehingga memperkuat jati diri bangsa Indonesia dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik. |
9 |
|
Membiasakan sikap berwibawa, tegas, disiplin, penuh panggilan
jiwa, samapta sebagai pendidik yang memesona
dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik. |
Sikap berwibawa, tegas, disiplin, penuh panggilan jiwa, dan samapta. |
Sikap berwibawa. |
9. Menunjukkan keberanian dalam membela kebenaran dan keadilan pada proses mendidik,mengajar, membimbing,
mengarahkan,melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. |
10 |
|
|
|
|
10. Mengembangkan pribadi yang taat serta
menghormati hukum dan aturan pada proses mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. |
11 |
|
|
|
Sikap tegas. |
11. Mengatakan benar atau salah sesuai dengan yang sebenarnya
dalam mendidik,mengajar, membimbing, mengarahkan,melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik. |
NO. |
CPBS |
CMPK |
Materi/Topik |
Sub Mater/Sub Topik |
Indikator |
12 |
|
|
|
|
12. Menampilkan perilaku yang bijaksana meskipun dalam situasi yang sulit pada
proses mendidik,mengajar,
membimbing, mengarahkan,melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. |
13 |
|
|
|
Sikap disiplin |
13. Memberikan penghargaan atau hukuman kepada peserta didik sesuai tata tertib sekolah dalam
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. |
14 |
|
|
|
Sikap penuh panggilan jiwa. |
14. Menampilkan sikap
senang dan nyaman dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. |
15 |
|
|
|
Sikap samapta. |
15. Menunjukkan sikap kesiap-siagaan dalam proses mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik. |
16 |
|
Membiasakan sikap kesepenuhhatian dan kemurahhatian sebagai pendidik yang memesona dalam mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. |
Sikap kesepenuhhatian dan kemurahhatian. |
Sikap kesepenuhhatian. |
16. Menampilkan tanggapan sebagaimana yang dihayati peserta didik dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik. |
17 |
|
|
|
|
17. Merancang berbagai usaha untuk menuntaskan pekerjaan dalam
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik |
18 |
|
|
|
Sikap kemurahhatian. |
18. Menunjukkan kepedulian yang tinggi terhadap kebutuhan peserta didik dalam mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. |
19 |
|
|
|
|
19. Mendeteksi situasi yang membutuhkan bantuan dalam mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik. |
NO. |
CPBS |
CMPK |
Materi/Topik |
Sub Mater/Sub Topik |
Indikator |
20 |
|
|
|
|
20. Mendemonstrasikan sikap tanggung jawab pribadi terhadap situasi yang membutuhkan bantuan dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. |
21 |
mampu merumuskan indikator capaian pembelajaran IPS berpikir tingkat tinggi
yang harus dimiliki peserta didik mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan secara utuh (kritis, kreatif, komunikatif
dan kolaboratif) yang berorientasi masa depan (adaptif dan fleksibel) |
Menguasai berbagai teori
belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran serta aplikasinya dalam pembelajaran IPS di SMP |
Prinsip/Pendekatan/St rategi/ Metode Pembelajaran IPS yang memfasilitasi pengembangan sikap, pengetahuan dan
keterampilan abad ke-
21 |
Media Pembelajaran |
3. Diberikan contoh
kasus mengenai lingkungan yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar, peserta mampu menerapkan media
pembelajaran yang tepat
untuk sumber belajar tersebut |
22 |
|
|
|
Pengembangan Bahan Ajar |
37. Diberikan narasi tentang karakteristik bahan
ajar, peserta mampu memilih bahan ajar yang
memenuhi kriteria penyajian |
23 |
|
|
Teori Belajar |
Teori Belajar Behaviouristik |
35. Diberikan narasi mengenai teori belajar Behavioristik, peserta dapat
memberi contoh teori
dari Clark Leaonard Hull |
24 |
|
|
|
Teori Belajar Kognitif |
36. Diberikan narasi
mengenai teori belajar kognitif, peserta dapat menentukan contoh penerapan teori belajar kognitif dalam pembelajaran |
25 |
|
Menguasai dan mengaplikasikan pengembangan RPP, indikator, materi, pendekatan, model,strategi, metode, teknik, media, dan instrumen penilaian pembelajaran
IPS SMP, serta tindak lanjut dari
hasil evaluasi. |
Pengembangan RPP yang terintegrasi dengan pendidikan karakter, keterampilan abad ke-21 dan perkembangan teknologi abad ke-21 |
Apersepsi atau motivasi pada
materi |
1. Diberikan tujuan pembelajaran IPS, peserta dapat menentukan
kegiatan apersepsi yang tepat |
NO. |
CPBS |
CMPK |
Materi/Topik |
Sub Mater/Sub Topik |
Indikator |
26 |
|
|
Instrumen Penilain Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan |
Penilaian otentik ranah psikomotor |
34. Diberikan narasi
mengenai sasaran penilaian pada aspek psikomotor, peserta dapat
menyimpulkan salah satu
sasaran penilaian |
27 |
|
|
|
Penilaian Otentik ranah kognitif |
43. Diberikan rumusan indikator , peserta dapat memilih bentuk tugas kinerja atau
rubrik penilaian yang sesuai |
28 |
|
Menguasai berbagai teori psikologi perkembangan dan aplikasinya dalam pembelajaran IPS di SMP |
Teori psikologi belajar |
Kecerdasan majemuk |
6. Diberikan contoh kasus tentang kecerdasa majemuk, peserta dapat
menyimpulkan narasi tersebut menjadi salah satu
kecerdasan majemuk |
29 |
|
|
|
Kemampuan Belajar peserta didik |
15. Diberikan gambar mengenai hubungan antara kemampuan awal,
aktivitas pembelajaran dan
hasil belajar secara acak,
peserta dapat mengurutkan gambar tersebut dengan benar |
30 |
|
Menguasai berbagai teori psikologi
belajar dan aplikasinya dalam pembelajaran IPS
di SMP |
Teori psikologi belajar |
Teori Psikologi belajar |
24. Diberikan kasus dalam teori psikologi belajar, peserta dapat menerapkan salah satu teori
belajar sebagai alternatif jawaban |
NO. |
CPBS |
CMPK |
Materi/Topik |
Sub Mater/Sub Topik |
Indikator |
31 |
menguasai teori
dan aplikasi materi pembelajaran IPS yang mencakup: (1)
konsep- konsep ilmu-ilmu sosial; (2) pedagogik, metode pembelajaran
IPS, dan karakteristik perkembangan peserta didik (fisik, intelektual, emosional, kultur dan sosial); (3) pengetahuan
agama, moral dan etika; (4) prinsip dasar teknologi informasi dan komunikasi; (5) Manajemen Pendidikan; (6)
asesmen,
instrument tes, dan analisis butir soal; (7)
metodologi Penelitian Tindakan Kelas (PTK); (8) prinsip dan teknik
komunikasi; (9) perkembangan isu-isu aktual di tingkat lokal, nasional, dan global, termasuk advance materials
secara bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa”
(filosofi), dan “bagaimana” (penerapan) dalam
kehidupan sehari-hari |
Menguasai konsep perubahan dan kesinambungan dalam kehidupan bangsa Indonesia pra aksara, Hindu-Buddha, Islam dan Kolonialisme
Barat dan aplikasinya dalam pembelajaran IPS. |
perubahandan Kesinambungan Bangsa Indonesia Masa
Pra Aksara |
Sistem Sosial dan Ekonomi Masa Pra Aksara |
16. Diberikan gambar hasil kebudayaan yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi dan sosial masa praaksara , peserta dapat menganalisis hubungannya dengan
sistem sosial dan ekonomi pada masa pra aksara |
32 |
|
|
|
Migrasi Masa Pra Aksara |
40. Diberikan narasi
tentang perpindahan penduduk pada masa pra
aksara, peserta dapat
menentukan pola migrasi |
33 |
|
|
|
asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia |
45. Diberikan timeline kehidupan manusia praaksara Indonesia, peserta dapat
mengurutkan dengan benar. |
NO. |
CPBS |
CMPK |
Materi/Topik |
Sub Mater/Sub Topik |
Indikator |
34 |
|
|
|
Budaya dan Teknologi Masa Pra
Aksara |
65. Disajikan data
tentang budaya dan
alat teknologi, peserta dapat mengklasifikasikan jenis-jenis
budaya dan teknologi masa pra aksara |
35 |
|
|
perubahan dan Kesinambungan Bangsa Indonesia Masa Kolonialisme Barat |
Kolonialisme Belanda dan Kebijakannya |
31. Diberikan narasi mengenai kebijakan Belanda di masa penjajahan, peserta dapat menafsirkan
pola kebijakan kolonialisme Belanda |
36 |
|
|
|
Faktor Penyebab kedatangan Kolonialime Barat (Portugis,
Belanda dan Inggris) |
96. Disajikan peta perdagangan laut di wilayah Nusantara, peserta dapat membandingkan jalur kedatangan Portugis, Belanda dan Inggris |
37 |
|
|
perubahandan Kesinambungan Bangsa Indonesia Masa Islam |
Akulturasi Budaya Masa Hindu
Budha dan Islam |
66. Disajikan data
tentang budaya pada
masa Hindu Budha dan Islam,
peserta dapat menyimpulkan bentuk akulturasi |
38 |
|
|
|
Sistem Sosial, Ekonomi dan Budaya pada
Masa Islam |
70. Disajikan gambar hasil kebudayaan Islam, peserta dapat memilih yang
termasuk kedalam kebudayaan pengaruh Islam |
39 |
|
|
|
Kerajaan Masa Islam |
90. Disajikan narasi tentang
kerajaan-kerjaan masa Islam, peserta dapat
memilih dari kerajaan mana narasi tersebut |
40 |
|
|
perubahandan Kesinambungan Bangsa
Indonesia Masa Hindu-Budha |
Akulturasi Budaya Masa Pra
Aksara dan Hindu Budha |
67. Disajikan data
tentang budaya pada
masa pra aksara dan hindu budha, peserta dapat
menyimpulkan bentuk akulturasi |
41 |
|
|
|
Masuknya Hindu-Budha ke Indonesia |
81. Disajikan narasi mengenai salah satu
bukti dan alasan teori masuknya HIndu Buddha ke Indonesia, peserta dapat menentukan cara masuk
kebudayaan Hindu Budha
ke Indonesia |
42 |
|
|
|
Kerajaan Tradisional masa Hindu Budha |
89. Disajikan narasi tentang karakter salah satu kerajaan jaman Hindu Budha,
peserta dapat menyimpulkan dengan benar |
NO. |
CPBS |
CMPK |
Materi/Topik |
Sub Mater/Sub Topik |
Indikator |
43 |
|
Menguasai konsep perubahan dan kesinambungan dalam kehidupan bangsa Indonesia masa pergerakan
nasional sampai reformasi dan aplikasinya dalam
pembelajaran IPS |
perubahan dan Kesinambungan dalam kehidupan Bangsa Indonesia masa pergerakan nasional
s.d Kemerdekaan |
Politik Etis |
41. Diberikan narasi tentang politik etis, peserta dapat menganalisis
pengaruhnya bagi bangsa Indonesia |
44 |
|
|
|
Organisasi pergerakan nasional |
42. Diberikan narasi tentang perjuangan organisasi pergerakan nasional, peserta dapat
menilai organisasi perjuangan pergerakan kebangsaan
Indonesia |
45 |
|
|
perubahandan Kesinambungan dalam kehidupan Bangsa Indonesia masa Orde Lama |
Kehidupan Politik pada Masa Orde
Lama |
69. Disajikan narasi kondisi politik pada masa orde lama, peserta dapat menghubungkan kehidupan politik pada
masa orde lama |
46 |
|
|
|
Kehidupan Sosial pada Masa Orde Lama |
75. Disajikan kasus
tentang kehidupan sosial, peserta dapat menganalisis kehidupan sosial
masa orde lama |
47 |
|
|
perubahandan Kesinambungan dalam kehidupan Bangsa Indonesia masa Reformasi |
Kehidupan Politik pada Masa Reformasi |
71. Disajikan gambar peristiwa pergerakan mahasiswa pada tahun 1998, Peserta dapat menganalisis penyebab lahirnya reformasi |
48 |
|
|
|
Kehidupan Ekonomi pada Masa Reformasi |
86. Disajikan narasi perkembangan ekonomi pada masa reformasi, peserta dapat menjelaskan
keberhasilan ekonomi masa reformasi |
49 |
|
|
perubahandan Kesinambungan dalam kehidupan Bangsa Indonesia masa Orde Baru |
Kehidupan Ekonomi pada Masa Orde
Baru |
92. Disajikan narasi kondisi politik pada masa orde baru, peserta dapat membandingkan dengan kondisi politik pada masa reformasi |
50 |
|
|
|
Kehidupan Politik pada Masa Orde Baru |
93. Disajikan narasi tentang Supersemar, peserta dapat menemukan hubungannya dengan
orde baru |
NO. |
CPBS |
CMPK |
Materi/Topik |
Sub Mater/Sub Topik |
Indikator |
51 |
|
Menguasai konsep interaksi antara manusia dan ruang
dalam berbagai kegiatan ekonomi dan aplikasinya dalam pembelajaran
IPS |
Perdagangan Internasional |
Perdagangan Internasional |
7. Diberikan data mengenai faktor-faktor perdagangan internasional, perserta dapat
memperjelas penyebab terjadinya perdagangan
internasional |
52 |
|
|
|
Devisa dan Valuta Asing |
8. Diberikan data
mengenai jumlah devisa
Indonesia dan nilai tukar valuta asing,
peserta dapat menganalisis besarnya jumlah cadangan devisa
dilihat dari nilai
tukar rupiah |
53 |
|
|
|
Organisasi Perdagangan Internasional |
39. Diberikan narasi tentang MEA, peserta dapat mengidentifikasi MEA sebagai organisasi
perdagangan dengan kategori Internasional |
54 |
|
|
Permintaan dan Penawaran |
Penawaran |
9. Diberikan data mengenai penawaran dan permintaan, peserta dapat menghitung
keseimbangan harga |
55 |
|
|
|
Permintaan |
10. Diberikan data mengenai permintaan, peserta dapat menghitung elastisitas
permintaan |
56 |
|
|
Konsep dan Kegiatan Ekonomi |
Distribusi |
11. Diberikan data tentang distribusi di Indonesia, peserta dapat menganalisis data
distribusi tersebut |
57 |
|
|
|
Konsumsi |
12. Diberikan data tentang konsumsi di Indonesia, peserta dapat menganalisis data
konsumsi tersebut |
58 |
|
|
|
Produksi |
13. Diberikan data tentang produksi salah satu produk di Indonesia, peserta dapat
menganalisis data produksi tersebut |
59 |
|
Menguasai
konsep pola dan perilaku
kehidupan manusia dalam pembangunan dan aplikasinya
dalam pembelajaran IPS |
Globalisasi |
Teori Globalisasi |
5. Diberikan contoh
kasus tentang globalisasi, peserta dapat menilai makna globalisasi
bagi arah perkembangan manusia di
masa depan |
60 |
|
|
|
Globalisme |
33. Diberikan narasi mengenai prinsip
globalisme, peserta dapat menemukan contoh
dampak prinsip globalisme bagi masyarakat Indonesia |
61 |
|
|
Lembaga Sosial dan Organisasi Budaya |
Lembaga-lembaga sosial |
17. Diberikan gambar perbandingan lembaga dan
pranata sosial, peserta dapat
membedakan lembaga dan
pranata sosial |
NO. |
CPBS |
CMPK |
Materi/Topik |
Sub Mater/Sub Topik |
Indikator |
62 |
|
|
perubahan Sosial Budaya |
Bentuk perubahan sosial budaya |
25. Diberikan kasus
tentang bentuk-bentuk perubahansosial, peserta dapat menganalisis salah satu bentuk
sosial budaya |
63 |
|
|
|
Dampak perubahan sosial budaya |
30. Diberikan narasi mengenai cultural shock,
peserta dapat menganalisis
dampaknya terhadap masyarakat |
64 |
|
|
Interaksi dan Dinamika
Sosial |
Interaksi Sosial |
29. Diberikan narasi mengenai bentuk-bentuk
interaksi sosial, peserta dapat
menentukan rekonstruksi salah
satu bentuk interaksi sosial |
65 |
|
|
|
Dinamika Sosial |
32. Diberikan narasi mengenai pengertian
dinamika sosial menurut Comte, peserta dapat menemukan contoh dalam kehidupan masyarakat
sekitar |
66 |
|
|
Penyimpangan Sosial |
Penyimpangan Sosial |
53. Disajikan contoh kasus mengenai penyimpangan sosial, peserta dapat membedakan jenis-jenis penyimpangan sosial |
67 |
|
|
Mobilitas Sosial |
Pengertian dan Jenis Mobilitas Sosial |
58. Disajikan contoh kasus tentang mobilitas sosial, peserta dapat menilai berdasarkan
pengertian mobilitas sosial menurut
salah satu ahli. |
68 |
|
|
|
Dampak Mobilitas Sosial |
85. Disajikan narasi mengeni dampak mobilitas
sosial , peserta dapat menentukan dampak dari struktur mobilitas sosial |
69 |
|
Menguasai konsep ruang (lokasi, iklim, bentuk muka bumi, geologis, flora dan fauna) dan interaksi antar
ruang di Indonesia serta pengaruhnya terhadap
kehidupan manusia berikut aplikasinya dalam pembelajaran IPS |
Interaksi antar wilayah di Indonesia, ASEAN, ASIA dan Benua lainnya |
Interaksi antar wilayah di Indonesia |
50. Disajikan contoh kasus interaksi keruangan antar wilayah di Indonesia, peserta dapat menjelaskan contoh
bentuk interaksi antar wilayah di Indonesia |
70 |
|
|
|
interaksi Indonesia dengan negara ASEAN dan negara lainnya |
57. Disajikan contoh kasus tentang hubungan bilateral dan multilateral, peserta dapat
menelaah kaitan antara
kasus dengan jenis hubungan bilateral atau multilateral |
NO. |
CPBS |
CMPK |
Materi/Topik |
Sub Mater/Sub Topik |
Indikator |
71 |
|
|
|
Kondisi wilayah di Indonesia |
77. Disajikan kondisi di wilayah Nusa Tenggara Timur, peserta dapat mengidentifikasi kondisi fisik, iklim
dan musim dominan di NTT |
72 |
|
|
Kondisi Geografis Indonesia dan Flora Fauna |
Flora dan Fauna di Indonesia |
68. Disajikan gambar dan wilayah flora
dan fauna di Indonesia, Peserta dapat menjelaskan
keuntungan memiliki flora dan fauna yang
ada di wilayah
timur Indonesia |
73 |
|
|
|
Kondisi geografis Indonesia |
74. Disajikan infografik mengenai kondisi geografis Indonesia, Peserta dapat menjelaskan
kondisi geografis Indonesia |
74 |
|
|
|
Pengaruh Kondisi geografis Indonesia terhadap Manusia, Flora dan Fauna |
79. Disajikan narasi mengenai dampak kondisi geografis di Indonesia, Peserta dapat memperjelas
dampaknya terhadap kehidupan manusia |
75 |
|
|
Letak Geografis Indonesia dan Potensi Sumber Daya Alam |
Letak Geografis Indonesia |
95. Disajikan peta
Indonesia, peserta dapat
membandingkan letak
geografis Indonesia dengan Negara lain di ASEAN |
76 |
|
|
|
Keuntungan Indonesia dengan Letak Geografis dan Potensi Sumber Daya Alam |
99. Disajikan tabel
potensi sumber daya
alam, peserta dapat menentukan keuntungan Indonesia
berdasarkan letak geografis |
77 |
|
Menguasai konsep peran Indonesia dalam dunia internasional di
era Industri 4.0 dan aplikasinya dalam pembelajaran IPS |
Era Industri 4.0 |
Konsep dan Karakteristik Era
Industri 4.0 |
2. Diberikan contoh kasus mengenai karakteristik Era Industri 4.0,
peserta dapat menilai karakteristik utama kehidupan di Era Industri 4.0 |
78 |
|
|
|
Dampak Era Industri 4.0 terhadap
peran Indonesia di dunia Internasional |
91. Disajikan narasi tentang posisi Indonesia di Era Industri 4.0, peserta dapat
menganalisis dampak Era Industri terhadap peran Indonesia di dunia Internasional |
NO. |
CPBS |
CMPK |
Materi/Topik |
Sub Mater/Sub Topik |
Indikator |
79 |
|
|
Organisasi Regional dan
Internasional |
Peran Indonesia di Organisasi Regional dan Internasional |
98. Disajikan tabel
perbandingan mengenai peran
Indonesia di Organisasi Regional dan
Internasional mulai dari
jaman Presiden Soekarno sampai Presiden Jokowi, peserta dapat mengkategorikan peran Indonesia di Organisasi
Internasional. |
80 |
|
|
|
|
100. Disajikan tabel/narasi mengenai peran Indonesia di Organisasi Regional dan
Internasional mulai dari jaman Presiden Soekarno sampai Presiden Jokowi, peserta dapat mengkategorikan peran Indonesia di Organisasi
Internasional. |
81 |
mampu merancang pembelajaran IPS dengan menerapkan prinsip multidisiplin dan interdisipliner,
pedagogik, serta teknologi informasi dan komunikasi atau Technological Pedagogical and Content
Knowledge, dengan pendekatan saintifik,
kooperatif, aktif, kontekstual, integrated, dan tematik |
mampu
menelaah Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran IPS untuk merumuskan
indikator ketercapaian kompetensi dengan memperhatikan
karakteristik peserta didik, perkembangan intelektual, moral, dan sosial
peserta didik, lingkungan sek |
Perumusan Indikator berdasarkan KI dan KD |
Perumusan indikator dengan mempertimbangkan perkembangan
peserta didik |
20. Diberikan indikator Kompetensi Dasar (KD) pada materi Lembaga-lembaga Sosial, peserta dapat menentukan kegiatan motivasi yang sesuai dengan
materi, metode, dan teknologi yang diterapkan |
82 |
|
|
|
Perumusan indikator dengan mempertimbangkan teknologi abad 21 |
21. Diberikan indikator Kompetensi Dasar pada Materi Permintaan dan Penawaran, peserta dapat
menyimpulkan indikator yang sesuai |
83 |
|
|
|
Analisis KD berdasarkan konten materi di
CPBS 3 |
27. Diberikan Kompetensi Dasar pada materi perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia, peserta dapat
menentukan pilihan indikator yang paling relevan
dan bermakna |
84 |
|
Menentukan materi pokok dan bahan ajar IPS
SMP yang relevan dengan kompetensi |
Bahan Ajar |
Penyusunan bahan ajar sesuai dengan konten IPS SMP |
26. Diberikan kasus
tentang penyimpangan sosial, peserta dapat memutuskan pilihan bahan ajar yang
paling relevan |
NO. |
CPBS |
CMPK |
Materi/Topik |
Sub Mater/Sub Topik |
Indikator |
85 |
|
|
Materi Pokok |
Penyusunan materi ajar sesuai dengan konten IPS SMP |
28. Diberikan Kompetensi Dasar pada materi
perkembangan masyarakat pada masa
Hindu Buddha, peserta dapat menentukan materi pokok
atau materi esensial |
86 |
|
|
|
|
38. Disajikan kasus tentang materi pembelajaran IPS, peserta menentukan materi yang
sesuai |
87 |
|
Mengembangkan media pembelajaran IPS SMP mendukung peningkatan
keterampilan peserta didik
dalam memecahkan masalah
secara kritis, humanis, inovatif, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif |
Media Pembelajaran Tidak Langsung |
Media yang diproyeksikan |
46. Diberikan tujuan pembelajaran terkait materi Globalisasi, peserta dapat menentukan media berbasis TIK
yang relevan dengan tujuan tersebut |
88 |
|
|
|
Google Maps |
47. Diberikan tujuan pembelajaran mengenai letak
geografis Indonesia, peserta dapat menganalisis
berdasarkan data yang diberikan dari google maps |
89 |
|
Mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan strategi/pendekatan/model/metod e pembelajaran IPS SMP untuk
memfasilitasi pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara utuh
(kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif) yang m |
Pengembangan RPP yang terintegrasi dengan pendidikan karakter, keterampilan abad ke-21 dan perkembangan teknologi abad ke-21 |
RPP yang terintegrasi dengan pendidikan karakter,
keterampilan abad 21 dan TIK |
19. Diberikan indikator Kompetensi Dasar (KD) pada materi Kegiatan Ekonomi peserta dapat merekonstruksi pembelajaran yang mengarah pada pengembangan keterampilan
abad 21 |
NO. |
CPBS |
CMPK |
Materi/Topik |
Sub Mater/Sub Topik |
Indikator |
90 |
|
Mengembangkan sumber belajar IPS SMP dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang
mendukung pembelajaran dalam IPS SMP dan
memperhatikan keterpaduan pengetahuan IPS SMP |
Sumber belajar IPS yang
berbasis TIK |
Reading Materials |
48. Diberikan tujuan
pembelajaran terkait materi globalisasi, peserta dapat menentukan sumber belajar (Reading Materials) yang
relevan dengan tujuan
tersebut |
91 |
mampu melaksanakan pembelajaran IPS yang mendidik dengan
menerapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk membangun sikap (karakter
Indonesia), pengetahuan, dan keterampilan peserta didik dalam memecahkan
masalah secara kritis, humanis, inovatif, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif, dengan menggunakan model
pembelajaran dan sumber belajar yang didukung hasil penelitian |
Mengimplementasikan perangkat pembelajaran IPS SMP berbasis TPACK dengan menerapkan strategi/pendekatan/model/metod e
pembelajaran IPS SMP untuk memfasilitasi pengembangan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan secara utuh (kritis, kreatif, komunikatif, dan |
Penerapan Pendekatan Saintifik Learning |
Model Pembelajaran Problem Based
Learning |
4. Diberikan contoh kasus mengenai
penyelesaian masalah di masyarakat yang dikaitkan
dengan materi IPS, peserta dapat menyusun syntac dari kasus tersebut |
92 |
|
|
|
Model Pembelajaran Simulasi |
44. Diberikan sintak
model simulasi, peserta dapat mengkritik kelemahan model pembelajaran
simulasi |
93 |
|
|
Keterampilan mengajar IPS yang berbasis
TPACK untuk memfasilitasi pengembangan keterampilan abad 21 |
Keterampilan
dalam membuka pembelajaran |
18. Diberikan indikator KD tentang pembelajaran IPS, peserta dapat
merumukan kegiatan yang
termasuk dalam bagian
membuka pembelajaran. |
NO. |
CPBS |
CMPK |
Materi/Topik |
Sub Mater/Sub Topik |
Indikator |
94 |
|
|
Keterampilan Abad
21 |
Problem solving |
52. Disajikan contoh kasus mengenai keterampilan abad ke- 21, peserta dapat
menentukan cara memecahkan masalah dalam kasus tersebut |
95 |
|
|
|
Komunikasi |
64. Disajikan data mengenai pentingnya keterampilan komunikasi dalam proses pembelajaran,
peserta mampu menganalisis data tersebut dikaitkan dengan globalisasi |
96 |
|
|
Strategi pembelajaran IPS |
Literasi digital |
54. Disajikan contoh
kasus mengenai salah
satu materi IPS, peserta dapat menentukan literasi digital yang
dapat dilakukan oleh guru |
97 |
|
|
|
Strategi pembelajaran abad ke-21 |
55. Disajikan contoh kasus penggunaan media digital pada pembelajaran IPS, peserta
mampu merencanakan fase proses adopsi dan
adaptasi guru dalam
pembelajaran abad ke-21 |
98 |
|
|
|
Standar Teknologi Pendidikan
Nasional |
80. Disajikan narasi mengenai deskripsi standar teknologi pendidikan nasional, peserta dapat menentukan standar mana yang membahas deskripsi tersebut |
99 |
|
|
|
Bahan ajar berdasarkan cara
kerjanya |
84. Disajikan narasi
mengenai salah satu
bahan ajar sesuai materi IPS, peserta menentukan bahan ajar
berdasarkan cara kerjanya |
100 |
|
|
Model Pembelajaran Kolaboratif |
Karakteristik pembelajaran
kolaboratif |
62. Disajikan data mengenai
ciri-ciri pembelajaran Kolaboratif, peserta dapat membandingkan
efektivitas pembelajaran kolaboratif dengan model pembelajaran lainnya |
NO. |
CPBS |
CMPK |
Materi/Topik |
Sub Mater/Sub Topik |
Indikator |
101 |
mampu mengevaluasi masukan, proses, dan hasil pembelajaran IPS yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik dengan menerapkan
asesmen otentik, serta memanfaatkan hasil
evaluasi untuk perbaikan kualitas pembelajaran |
Mengembangkan alat evaluasi proses dan hasil pembelajaran IPS SMP berbasis teknologi informasi dan komunikasi |
Evaluasi hasil pembelajaran berbasis TIK |
Menulis tes Hasil Belajar |
14. Diberikan data
yang terkait dengan hasil belajar, peserta dapat
menganalisis butir soal yang ada |
102 |
|
|
|
Konstruksi instrumen asesmen
hasil belajar |
23. Diberikan indikator pembelajaran pada materi "Masa Pergerakan
Nasional", peserta dapat menentukan alat evaluasi yang
paling tepat dengan rumusan indikator
tersebut. |
103 |
|
|
|
Menulis butir soal tes |
49. Disajikan contoh butir soal tes, peserta dapat menganalisis kevalidan butir
soal tersebut |
104 |
|
|
|
|
82. Disajikan narasi mengenai materi Dinamika Sosial, peserta dapat
menyusun bentuk soal
benar salah yang
tepat |
105 |
|
|
|
Menyusun kisi-kisi |
76. Disajikan kompetensi dasar, materi esensial dan indikator salah satu materi
IPS, peserta mampu
menyusun indikator soal |
106 |
|
|
Evaluasi Proses Pembelajaran berbasis
TIK |
Kontruksi instrumen asesmen
proses |
22. Diberikan indikator pembelajaran dengan materi "Perubahan dan Kesinambungan Masa
Reformasi", peserta dapat menentukan pilihan alat evaluasi yang
tepat dengan rumusan
indikator tersebut. |
107 |
|
|
|
Penilaian antar teman |
56. Disajikan contoh kasus penilaian antar teman dalam proses pembelajaran, peserta
dapat menyimpulkan pernyataan yang benar
terkait dengan contoh kasus yang
diberikan |
108 |
|
|
|
Penilaian kinerja |
59. Disajikan data dalam bentuk skala penilaian dalam proses pembelajaran, peserta mampu
mengkaitkan skala penilaian dengan kinerja siswa |
NO. |
CPBS |
CMPK |
Materi/Topik |
Sub Mater/Sub Topik |
Indikator |
109 |
|
|
|
Penilaian diri |
73. Disajikan indikator pembelajaran dengan materi
kerajaan masa Islam, peserta dapat menentukan penilaian diri yang tepat
dengan rumusan indikator tersebut |
110 |
|
|
|
Jurnal |
83. Disajikan narasi mengenai perilaku guru dalam melakukan penilaian di kelas, peserta
mampu menganalisis rubrik jurnal yang dibuat guru |
111 |
mampu mengembangkan diri secara berkelanjutan
sebagai guru IPS yang profesional melalui penelitian, refleksi diri,
pencarian informasi baru, dan
inovasi |
Mampu melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah
dilakukan untuk membuat keputusan dalam rangka meningkatkan
kualitas pembelajaran IPS |
Pemanfaatan Hasil PTK dalam meningkatkan kualitas pembelajaran |
Memanfaatkan hasil PTK |
60. Disajikan data hasil PTK, peserta dapat memberikan contoh
tindak lanjut dari hasil PTK tersebut |
112 |
|
|
|
Refleksi hasil PTK |
61. Disajikan data hasil PTK, peserta dapat memberikan contoh perencanaan berikutnya
berdasarkan hasil refleksi PTK tersebut |
113 |
|
Mampu melaporkan proses dan hasil PTK dalam pembelajaran IPS |
Menyusun laporan PTK |
Manfaat laporan PTK |
51. Disajikan contoh kasus mengenai keberhasilan PTK, peserta
mampu menganalisis manfaat pembuatan PTK |
114 |
|
|
|
Format laporan PTK |
72. Disajikan hasil PTK dalam pembelajaran IPS. Peserta dapat menentukan aspek-aspek yang perlu dilaporkan berdasarkan hasil PTK |
115 |
|
Mampu mendesiminasikan hasil PTK dalam pembelajaran IPS dalam forum ilmiah. |
Diseminasi hasil PTK |
Diseminasi hasil PTK di kelas |
63. Disajikan data
mengenai hasil PTK
dalam pembelajaran IPS, peserta dapat menyimpulkan
pentingnya diseminasi hasil PTK dalam forum ilmiah
sebagai bentuk pertanggungjawaban guru sebagai peneliti. |
116 |
|
|
|
Diseminasi hasil PTK di Media
Cetak |
78. Disajikan narasi mengenai cara-cara penyebarluasan hasil PTK, peserta dapat menentukan media
yang tepat untuk
mendiseminasikan hasil PTK |
117 |
|
Mampu menganalisis permasalahan dalam pembelajaran
IPS di sekolah; |
Identifikasi masalah pembelajaran IPS SMP |
Identifikasi masalah |
87. Disajikan narasi
permasalahan pembelajaran perubahan sosial budaya, peserta dapat menentukan cara
pemecahan yang tepat |
NO. |
CPBS |
CMPK |
Materi/Topik |
Sub Mater/Sub Topik |
Indikator |
118 |
|
|
|
Rumusan masalah
PTK |
94. Disajikan permasalah pembelajaran IPS, peserta dapat menyimpulkan rumusan masalah
yang tepat |
119 |
|
Mampu merancang PTK dalam pembelajaran
IPS menggunakan kaidah penelitian pembelajaran dengan menerapkan
inovasi pembelajaran berbasis TPACK |
Rancangan
PTK dalam pembelajaran IPS SMP |
Format rancangan PTK |
88. Disajikan narasi permasalahan
pembelajaran perubahan sosial budaya, peserta dapat
merumuskan rancangan pemecahan permasalahan pembelajaran umtuk PTK |
120 |
|
|
|
Siklus Penelitian Tindakan kelas |
97. Disajikan siklus PTK menurut Kemmis dan Taggart, peserta dapat menganalisis tahapan observasi dalam
siklus tersebut |
5. Diberikan contoh kasus
tentang globalisasi, peserta
dapat menilai makna globalisasi bagi arah perkembangan manusia di masa
depan
materi di modul 4: halaman (142-143}
Dampak negatif
dari arus globalisasi ini kerap kali kita temui berbagai macam kejanggalan pada
prilaku pelajar, yang terkadang diluar batas nalar. Hal ini merupakan efek dari
pendidikan yang diberikan, sehingga apa yang dilakukan akan sesuai dengan apa yang
diberikan kepada pelajar itu sendiri.
Contoh kejanggalan
prilaku yang kerap kali dilakukan oleh para pelajar ialah, membolos saat
pelajaran berlangsung, tawuran antar pelajar, sex bebas, penggunaan handpone
yang menjadikan antar pelajar acuh terhadap orang disampingnya dan masih
banyak lagi. Dampak pengaruh negatif dari adanya globalisasi yang sering kita
dengar adalah adanya westernisasi atau gaya hidup kebarat-baratan. Disisi lain
pengaruh westernisasi dari segi pakaian juga membawa dampak negatif. Awalnya
bangsa kita selalu berpakaian sopan, selalu berpakaian tertutup, namun kini
tidak lagi, karena pengaruh pakaian-pakaian yang tidak sesuai. Sebagaimana
disebutkan sebelumnya, apabila terjadi pengaruh budaya luar yang masuk ke suatu
negara atau masyarakat maka akan timbul respon (reaksi). Berbagai reaksi itu
ada yang bersifat menolak, menyesuaikan (menerima), maupun menerima namun
dengan paksaan oleh karena misalnya budaya dari masyarakat tersebut kurang
dominan jika dibandingkan dengan budaya luar (asing) yang masuk. Nah di sinilah
yang perlu kita perhatikan, sebab dengan masuknya arus budaya global (akibat
lemahnya budaya lokal) maka dapat berakibat pada kerusakan akhlak suatu bangsa.
Tabel 3. Dampak positif dan negatif globalisasi dalam bidang
sosial budaya No. |
Dampak Positif |
Dampak Negatif |
1. |
Budaya lokal/daerah mulai dikenal dunia. |
Culture shock (masyarakat merasa gegar/bingung terhadap budaya
baru yang muncul sehingga merasa tidak dapat bergantung pada budaya aslinya. |
2. |
Masyarakat dapat mengenal berbagai kebudayaan asing.
|
Culture lag/ketimpangan budaya (masyarakat menganggap suatu
budaya lebih tinggi dibandingkan budaya lain sehingga kehilangan jati diri
budaya aslinya). |
3. |
Kehidupan masyarakat semakin maju. |
Etnosentrisme, yaitu sikap yang memandang budayanya
lebih baik (superior) dibanding budaya lain. |
4. |
Penggunaan hardware dan software hasil iptek semakin
meningkatkan intelektual dan pola pikir masyarakat. |
Mudah masuknya nilai-nilai sosial budaya negara lain
yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa, misalnya model pakaian yang
tidak memperhatikan nilai kesopanan. |
5. |
Semakin cepat dan lancarnya arus komunikasi,
informasi, dan transportasi. |
Arus globalisasi kadang kala menjadi sarana bagi
munculnya penyimpangan sosial, seperti konsumsi narkoba, seks bebas, tindak
kriminalitas, dan sebagainya. |
6. |
Masuknya beragam gagasan sosial budaya dari negara
lain, |
Pada umumnya, generasi muda mulai meninggalkan
nilai-nilai budaya |
33. Diberikan narasi mengenai
prinsip globalisme, peserta dapat menemukan contoh dampak
prinsip globalisme bagi
masyarakat Indonesia
Roland Robertson, dosen
sosiologi Universitas Aberdeen, salah satu penulis pertama di bidang
globalisasi, mendefinisikan globalisasi pada tahun 1992 sebagai:
...pemadatan dunia dan
pemerkayaan kesadaran dunia secara keseluruhan.[16]
Sosiolog Martin Albrow dan Elizabeth King
mendefinisikan globalisasi sebagai:
...semua proses yang
menyatukan penduduk dunia menjadi satu masyarakat dunia yang tunggal.[2]
Di The Consequences of Modernity, Anthony Giddens memakai definisi
berikut:
Globalisasi dapat
diartikan sebagai intensifikasi hubungan sosial dunia yang menghubungkan
tempat-tempat jauh sehingga peristiwa di suatu tempat dapat dipengaruhi oleh
peristiwa yang terjadi di tempat lain sekian kilometer jauhnya dan sebaliknya.[17]
Di Global Transformations, David Held dan
lainnya mendefinisikan globalisasi sebagai:
Meski dalam artian
paling sederhananya globalisasi mengacu pada pelebaran, pendalaman, dan
pemercepatan interkoneksi global, definisi semacam itu perlu dijelaskan lebih
jauh lagi. ... Globalisasi dapat ditempatkan di dalam satu kontinuum bersama
lokal, nasional, dan regional. Di satu ujung kontinuum, terdapat hubungan dan
jaringan sosial dan ekonomi yang berbasis lokal dan/atau nasional; di ujung
lain, terdapat hubungan dan jaringan sosial dan ekonomi yang menguat pada skala
interaksi regional dan global. Globalisasi dapat merujuk pada proses perubahan
ruang-waktu yang menopang transformasi susunan kehidupan manusia dengan
menghubungkan sekaligus memperluas aktivitas manusia melintasi wilayah dan
benua. Tanpa melihat kaitan keruangan seperti itu, istilah ini takkan bisa
dirumuskan secara jelas atau runtun. ... Definisi globalisasi yang tepat harus
bisa mencakup elemen-elemen berikut: jangkauan, intensitas, kecepatan, dan
pengaruh.[18]
Dalam buku The Race to the Top: The Real Story of
Globalization, jurnalis Swedia Thomas Larsson menyatakan
bahwa globalisasi adalah:
...proses penyusutan
dunia sehingga jarak semakin pendek dan segala hal terasa semakin dekat.
Globalisasi mengacu pada semakin mudahnya interaksi antara seseorang di satu
tempat dengan orang lain di belahan dunia yang lain.[19]
Jurnalis Thomas L. Friedman memopulerkan
kata "flat world" (dunia
datar). Ia berpendapat bahwa perdagangan global, outsourcing, rantai
suplai, dan kekuatan politik telah mengubah dunia lebih baik atau
buruk secara permanen. Ia menegaskan bahwa globalisasi berlangsung semakin
cepat dan pengaruhnya terhadap organisasi dan praktik bisnis akan terus
berkembang.[20]
Ekonom Takis Fotopoulos mendefinisikan
"globalisasi ekonomi" sebagai pembebasan dan deregulasi pasar
komoditas, modal, dan tenaga kerja yang berujung pada globalisasi neoliberal masa
kini. Ia memakai istilah "globalisasi politik" untuk menyebut
kemunculan kaum elit transnasional dan hilangnya negara bangsa. "Globalisasi budaya" digunakan untuk
menyebut homogenisasi budaya dunia. Istialh lainnya adalah
"globalisasi ideologi",
"globalisasi teknologi", dan
"globalisasi sosial".[21]
Karakteristik
Globalisasi[sunting | sunting sumber]
1.
Penggunaan antena parabola pada
TV memungkinkan seseorang merasakan banyak hal dari budaya lain, karena
parabola tidak hanya menyediakan saluran dalam negeri saja melainkan juga dari
luar negeri.
Perubahan konsep ruang
serta waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet membuat komunikasi global terjadi dengan cepat. Pergerakan
massa, seperti pariwisata , membuat kita dapat merasakan banyak hal dari
bermacam-macam budaya di dunia.
2. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadikan masing-masing
saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perekonomian, pembagian
pekerjaan yang baru secara internasional, meningkatnya pengaruh perusahaan
multinasional, dan dominasi organisasi dunia seperti World
Trade Organization (WTO).
3. Peningkatan interaksi kultural lewat perkembangan media massa
(contohnya televisi, film ,
musik, serta transmisi berita dan olahraga internasional). Saat ini, kita dapat
mengonsumsi dan mengalamai gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang
beraneka ragam dari berbagai budaya, misalnya fashion, literatur, dan makanan.
4. Meningkatnya masalah bersama, misalnya dalam aspek lingkungan,
ekonomi, perdagangan obat terlarang internasional, kesehatan, dan terorisme.[41]
17. Diberikan gambar
perbandingan lembaga dan pranata sosial, peserta dapat
membedakan lembaga dan pranata
sosial materi di modul 4; halaman (66.......)
Beberapa
karakteristik utama dari lembaga sosial, yaitu:
a.
Lembaga sosial merupakan
organisasi yang bersifat tetap.
Sifat tetap yang ada
pada lembaga sosial lebih disebabkan oleh adanya kebutuhan-kebutuhan setiap
orang dalam lembaga sosial yang bersangkutan juga bersifat relatif tetap.
b.
Lembaga sosial merupakan suatu
organisasi yang terstruktur secara rapih.
Artinya, di dalam
lembaga sosial terdapat struktur terpadu yang terdiri dari kedudukan atau
jabatan, peran-peran sosial, pola-pola perilaku, dan hubungan-hubungan antar
komponen secara keseluruhan yang bersifat tetap.
c.
Keberadaan lembaga sosial
berkaitan dengan kebutuhan utama manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
d.
Adapun kebutuhan utama yang
dimaksudkan dalam hal ini berkaitan dengan kebutuhan material, spiritual,
sosial, ekonomi, dan lain sebagainya.
e. Lembaga sosial memiliki sistem nilai dan sistem norma yang mengikat
perilaku manusia.
f. Dengan demikian, segala jenis kegiatan yang dilaksanakan dalam suatu
lembaga sosial disesuaikan dengan peranan lembaga sosial yang bersangkutan.
Adapun
ciri-ciri atau karakteristik pranata sosial adalah meliputi hal-hal berikut
ini. (https://www.gurupendidikan.co.id/pranata-sosial/)
- Memiliki
Lambang-Lambang/Simbol.
Setiap
pranata sosial pada umumnya memiliki lambang-lambang atau simbol-simbol yang
ter-wujud dalam tulisan, gambar yang memiliki makna serta menggambarkan tujuan
dan fungsi pranata yang bersangkutan. Contoh cincin pernikahan sebagai simbol
dalam pranata keluarga, burung garuda merupakan simbol dari pranata politik
negara Indonesia.
- Memiliki
Tata Tertib dan Tradisi.
Pranata
sosial memiliki aturan-aturan yang menjadi tata tertib serta tradisi-tradisi
baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang akan menjadi acuan serta pedoman
bagi setiap anggota masyarakat yang ada di dalamnya. Contohnya dalam pranata
keluarga seorang anak wajib bersikap hormat kepada orang tua, namun tidak ada
aturan tertulis yang baku tentang deskripsi sikap tersebut. Sementara itu dalam
pranata pendidikan ada aturan-aturan tertulis yang wajib dipatuhi semua warga
sekolah yang tertuang dalam tata tertib sekolah.
- Memiliki
Satu atau Beberapa Tujuan.
Pranata
sosial mempunyai tujuan yang disepakati bersama oleh anggota masyarakat. Tujuan
pranata sosial kadang tidak sejalan dengan fungsinya secara keseluruhan.
Contoh: Pranata ekonomi, antara lain bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
- Memiliki
Nilai
Pranata sosial merupakan hasil pola-pola pemikiran dan pola-pola perilaku dari sekelompok orang atau anggota masyarakat, mengenai apa yang baik dan apa yang seharusnya dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian pranata sosial terdiri atas adat istiadat, tradisi atau kebiasaan serta unsur-unsur kebudayaan lain yang secara langsung maupun tidak langsung bergabung dalam suatu fungsi, sehingga pranata sosial tersebut mempunyai makna atau nilai di dalam masyarakat tersebut. Contoh tradisi dan kebiasaan dalam pranata keluarga adalah sikap menghormati atau sikap sopan santun terhadap orang yang lebih tua. - Memiliki
Usia Lebih Lama (Tingkat Kekekalan Tertentu).
Pranata
sosial pada umumnya memiliki umur lebih lama daripada umur manusia. Pranata
sosial pada umumnya tidak mudah berganti atau berubah. Hal tersebut terbukti
dengan banyaknya pranata sosial yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Pranata sosial yang telah diterima akan melembaga pada setiap diri anggota
masyarakat dalam jangka waktu relatif lama sehingga dapat di-tentukan memiliki
tingkat kekekalan tertentu. Contohnya tradisi silaturahmi pada waktu hari raya
lebaran, merupakan tradisi turun temurun dari dulu hingga sekarang.
- Memiliki
Alat Kelengkapan.
Pranata
sosial dan memiliki sarana dan prasarana yang digunakan untuk mencapai tujuan. Misalnya
mesin produksi pada sebuah pabrik merupakan sarana dalam pranata ekonomi untuk
menghasilkan barang.
25. Diberikan kasus tentang bentuk-bentuk perubahan sosial, peserta dapat menganalisis salah satu bentuk
perubahan sosial budaya
materi di
modul 4;
Perubahan
yang terjadi di dalam masyarakat berupa perubahan norma-norma sosial,
nilai-nilai sosial, interaksi sosial, pola-pola perilaku, organisasi sosial,
lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan masyarakat, susunan kekuasaan, dan wewenang.
Begitu luasnya bidang-bidang perubahan itu sehingga perlu ditentukan batasan
pengertian perubahan sosial. (halaman 134)
Perubahan sosial
yang terjadi dalam masyarakat dapat dibedakan atas beberapa bentuk, yaitu
perubahan evolusi dan perubahan revolusi, perubahan berencana dan perubahan
tidak berencana, perubahan berpengaruh besar serta perubahan berpengaruh kecil.
a. Perubahan
Evolusi dan Perubahan Revolusi
1) Perubahan
Evolusi
Perubahan evolusi
adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam proses lambat, dalam waktu
yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari masyarakat yang
bersangkutan. Perubahan-perubahan ini berlangsung mengikuti kondisi
perkembangan masyarakat, yaitu sejalan dengan usaha-usaha masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dengan kata lain, perubahan sosial
terjadi karena dorongan dari usaha-usaha masyarakat guna menyesuaikan diri
terhadap kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan perkembangan masyarakat pada waktu
tertentu.
Contoh, perubahan
sosial dari masyarakat berburu menuju ke masyarakat meramu.
Gambar 3.
Kehidupan manusia purba pada masa berburu merupakan perubahan evolusi (Sumber: docplayer.info.com)
Kehidupan
masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan masih sangat sederhana.
Mereka memenuhi segala kebutuhan hidupnya dari berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka memakan
makanan yang disediakan oleh alam. Makanan diperoleh dengan cara berburu,
mengumpulkan buah-buahan, ubi-ubian, dan menangkap ikan. Mereka hidup dalam
kelompok-kelompok kecil (bergerombol) agar mampu menghadapi segala macam
tantangan atau ancaman. Manusia purba telah pandai memilih tempat-tempat
tinggalnya, seperti di tepi sungai, di tepi danau ataupun di pantai. Ada juga
yang tinggal di dalam goa-goa atau ceruk-ceruk batu; maka tempat tinggal mereka
tidak menetap. Di tepi sungai atau danau banyak terdapat ikan dan binatang lain
yang menjadi buruan mereka dan dapat mereka makan. Ada yang hidup di tepi
pantai karena pantai banyak terdapat sumber makanan. Demikian juga yang tinggal
di gua-gua, di daerah sekitarnya pastilah daerah yang cukup memberikan makanan,
sehingga mereka bisa bertahan untuk hidup. Masa inilah yang disebut masa food
gathering (mencari dan mengumpulkan makanan) dengan sistem hidup
berpindah-pindah (nomaden).
Menurut
Soerjono Soekanto (1987), terdapat tiga teori yang mengupas tentang evolusi,
yaitu:
a) Unilinier Theories of Evolution: Teori ini menyatakan bahwa manusia dan
masyarakat mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, dari yang
sederhana menjadi kompleks dan sampai pada tahap yang sempurna.
b) Universal Theory of Evolution: Teori ini menyatakan bahwa perkembangan
masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Menurut teori
ini, kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi yang tertentu.
c) Multilined Theories of Evolution: Teori ini menekankan pada penelitian
terhadap tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya,
penelitian pada pengaruh perubahan sistem pencaharian dari sistem berburu ke
pertanian.
Semua
teori evolusi menilai bahwa perubahan masyarakat dan kebudayaan melalui urutan
penahapan yang sama dan bermula dari tahapan perkembangan awal menuju ke tahap
perkembangan terakhir. Teori-teori evolusi menyatakan bahwa perubahan
masyarakat dan kebudayaan memiliki arah tetap yang dilalui oleh semua
masyarakat, dan manakala tahap terakhir telah dicapai maka pada saat itu
perubahan evolusi pun berakhir (Ranjabar, 2015).
2) Perubahan Revolusi
Perubahan
revolusi merupakan perubahan yang berlangsung secara cepat dan tidak ada
kehendak atau perencanaan sebelumnya. Secara sosiologis perubahan revolusi
diartikan sebagai perubahan-perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan
atau lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Dalam
revolusi, perubahan dapat terjadi dengan direncanakan atau tidak direncanakan.
Revolusi sering kali diawali adanya ketegangan atau konflik dalam tubuh
masyarakat yang bersangkutan.
Revolusi
tidak dapat terjadi di setiap situasi dan kondisi masyarakat. Secara sosiologi,
suatu revolusi dapat terjadi harus memenuhi beberapa syarat tertentu.
Syarat-syarat tersebut antara lain:
a) Ada beberapa keinginan umum mengadakan
suatu perubahan. Di dalam masyarakat harus ada perasaan tidak puas terhadap
keadaan, dan harus ada suatu keinginan untuk mencapai perbaikan dengan
perubahan keadaan tersebut.
b) Adanya seorang pemimpin atau sekelompok
orang yang dianggap mampu memimpin masyarakat tersebut.
c) Pemimpin tersebut dapat menampung
keinginan-keinginan tersebut, untuk kemudian merumuskan serta menegaskan rasa
tidak puas dari masyarakat, untuk dijadikan program dan arah bagi geraknya
masyarakat.
d) Pemimpin tersebut harus dapat
menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat. Artinya adalah bahwa tujuan tersebut
bersifat konkret dan dapat dilihat oleh masyarakat. Selain itu, diperlukan juga
suatu tujuan yang abstrak. Misalnya perumusan sesuatu ideologi tersebut.
e)
Harus ada momentum untuk revolusi, yaitu suatu saat di mana segala keadaan dan
faktor adalah baik sekali untuk memulai dengan gerakan revolusi. Apabila
momentum (pemilihan waktu yang tepat) yang dipilih keliru, maka revolusi dapat
gagal.
b. Perubahan yang Direncanakan dan Perubahan yang
Tidak Direncanakan
Bagaimana
uraian dari perubahan-perubahan tersebut, dapat kamu perhatikan materi di bawah
ini.
1) Perubahan yang Direncanakan
Perubahan
yang direncanakan adalah perubahan-perubahan yang diperkirakan atau yang telah
direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan
di dalam masyarakat (Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi: 1974). Pihak-pihak
yang menghendaki suatu perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang
atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai
pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan. Oleh karena itu, suatu
perubahan yang direncanakan selalu di bawah pengendalian dan pengawasan agent
of change. Secara umum, perubahan berencana dapat juga disebut perubahan
dikehendaki. Misalnya, untuk mengurangi angka kematian anak-anak akibat polio,
pemerintah mengadakan gerakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) atau untuk
mengurangi pertumbuhan jumlah penduduk pemerintah mengadakan program keluarga
berencana (KB). Selain itu pemilihan kepala daerah atau presiden melalui pemilu
merupakan contoh perubahan sosial yang direncanakan.
Gambar
4. Pemilihan kepala daerah merupakan salah satu contoh dari perubahan yang
direncanakan
(Sumber:
kompasiana.com) Pemilihan presiden dan kepala daerah merupakan bagian dari
proses perubahan sosial yang direncanakan, karena harus melalui tahapan-tahapan
tertentu dan berbagai prosedur yang harus ditempuh. Dalam proses
pelaksanaannya, pemilu melalui beberapa tahap pelaksanaan, yaitu pendaftaran
pemilih, kampanye, pemungutan suara, perhitungan suara serta pengumuman hasil
pemilu. Sehingga membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Untuk lebih
jelas tentang masing-masing prosesnya saudara dapat menyimak video simulasi langkah-langkah
pelaksanaan pemilu raya yang terdapat didaring.
2) Perubahan yang Tidak Direncanakan
Perubahan
yang tidak direncanakan biasanya berupa perubahan yang tidak dikehendaki oleh
masyarakat. Karena terjadi di luar perkiraan dan jangkauan, perubahan ini
sering membawa masalah-masalah yang memicu kekacauan atau kendala-kendala dalam
masyarakat. Oleh karenanya, perubahan yang tidak dikehendaki sangat sulit
ditebak kapan akan terjadi. Misalnya, kasus banjir bandang di Sinjai,
Kalimantan Barat. Berikut adalah salah satu contoh korban banjir:
Gambar
5. Bencana banjir merupakan contoh perubahan
yang
tidak direncanakan
(Sumber:
riauexpose.com)
Timbulnya
banjir dikarenakan pembukaan lahan yang kurang memperhatikan kelestarian lingkungan.
Sebagai akibatnya, banyak perkampungan dan permukiman masyarakat terendam air
yang mengharuskan para warganya mencari permukiman baru. Bencana banjir yang
sering terjadi di Inonesia merupakan sebuah perubahan yang tidak direncanakan.
Selain itu juga perubahan tersebut membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan
masyarakat.
c. Perubahan Berpengaruh Besar dan Perubahan
Berpengaruh Kecil
Apa
yang dimaksud dengan perubahan-perubahan tersebut dapat kamu ikuti
penjabarannya berikut ini.
1) Perubahan Berpengaruh Besar
Suatu
perubahan dikatakan berpengaruh besar jika perubahan tersebut mengakibatkan
terjadinya perubahan pada struktur kemasyarakatan, hubungan kerja, sistem mata
pencaharian, dan stratifikasi masyarakat. Sebagaimana tampak pada perubahan
masyarakat agraris menjadi industrialisasi. Pada perubahan ini memberi pengaruh
secara besar-besaran terhadap jumlah kepadatan penduduk di wilayah industri dan
mengakibatkan adanya perubahan mata pencaharian. Alvin Toffler, futurolog AS,
pernah menuliskan akan hal tersebut dalam bukunya yang berjudul The Third Wave.
Bahwa ada tiga gelombang teknologi yang terjadi di dunia ini, gelombang pertama
era pertanian, setelah itu akan muncul era industri dan kemudian lahirlah era
informasi.
Gambar
6. Perubahan yang berpengaruh besar dari mulai era agraris menuju era industri
dan sekarang adalah era reformasi
(Sumber:
kompasiana.com) Setuju atau tidak setuju pandangan tersebut, intinya saat ini
kita berada di gelombang informasi. Terbukti dari perubahan dan kemajuan
teknologi informasi yang sangat pesat, kita tersadar bahwa kita ada di era
informasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa era ini telah mengubah banyak hal dalam
kehidupan, mulai dari perkembangan bisnis, kemajuan pengetahuan dan teknologi,
pesatnya informasi dan berita, berkembangnya aplikasi. Bahkan hingga interaksi
dan komunikasi semakin pesat sejak kehadiran media online dan media
sosial. Salah satu contoh dampak dari ada kemajuan teknologi adalah di dunia
pendidikan khususnya di Indonesia. Dalam hal evaluasi akhir pada setiap jenjang
pendidikan, dahulu di Indonesia Ujian Nasional dilaksanakan secara manual atau
dengan ujian tertulis. Namun saat ini pelaksanaan Ujian Nasional sudah
menggunakan teknologi yaitu berbasis komputer, atau yang sekarang ini dikenal
dengan sebutan UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer), disebut juga Computer
Based Test (CBT) adalah sistem pelaksanaan ujian nasional dengan
menggunakan komputer sebagai media ujiannya. Dalam pelaksanaannya, UNBK berbeda
dengan sistem ujian nasional berbasis kertas atau Paper Based Test (PBT)
yang selama ini sudah berjalan. seperti pelaksanaannya pun bisa saudara lihat
pada gambar berikut ini:
Gambar
7. Pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer
(Sumber:
viva.com)
Penyelenggaraan
UNBK pertama kali dilaksanakan pada tahun 2014-2019 dapat dikatakan berhasil.
Sejauh ini hingga tahun 2019 pelaksanaan UNBK telah berhasil dilaksanakan
hampir diseuruh sekolah yang ada di Indonesia. Kondisi ini yang menunjukkan
bahwa kemajuan teknologi mempunyai pengaruh yang sangat besar dan luar biasa
terhadap kemajuan bidang pendidikan di Indonesia. Secara lebih lanjut
pelaksanaan UNBK dapat saudara saksikan melalui video simulasi pelaksanaan
Ujian Nasional Berbasis Komputer yang ada di modul daring.
2) Perubahan Berpengaruh Kecil
Perubahan
berpengaruh kecil merupakan pengaruh yang dampaknya berpengaruh hanya pada
sebagian masyarakat. Contoh, perubahan mode pakaian dan mode rambut.
Perubahan-perubahan tersebut tidak membawa pengaruh yang besar dalam masyarakat
karena tidak mengakibatkan perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan.
Gambar
8. Perubahan mode pakaian termasuk dalam bentuk perubahan
yang
berpengaruh kecil
(Sumber:
docplayer.info)
Perkembangan mode pakaian hampir terjadi
di berbagai negara. Dalam kacamata teori siklus, periode pergantian mode
pakaian mempunyai pola memutar, dari mode pakaian pada tahun tertentu, di saat
tahun sekarang bisa saja terulang. Perubahan mode pakaian itulah yang dapat
diikuti hanya sebagian kelompok masyarakat saja sehingga perubahan mode pakaian
ini tergolong dalam perubahan yang berpengaruh kecil.
30. Diberikan narasi mengenai cultural shock, peserta dapat menganalisis dampaknya terhadap
masyarakat
Materi di modul 4 159……..
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
29. Diberikan
narasi mengenai bentuk-bentuk interaksi sosial, peserta dapat menentukan rekonstruksi salah satu bentuk interaksi sosial
Materi
dimodul: 4:
Bentuk Interaksi
Sosial
Interaksi sosial yang dilakukan manusia mengarah ke dua kutub yang
berlawanan. Adakalanya mengarah pada suatu kerja sama, namun pada saat lain
dapat mengarah ke bentuk perlawanan. Interaksi sosial yang mengarah ke bentuk
kerja sama disebut interaksi asosiatif, sedangkan interaksi sosial yang
mengarah ke bentuk perlawanan disebut interaksi disosiatif. Kedua kutub itu
memiliki variasi bentuk yang bermacam-macam.
a. Interaksi Sosial yang Bersifat Asosiatif
Interaksi sosial asosiatif dapat berupa kerja sama, akomodasi,
asimilasi, akulturasi, dekulturasi, dominasi, paternalisme, diskriminasi,
integrasi, dan pluralisme.
1) Kerja Sama
Kerja sama merupakan interaksi yang paling penting. Pada dasarnya,
setiap manusia melakukan interaksi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berbagai
situasi mendorong orang untuk bekerja sama. Misalnya, tantangan alam yang
ganas, pekerjaan yang membutuhkan tenaga massal, upacara keagamaan yang sakral,
atau ada musuh datang dan mengancam kehidupan bersama. Dengan demikian, kerja
sama dapat diartikan sebagai bergabungnya individu-individu, kelompok-kelompok,
individu dengan kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Di dalam masyarakat, kerja sama dibedakan menjadi lima jenis, yaitu
sebagai berikut.
a) Bargaining, pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran
barang-barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih. Dalam arti yang
lebih luas,
bargaining adalah nilai tawar. Bargaining dilakukan
agar proses kerjasama dapat memberi keuntungan secara adil bagi kedua belah
pihak, misalnya proses jual beli di pasar.
b) Kooptasi, proses penerimaan unsur-unsur baru
dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai
salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas
organisasi yang bersangkutan.
c) Koalisi, gabungan dua kelompok atau lebih
yang berusaha mencapai tujuan sama. Misalnya, dua atau lebih partai politik
berkoalisi untuk untuk mengajukan seorang calon presiden.
d) Joint venture, bentuk kerjasama yang
dilakukan oleh dua perusahaan dalam melaksanakan suatu proyek. Misalnya,
Pertamina mengadakan join venture dengan salah satu perusahaan minyak
internasional untuk mengeksplorasi ladang minyak di Blok Cepu, Jawa Tengah.
e) Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong
menolong.
Gambar 9. Kegiatan gugur gunung mengandung nilai-nilai
luhur gotong royong
(Sumber: Hipwe.com)
Kegiatan gotong royong merupkan bentuk
perilaku-perilaku masyarakat pertanian desa yang bekerja untuk yang lainnya
tanpa menerima upah, dan lebih luas, sebagai suatu tradisi yang mengakar,
meliputi aspek-aspek dominan lain dalam kehidupan sosial. Gotong royong dapat
diartikan sebagai aktivitas sosial, namun yang paling penting dalam memaknainya
adalah menjadikannya filosofi dalam hidup yang menjadikan kehidupan bersama
sebagai aspek yang paling penting. Konsep yang setara dengan gotong royong
dalam local wisdom kita adalah “Gugur Gunung”. Ini merupakan kegiatan
yang dilakukan oleh komunitas pedesaan di Jawa secara bersama-sama untuk
menuntaskan pekerjaan yang kaitannya dengan fasilitas umum. Sebagai contoh
adalah
membersihkan selokan,
membuat jalan setapak, membuat jembatan desa, bersih-bersih lingkungan dan
sebagainya. “Gugur Gunung “ dilakukan pada hari minggu atau hari libur dan pada
hari-hari tertentu yang dipandang istimewa.
2) Akomodasi
Akomodasi adalah cara menyelesaikan pertentangan
antara dua pihak tanpa menghancurkan salah satu pihak. Dengan demikian,
kepribadian masing-masing tetap terpelihara. Tujuan akomodasi dapat
berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya, yaitu:
a) untuk mengurangi pertentangan antara orang
perorangan atau kelompok- kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham.
Akomodasi di sini bertujuan untuk menghasilkan suatu perpaduan yang selaras
antara kedua pendapat agar menghasilkan suatu pola yang baru,
b) untuk mencegah pecahnya pertentangan secara
temporer,
c) untuk mewujudkan kerjasama antar kelompok yang
terpisah secara psikologis dan kultural, seperti dijumpai pada masyarakat
kasta,
d) untuk mengadakan peleburan kelompok-kelompok yang
terpisah secara sosial.
Oleh karena itu, akomodasi merupakan suatu
keseimbangan (equilibrium) dalam proses sosial.
Akomodasi sebagai suatu proses mempunyai beberapa
bentuk, yaitu:
a) Koersi (Coercion)
Koersi adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya
dipaksakan. Pemaksaan terjadi bila satu pihak menduduki posisi kuat sedangkan
pihak lain dalam posisi lemah. Misalnya, antara majikan dan buruh atau antara
atasan dengan bawahan. Dalam sejarah, kita mengenal kerja sama antara rakyat
Indonesia dengan Belanda dalam bentuk tanam paksa atau kultur stelsel.
Dalam peristiwa semacam ini, orang bekerjasama tidak didasari oleh keinginan
sendiri, tetapi karena takut ancaman pihak yang kuat.
b) Kompromi (Compromise)
Kompromi adalah akomodasi yang terjadi karena
masing-masing pihak mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian
terhadap perselisihan yang ada. Kompromi sering terjadi dalam dunia politik dan
perdagangan. Apabila dua partai politik yang memiliki kekuatan sama berebut
suatu kedudukan, pada umumnya diselesaikan dengan cara kompromi.
c) Arbitrase (Arbitration)
Arbitrase adalah cara mengatasi konflik dengan meminta
bantuan pihak ketiga sebagai penengah. Penentuan pihak ketiga harus disepakati
oleh dua pihak yang berkonflik. Keputusan pihak ketiga bersifat mengikat.
Kerjasama seperti ini pernah terjadi ketika Indonesia dan Malaysia
memperebutkan Kepulauan Spratley. Kedua negara merasa memiliki hak atas
kedaulatan pada kepulauan itu sehingga setiap diadakan pembicaraan selalu
mengalami jalan buntu. Akhirnya, kedua pihak membawanya ke Lembaga Arbitrase
Internasional di BelAnda. Keputusan lembaga ini menetapkan kepulauan itu
sebagai wilayah Malaysia. Karena keputusan lembaga itu bersifat mengikat, maka
Indonesia tidak bisa berbuat banyak kecuali menerimanya walaupun dengan berat
hati. Contoh kejadian sehari-hari mengenai kerja sama seperti ini dapat kita
lihat saat dua orang adik kakak berebut mainan. Untuk mendamaikannya, ibu kedua
anak itu turun tangan. Sang ibu memutuskan memberikan mainan kepada salah satu
anak sambil membujuk anak yang satunya agar tidak menuntut.
Gambar 10. Kesepakatan Helsinki merupakan hasil
mediasi pertikaian antara RI-GAM
(Sumber: Mercinews.com)
d) Mediasi (Mediation)
Mediasi adalah cara mengatasi konflik dengan minta
bantuan pihak ketiga sebagai penasihat. Berbeda dengan arbitrase, keputusan
pihak ketiga tidak mengikat. Seorang mediator biasanya hanya bisa memberikan
saran terbaik bagi dua pihak yang saling bersengketa. Misalnya, apabila Anda
terlibat pertentangan pendapat dengan teman sekelas. Baik Anda maupun teman
Anda tidak mau mengalah. Datanglah seorang teman lain yang menengahi dan
menyarankan agar pertentangan itu jangan diteruskan. Penengah konflik itulah
yang disebut mediator.
e) Toleransi
Toleransi adalah sikap saling menghormati dan
menghargai pendirian masing-masing. Kerja sama dalam bentuk seperti ini, sangat
penting bagi negara kita yang terdiri atas berbagai macam agama. Dalam
kehidupan sehari-hari, kita harus selalu dapat bertoleransi dengan teman-teman
kita yang berbeda agama.
f) Konversi (Convertion)
Konversi adalah penyelesaian konflik dengan
mengalahnya salah satu pihak dan menerima pendirian pihak lain. Dalam interaksi
antar pribadi, hal ini sering terjadi. Misalnya, seorang kakak berebut mainan
dengan adiknya. Pada umumnya, sang kakak mengalah terhadap adiknya sehingga
konflik segera selesai. Dalam urusan yang lebih luas di masyarakat, hal semacam
ini sulit terjadi karena akan menimbulkan konsekuensi merugikan bagi pihak yang
mengalah. Namun, bukan berarti tidak ada. Dalam sengketa keluarga yang
disidangkan di pengadilan, konversi ditempuh agar konflik tidak semakin sengit.
g) Konsiliasi (Consiliation)
Konsiliasi adalah penyelesaian konflik dengan jalan
mempertemukan pihak-pihak yang bertentangan lewat perundingan untuk memperoleh
kesepakatan. Berbagai konflik sosial yang terjadi di Tanah Air kita melibatkan
kelompok-kelompok di masyarakat. Misalnya, kerusuhan di Ambon, Aceh, Poso, dan
Papua diselesaikan dengan mempertemukan kedua kelompok yang bertikai dalam
suatu meja perundingan. Kebanyakan cara ini berhasil.
h) Stalemate
Stalemate berarti jalan buntu.
Maksudnya, pihak-pihak yang bersengketa memiliki kekuatan yang seimbang,
sehingga berhenti pada posisi tertentu. Hal seperti ini terjadi, karena kedua
belah pihak tidak mempunyai harapan untuk maju maupun mundur. Dalam keadaan
seperti itu sengketa berhenti, namun sebenarnya bukan akhir dari konflik.
Konflik masih tetap ada dan bersifat laten. Pihak-pihak yang bersengketa secara
diam-diam masih memendam persoalan. Sengketa akan segera muncul ke permukaan
lagi apabila kondisi ‘keseimbangan kekuatan’ tiba-tiba berubah.
i) Ajudikasi (Adjudication)
Ajudikasi adalah penyelesaian konflik melalui
pengadilan. Pengadilan adalah lembaga hukum yang berfungsi menjalankan
pengadilan terhadap berbagai perkara pidana maupun perdata. Salah satunya
adalah konflik yang terjadi di masyarakat. Pada umumnya, cara seperti ini ini
ditempuh sebagai alternatif terakhir dalam penyelesaian konflik. Sedapat
mungkin mereka yang terlibat akan berusaha menanganinya dengan jalan
kekeluargaan atau meminta tolong pihak ketiga sebagai mediator. Apabila
cara-cara seperti itu gagal, terpaksa perkara dilimpahkan ke pengadilan.
j) Segregasi (Segregation)
Gambar 11. Penyelesaian konflik melalui pengadilan
(Sumber: TribunAsia.com)
Segregasi adalah upaya saling memisahkan diri atau
saling menghindar di antara pihak-pihak yang bertentangan dalam rangka
mengurangi ketegangan. Di masyarakat kita, akhir-akhir ini sering terjadi
luapan ketidakpuasan dalam bentuk demonstrasi di jalanan. Pihak yang setuju
maupun yang tidak setuju terhadap suatu persoalan sering mengerahkan massa
demonstran. Apabila dua kelompok massa yang saling bermusuhan bertemu, maka
akan terjadi bentrok fisik. Untuk menghindari bentrok fisik, pada umumnya
aparat keamanan memisahkan jalur kedua kelompok massa agar tidak bertemu.
Pemisahan atau segregasi dapat pula dilakukan oleh para koordinator lapangan
yang memimpin demonstrasi.
k) Gencatan Senjata (Cease Fire)
Gencatan senjata adalah penangguhan permusuhan atau
peperangan dalam jangka waktu tertentu. Masa penangguhan digunakan untuk
mencari upaya penyelesaian konflik di antara pihak-pihak yang bertikai.
Misalnya, dalam konflik Aceh. Pemimpin TNI dan GAM sering mengambil sikap
gencatan senjata (menghentikan serangan) untuk memberi kesempatan wakil-wakil
mereka berunding mencari penyelesaian.
l) Displasemen (Displacement)
Displasemen adalah usaha mengakhiri konflik dengan
mengalihkan pada objek lain. Ketika di Jakarta marak terjadi perkelahian
antarpelajar, pemerintah DKI membuat gelanggang tinju antar pelajar. Dengan
memberikan sarana penyaluran energi fisik ke dalam bentuk olah raga tinju,
diharapkan pelajar yang gemar bertarung dapat mengalihkan sasarannya pada
hal-hal positif. Selain tinju, berbagai olahraga dan seni lainnya dapat
mengalihkan konflik antar pelajar.
3) Asimilasi
Asimilasi adalah interaksi sosial dalam jangka waktu
lama antara dua masyarakat yang mempunyai kebudayaan berbeda. Jangka waktu lama
membuat kedua masyarakat saling menyesuaikan diri. Lambat laun kebudayaan asli
mereka membaur, sehingga terbentuk kebudayaan baru. Kebudayaan baru itu,
merupakan penyatuan dua atau lebih kebudayaan yang saling berasimilasi.
Masyarakat yang berasimilasi pun tidak membeda-bedakan antara kebudayaan lama
dan yang baru.
Proses asimilasi terjadi dengan mengurangi perbedaan
antara individu-individu dan kelompok-kelompok pada kedua belah pihak. Setiap
individu berusaha menyelaraskan diri dengan kepentingan dan tujuan kelompok.
Asimilasi membuat batas-batas antar kelompok menjadi hilang.
Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya proses
asimilasi, yaitu:
a. Toleransi, keterbukaan, saling menghargai, dan
saling menerima unsur-unsur kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan sendiri;
b. Kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi sehingga
dapat mengurangi kecemburuan sosial;
c. Sikap menghargai orang asing dengan segala
kebudayaan yang dimilikinya;
d. Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam
masyarakat;
e. Perkawinan campuran antara beberapa kelompok
(amalgamasi);
f. Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan; g. Masuknya
unsur-unsur atau musuh berbahaya dari luar yang harus dihadapi bersama. Adapun
faktor-faktor yang menghambat terjadinya proses asimilasi adalah: a. Kehidupan
masyarakat yang terisolir dari masyarakat umum, b. Kurangnya pengetahuan
terhadap kebudayaan lain, c. Kecurigaan dan kecemburuan sosial terhadap
kelompok lain, d. Perasaan primordial atau merasa kebudayaan sendiri lebih baik
daripada kebudayaan kelompok lain, e. Adanya perbedaan yang mencolok dalam hal
ras, teknologi, dan ekonomi, f. Adanya etnosentrisme atau menilai kelompok lain
berdasarkan ukuran kelompok sendiri, sehingga kelompok lain selalu tampak lebih
buruk, g. Golongan minoritas yang mengalami gangguan dari golongan yang
berkuasa, h. Adanya perbedaan kepentingan dan pertentangan-pertentangan pribadi
yang dapat menyebabkan terhambatnya proses asimilasi. 4) Akulturasi Sebelum Anda mempelajari materi terkait
dengan akulturasi budaya, simaklah video berikut ini:
https://www.youtube.com/watch?v=n0l9wl1uGns. Tujuannya untuk mempermudah
pemahaman Anda pada materi akulturasi budaya. Akulturasi hampir sama dengan
asimilasi. Perbedaannya, peleburan kebudayaan dua masyarakat di dalam akulturasi tidak menimbulkan
hilangnya kepribadian asli kedua masyarakat itu. Unsur-unsur tertentu saja yang
melebur. Unsur itu menjadi bagian kebudayaan yang menyerapnya, tanpa mengubah
ciri-ciri masyarakat yang bersangkutan. Akulturasi terjadi apabila suatu masyarakat
berhadapan dengan pengaruh unsur-unsur kebudayaan asing. Unsur-unsur kebudayaan
asing itu lambat-laun melebur ke dalam kebudayaan asli. Misalnya, ketika di
Jawa kedatangan pengaruh kebudayaan Hindu dan kemudian Islam. Ketika Hindu
masuk, terjadilah akulturasi budaya Hindu di Jawa sehingga timbul kebudayaan
Hindu Jawa. Demikian pula, ketika Islam masuk terjadilah akulturasi budaya
Islam sehingga timbul kebudayaan Islam Jawa. Secara fisik, hasil akulturasi itu
dapat dilihat dari bentuk bangunan. Gambar 12. Masjid menara Kudus merupakan
sebuah bukti akulturasi budaya yang dibangun
oleh Sunan Kudus Sumber:Grid.id.com Berbagai candi Hindu dan
bangunan-bangunan masjid ala Timur Tengah, bahkan antara Hindu dan Islam pun
mengalami akulturasi, contohnya menara masjid Kudus (Jawa Tengah) berbentuk
meru dan beratap tumpang. Selain itu musik Melayu dengan musik Spanyol
menjadi/lahir musik keroncong. Unsur-unsur yang mudah diterima dalam
alkulturasi, antara lain: a) kebudayaan material; b) teknologi baru yang manfaatnya
cepat dirasakan dan mudah dioperasikan, misalnya kebudayaan pertanian
(alat-alat, pupuk, dan benih); c) kebudayaan yang mudah disesuaikan dengan
kondisi setempat (kesenian, olahraga); d) kebudayaan yang pengaruhnya kecil,
misalnya model pakaian. Unsur-unsur kebudayaan yang sukar di terima antara
lain: a) kebudayaan yang mendasari pola pikir masyarakat, misalnya unsur
keagamaan; b) kebudayaan yang mendasari proses sosialisasi yang sangat meluas
dalam kehidupan masyarakat, misalnya makanan pokok, sopan-santun, dan mata
pencaharian. Individu/orang yang mudah menerima budaya asing, yaitu: a)
golongan muda yang belum memiliki identitas dan kepribadian yang mantap; b)
golongan masyarakat yang hidupnya belum memiliki status yang penting; c)
kelompok masyarakat yang hidupnya tertekan, misalnya pengangguran dan penduduk
terpencil. b. Interaksi Sosial yang Bersifat Dissosiatif Interaksi
sosial yang bersifat dissosiatif mengarah kepada bentuk pertentangan atau
konflik yang berwujud persaingan, kontravensi, pertikaian, dan permusuhan.
Interaksi sosial bersifat dissosiatif disebut pula proses oposisi. Konflik atau
pertentangan adalah suatu proses yang terjadi apabila individu atau kelompok
berusaha mencapai tujuan dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau
kekerasan. Berikut ini akan kita bahas bentuk-bentuk interaksi sosial yang
bersifat dissosiatif, sebagai berikut. 1) Persaingan (Competition) Persaingan
adalah proses sosial yang melibatkan individu atau kelompok yang saling
berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai kemenangan tertentu. Persaingan
dapat terjadi apabila beberapa pihak menginginkan sesuatu yang terbatas atau
sesuatu yang menjadi pusat perhatian umum. Misalnya, beberapa orang
memperebutkan kedudukan atau jabatan gubernur kepala daerah. Adapun nantinya
yang menduduki jabatan gubernur hanya satu orang. Persaingan yang dilakukan
sesuai dengan norma dan tingkah laku sosial yang berlaku di masyarakat, kecil
kemungkinan menggunakan kekerasan atau ancaman. Persaingan seperti ini disebut
persaingan secara sehat atau sportif. Adapun persaingan yang disertai dengan
kekerasan, ancaman atau keinginan untuk merugikan pihak lain dinamakan
persaingan tidak sehat. Hal ini bukan lagi termasuk persaingan tetapi sudah
menjurus pada permusuhan. Misalnya persaingan di bidang ekonomi dan politik. 2)
Pertikaian Pertikaian adalah proses sosial yang terjadi apabila individu
atau kelompok berusaha memenuhi kebutuhan atau tujuannya dengan jalan menentang
pihak lain dengan cara ancaman atau kekerasan. Pertikaian merupakan proses
sosial sebagai kelanjutan dari kontravensi. Dalam pertikaian, perselisihan
bersifat terbuka. Pertikaian terjadi karena makin tajamnya perbedaan antara
kalangan yang berselisih paham. Kondisi tersebut mengakibatkan ancaman, rasa
benci yang mendorong tindakan untuk melukai, menghancurkan atau menyerang pihak
lain. 3) Permusuhan (Konflik) Permusuhan (konflik) adalah keadaan yang
membuat salah satu pihak merintangi atau menjadi penghalang bagi individu atau
kelompok dalam melakukan kegiatan-kegiatan tertentu. Permusuhan atau konflik
diawali dengan adanya perbedaan atau persaingan yang serius sehingga sulit
didamaikan atau ditemukan kesamaannya.
Permusuhan atau konflik merupakan situasi yang wajar
dapat terjadi di lingkungan keluarga, sekolah, lingkungan tetangga, bahkan
antarnegara.
32. Diberikan narasi mengenai pengertian dinamika
sosial menurut Comte, peserta
dapat
menemukan contoh dalam kehidupan masyarakat sekitar.Di dalam
kajian ilmu sosial, Comte membaginya menjadi dua pembahasan, yaitu statika
sosial (social statics) dan dinamika sosial (social dynamic). Yang dimaksud
dengan statika sosial adalah teori tentang keteraturan yang tidak direncanakan
dari masyarakat manusia (theory of spontaneous order of human
society)(Martineau, 2000), atau struktur-struktur sosial yang sudah ada
(Rietzer, 2014: 24). Struktur ini relatif tidak berubah dalam waktu yang lama.
Dan adanya struktur tersebut didasari pada asumsi bahwa masyarakat merupakan
sebuah organisme yang disatukan oleh konsensus (kesepakatan) sehingga di
dalamnya terjalin sebuah hubungan yang harmonis (Martono, 2016: 60). Meskipun
demikian, pada sebenarnya statika sosial merupakan bagian yang paling elementer
di dalam sosiologi, hanya saja dia bukanlah bagian yang paling penting di dalam
studi tentang sosiologi, karena pada dasarnya statika sosial merupakan hasil
dari suatu pertumbuhan (Anwar, 2013: 122). Adapun dinamika sosial adalah teori
tentang kemajuan alami dari masyarakat manusia (theory of natural progress of
human society), atau teori tentang perkembangan dan kemajuan masyarakat, atau
studi mengenai tata urutan perkembangan manusia (Martineau, 2000; Martono,
2016). Studi ini mengacu pada pembahasan mengenai proses perubahan sosial dalam
masyarakat manusia. Dan menurut Auguste Comte, dinamika sosial inilah merupakan
bagian yang paling penting dari kajian sosiologi, karena ia dengan ilmu
pengetahuan yang bersifat positif akan dapat mengalahkan sifat spekulatif yang
dibawa oleh filsafat dalam menjaga keteraturan tatanan sosial yang ada (Turner,
2012: 9).
53. Disajikan contoh
kasus mengenai penyimpangan sosial, peserta dapat membedakan jenis-jenis penyimpangan sosial Materi di modul 4 (halaman 41...)10. Jenis-jenis Perilaku Menyimpang Batasan perilaku menyimpang ditentukan oleh
norma-norma masyarakat. Jenis penyimpangan sosial (perilaku menyimpang), antara
lain sebagai berikut. a. Penyimpangan Seksual Penyimpangan seksual
adalah perilaku seksual yang tidak lazim dilakukan. Penyimpangan seksual dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut. 1) Perzinaan
Perzinaan adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh pria dengan wanita di
luar pernikahan, baik mereka yang sudah pernah melakukan pernikahan yang sah
atau belum. 2) Suka terhadap sesama jenis (homoseksualitas) Suka terhadap
sesama jenis dalam penyimpangan seksual dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai
berikut. a) Lesbian adalah hubungan seksual yang dilakukan sesama wanita. b)
Homoseks adalah hubungan seksual yang dilakukan sesama pria. Seseorang menjadi
homoseksual pada umumnya karena pengaruh lingkungan sosial dan ada yang karena
faktor bawaan sejak lahir. Tindakan ini bertentangan dengan norma-norma sosial
dan agama sehingga dianggap sebagai perilaku menyimpang. 3) Hubungan seksual di
luar nikah (kumpul kebo) Hubungan seksual di luar nikah (kumpul kebo) adalah
hubungan suami istri tanpa ikatan perkawinan. Hal itu merupakan perilaku seks
bebas yang mengundang terjangkitnya penyakit kelamin yang membahayakan seperti virus
HIV penyebab penyakit AIDS. 4) Pemerkosaan Pemerkosaan adalah tindakan
pemaksaan dengan kekerasan pada orang lain untuk melakukan hubungan seksual. b.
Penyalahgunaan Narkotika Penggunaan narkotika di bidang kedokteran,
penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan dapat memberikan manfaat bagi
manusia. Sebaliknya
jika narkotika digunakan tidak sesuai dengan norma agama dan masyarakat maka
akan mengakibatkan perilaku menyimpang. Jenis-jenis narkotika antara lain
ganja, candu, putaw, sabu-sabu, morfin, dan heroin. Ada beberapa alasan orang
menggunakan narkotika antara lain sebagai berikut. 1) Ingin menghilangkan atau
mengurangi rasa takut. 2) Ingin menghilangkan rasa malu atau minder. 3) Ingin
melupakan permasalahan hidup meskipun hanya sebentar. 4) Ada yang sekedar ingin
coba-coba supaya tidak ingin ketinggalan zaman. Gambar 13. Perilaku menyimpang
penyalahgunaan narkoba (Sumber:RRI.com) Penggunaan narkotika pada tingkatan dan
waktu tertentu akan mengakibatkan ketergantungan pada narkotika. Bahkan bisa menjadikan
seseorang berbuat menyimpang seperti pembunuhan, pemerkosaan, dan perampokan.
Berikut ini juga ada vidoe terkait dengan penyimpangan perilaku yang dilakukan
oleh pala pelajar di Surabaya yang mengkonsumsi Pil Koplo:
https://www.youtube.com/watch?v=IQextiOK7cc. c. Perkelahian Pelajar Sebelum
kepada materi perkelahian pelajar dalam tawuran di Jl. Lingkar Kaliwungu, Anda
dapat menyaksikan video dalam link berikut ini:
https://www.youtube.com/watch?v=IQextiOK7cc. Perkelahian pelajar atau tawuran
selalu diawali dengan adanya suatu konflik antara dua pelajar atau lebih yang
berlainan sekolah. Perkelahian pelajar atau tawuran menjadi suatu masalah yang
serius karena peserta tawuran cenderung mengabaikan norma-norma yang ada,
membabi buta, melibatkan korban yang tak bersalah dan merusak apa saja yang ada
di sekitarnya. Akibatnya, tawuran mendatangkan bentuk penyimpangan lain seperti
perusakan, penganiayaan, dan bahkan pembunuhan. Gambar 14. Perkelahian pelajar
merupakan perilaku menyimpang (Sumber: Radarbogor.com) d. Alkoholisme Minuman
alkohol mempunyai efek negatif terhadap saraf. Alkohol dapat mengakibatkan
mabuk dan tidak dapat berpikir secara normal. Akibatnya seorang pemabuk mudah
melakukan tindakan yang tidak terkendali baik secara fisik, sosial, maupun
psikologis sehingga merugikan dirinya maupun orang lain. Gambar 15. Perilaku
menyimpang alkoholisme di kalangan remaja (Sumber: Okezonenews.com) e.
Tindakan Kriminal atau Tindakan Kejahatan Tindakan kejahatan adalah suatu
bentuk pelanggaran norma hukum, khususnya yang menyangkut pidana dan perdata
yang pada dasarnya merupakan tindakan yang merugikan orang lain. Tindakan
kriminal antara lain adalah pencurian, pemerkosaan, dan perampokan. Tindak
kejahatan mencakup pula semua kegiatan yang dapat mengganggu keamanan dan
kestabilan negara seperti korupsi, makar, subversi, dan terorisme. Berikut
adalah kasus korupsi yang menjerat Kemenpora yaitu Imam Nahrawi dalam kasus
suap penyaluran anggaran KONI tahun 2018 sejumlah 26,5 Miliyar, yang dimana
kasus ini merupakan kelanjutan dari kasus pengembangan OTT suap desember tahun
lalu oleh Kemenpora sejumlah 7, 4 Miliyar. Berita tersebut dapat Anda saksikan
dalam link video berikut ini:
https://www.youtube.com/watch?v=G_1c3xCHz1Q Selain itu juga berikut ini adalah
gambar terkait tentang beberapa orang yang terkena kasus korupsi: Gambar 16.
Tindakan kriminal korupsi merupakan perilaku menyimpang (Sumber:
Solo.tribunnews.com) f. Penyimpangan dalam Gaya Hidup yang lain dari
Biasanya Penyimpangan dalam gaya hidup yang lain dan biasanya ditemukan,
dalam kegiatan sehari-hari tentunya banyak sekali, misalnya: 1) Sikap arogansi
adalah kesombongan terhadap sesuatu yang dimilikinya seperti kekayaan,
kekuasaan, dan kepandaian. Sikap arogansi bisa saja dilakukan oleh seseorang
yang ingin menutupi kekurangan yang dimilikinya. 2) Sikap eksentrik adalah
perbuatan yang menyimpang dari biasanya sehingga dianggap aneh, seperti anak
laki-laki memakai anting-anting, perempuan memakai anting di lidahnya, gaya
rambut modern (berdiri ke atas), dan seniman berambut gondrong
58. Disajikan contoh
kasus tentang mobilitas sosial, peserta dapat menilai berdasarkan pengertian mobilitas
sosial menurut salah satu ahli.
7. Pengertian
Mobilitas
Sebelum masuk ke
dalam materi maka saudara dapat melihat video yang berkiatan dengan materi
mobilitas sosial pada link berikut ini:
https://www.youtube.com/watch?v=kocNrLxNVQI. Mobilitas sosial dapat juga
diartikan sebagai gerak sosial. Mobilitas sosial adalah gerak perpindahan
seseorang ataupun sekelompok warga dari status sosial yang satu ke status
sosial yang lain. Dalam sosiologi, mobilitas diartikan sebagai perubahan status
sosial atau posisi sosial individu, keluarga
atau kelompok dalam hierarki masyarakat (Pattinasarany, 2016). Giddens (2001,
300) mendefinisikan mobilitas sosial sebagai pergerakan individu-individu dan
kelompok-kelompok diantara kelompok sosial ekonomi yang berbeda.
Mobilitas
sosial juga mencakup struktur sosial yang bersifat hubungan antarindividu dalam
kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya. Setiap gerak
cenderung menimbulkan perubahan, baik itu berupa perubahan fungsi maupun
perubahan posisi. Contoh yang terjadi pada individu adalah adanya alih profesi
yang semula pegawai negeri berpindah menjadi wiraswasta. Sedangkan, dalam
lingkup kelompok misalnya golongan minoritas suatu wilayah masyarakatnya
berasimilasi dengan golongan mayoritas.
Ahli
sosiologi mengartikan mobilitas menurut pendapat mereka masing-masing.
a.
Horton dan Hunt mengartikan mobilitas sosial sebagai gerak perpindahan dari
satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya. Perpindahan kelas sosial ini dapat
diartikan sebagai peningkatan maupun penurunan.
b.
Kimball Young mendefinisikan mobilitas sosial cenderung kepada tujuannya.
Menurutnya, tujuan mobilitas sosial adalah memperoleh keterangan tentang
kepantasan struktur sosial suatu masyarakat tertentu. Misalnya, mendapatkan
status pegawai negeri sipil.
Mobilitas
sosial dapat terjadi pada setiap sistem pelapisan sosial baik yang terbuka
maupun tertutup. Pada masyarakat pelapisan sosial terbuka akan terjadi
mobilitas yang tinggi. Artinya, prestasi menentukan status sosial seseorang
sehingga memberi peluang yang selebar-lebarnya untuk berpindah sta-tus sosial
yang lebih tinggi/baik. Sebaliknya, masyarakat yang menganut pelapisan sosial
tertutup, akan cenderung berpindah ke status sosial yang sama.
8.
Jenis-jenis Mobilitas Sosial
Pada
dasarnya jenis mobilitas sosial dibedakan menjadi beberapa jenis, diantaranya:
a.
Mobilitas Sosial Horizontal
Mobilitas
sosial horizontal diartikan sebagai suatu peralihan individu atau objek-objek
sosial lain dari kelompok sosial satu ke kelompok sosial lain yang masih
sederajat. Adanya gerak sosial horizontal, tidak menyebabkan terjadinya
perubahan dalam derajat kedudukan seseorang ataupun suatu objek sosial.
Misalnya, seseorang yang beralih kewarganegaraan, beralih pekerjaan yang
sifatnya sederajat (dari tukang kayu menjadi tukang batu atau dari pengusaha
tekstil menjadi pengusaha batik), melakukan transmigrasi, dan lain-lain. Dengan
gejala sosial seperti itu, meskipun berpindah tempat atau beralih pekerjaan,
kedudukan seseorang tetap setara dengan kedudukan sebelumnya. Contoh mobilitas
horizontal antara lain, perpindahan penduduk karena bencana alam direlokasi ke
daerah transmigrasi, atau migrasi yang dilakukan penduduk desa ke kota untuk
mencari pekerjaan karena di desa sudah tidak ada pekerjaan lagi.
Gambar
6. Sebanyak 309 orang warga transmigrasi asal Jatim dibawa ke lokasi
transmigrasi Satuan Pemukiman 3 dan 4 Tanjung Buka,
Kabupaten
Bulungan, Kalimantan Utara
(Sumber:
Radar Sampit)
b.
Mobilitas Sosial Vertikal
Berbeda
dengan mobilitas sosial horizontal, mobilitas sosial vertikal merupakan
perpindahan individu atau objek sosial dari satu kedudukan ke kedudukan lain
yang sifatnya tidak sederajat. Dalam sosiologi dikenal dua bentuk mobilitas
sosial berdasarkan arahnya, yaitu social climbing dan social sinking.
1)
Social Climbing (Mobilitas Sosial Vertikal Naik)
Mobilitas
ini berlangsung manakala terjadi peningkatan kedudukan sosial seseorang dalam
masyarakat. Contoh hampir dua puluh tahun Pak Joko bekerja di sebuah perusahaan
sepatu. Oleh karena prestasi dan hasil kerja yang bagus, Pak Joko diangkat
menjadi kepala bagian. Mobilitas vertikal naik mempunyai dua bentuk utama,
yaitu:
a)
Masuknya orang-orang berstatus sosial rendah ke dalam lapisan sosial yang lebih
tinggi. Misalnya, seorang pegawai biasa dinaikkan kedudukannya untuk mengisi
jabatan manajer yang kosong.
b)
Terbentuknya suatu lapisan sosial baru yang lebih tinggi. Misalnya, sejumlah
tukang becak sepakat membentuk suatu perkumpulan dan mereka menunjuk salah satu
rekan mereka untuk menjadi ketua.
2)
Social Sinking (Mobilitas Sosial Vertikal Menurun)
Berbeda
dengan gerak sosial vertikal naik, gerak sosial vertikal menurun ini
berlangsung manakala terjadi perpindahan kedudukan sosial seseorang atau
kelompok masyarakat dari lapisan sosial tinggi ke lapisan sosial yang lebih
rendah. Contoh, Pak Heru adalah seorang kepala sekolah di salah satu sekolah
menengah umum di daerahnya. Oleh karena melakukan kesalahan, maka jabatan Pak
Heru diturunkan menjadi guru biasa. Mobilitas vertikal menurun mempunyai dua
bentuk utama, yaitu:
a)
Turunnya kedudukan individu ke kedudukan yang derajatnya lebih rendah, misalnya
seorang juragan tekstil mendadak menjadi pengangguran karena pabrik tekstil
yang telah dimilikinya bertahun-tahun hangus terbakar.
b)
Tidak dihargainya lagi suatu kedudukan sebagai lapisan sosial atas. Misalnya,
perkembangan yang semakin maju menjadikan gelar bangsawan seseorang tidak
dipergunakan sebagai salah satu kriteria dalam strata sosial.
Sistem
mobilitas sosial vertikal yang bersifat terbuka, memungkinkan seseorang untuk
mencapai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat. Hal ini tergantung pada usaha dan kemampuan individu
yang bersangkutan. Memang benar apabila ada anggapan bahwa anak seorang
pengusaha memiliki peluang yang lebih baik dan lebih besar daripada anak
seorang karyawan biasa. Akan tetapi, kebudayaan dalam masyarakat tidak menutup
kemungkinan bagi anak karyawan tersebut untuk memperoleh kedudukan yang lebih
tinggi daripada kedudukan semula.
Bahkan,
sifat terbuka dalam lapisan sosial dapat mendorong dirinya untuk mencapai
kedudukan yang lebih tinggi dan lebih terpSaudarang dalam masyarakat.
Gambar
7. Dalam batas-batas tertentu mobilitas sosial bersifat terbuka, tidak menutup
kemungkinan bagi naik atau turunnya status sosial masyarakat.
(Sumber:
afnews.com)
c.
Mobilitas Sosial Antargenerasi
Mobilitas
sosial antar generasi merupakan peningkatan taraf hidup seseorang dalam suatu
garis keturunan. Mobilitas seperti ini bukan menunjuk pada perkembangan
keturunan itu sendiri, melainkan kenaikan kedudukan (status sosial) dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Dengan kata lain, mobilitas sosial
antargenerasi yaitu perpindahan kedudukan seseorang atau anggota masyarakat
yang terjadi antara dua generasi atau lebih. Contoh: generasi orang tua (ayah
ibu) dengan generasi anak.
Mobilitas
antargenerasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu mobilitas sosial
intergenerasi dan mobilitas intragenerasi.
1)
Mobilitas Sosial Intergenerasi
Mobilitas
sosial intergenerasi adalah perpindahan kedudukan sosial yang terjadi di antara
beberapa generasi dalam satu garis keturunan. Mobilitas ini dibedakan menjadi
dua, yaitu mobilitas sosial intergenerasi naik dan mobilitas sosial
intergenerasi turun. Perhatikan skema di bawah ini!
Gambar
9. Skema mobilitas sosial intergenerasi turun
Gambar
8. Skema mobilitas sosial intergenerasi naik
Dari
skema di atas dapat dilihat adanya perubahan status dalam satu generasi. Pada
gambar 3 terlihat adanya kenaikan kedudukan dari generasi nenek sampai generasi
anak. Dalam sosiologi dinamakan mobilitas intergenerasi. Namun, berbeda pada
gambar 4, terlihat adanya penurunan kedudukan dalam satu generasi. Mobilitas
ini dinamakan mobilitas sosial intergenerasi menurun.
2)
Mobilitas Sosial Intragenerasi
Mobilitas
sosial intragenerasi adalah perpindahan kedudukan sosial seseorang atau anggota
masyarakat yang terjadi dalam satu generasi yang sama. Mobilitas intragenerasi
terbagi menjadi dua bentuk umum, yaitu mobilitas intragenerasi naik dan
intragenerasi turun.
Mobilitas
intragenerasi naik terjadi manakala dalam satu generasi yang sama terjadi
kenaikan status sosial. Misalnya, seorang petani memiliki tiga orang anak yang
memiliki pekerjaan sebagai berikut. Anak ke-1 bekerja sebagai petani, anak ke-2
bekerja sebagai pedagang, sedangkan anak ke-3 bekerja sebagai wirausahawan yang
sukses. Karena tingkat ekonominya lebih baik, maka anak ke-3 tersebut mampu
memberi modal kepada kedua kakaknya untuk membuka usaha tertentu. Mereka berdua
akhirnya mampu meningkatkan taraf kehidupan masing-masing. Untuk lebih
jelasnya, perhatikan skema di bawah ini!
Gambar
10. Skema mobilitas intragenerasi naik
Mobilitas
intragenerasi turun, apabila dalam satu generasi yang sama terjadi penurunan
status sosial. Contoh, seorang dokter memiliki dua orang anak. Anak pertama
bekerja sebagai seorang kontraktor yang berhasil di kota besar, sedangkan
adiknya hanyalah seorang pedagang kain di pasar tradisional. Pada suatu hari
kios adiknya mengalami kebakaran, hasil dagangannya ludes terbakar. Saat itu
sang adik benar-benar terpuruk. Kakaknya berusaha membantu memulihkan keadaan
ekonomi adiknya dengan menggunakan uang perusahaan. Alhasil, usaha sang kakak
menjadi bangkrut dan dililit utang. Lantas, kedua bersaudara itu bersepakat
membuka usaha dagang dari awal. Berdasarkan peristiwa ini, terlihat adanya
penurunan status atau kedudukan dalam satu generasi.
d.
Mobilitas Geografis
Gerak
sosial ini adalah perpindahan individu atau kelompok dari satu daerah ke daerah
lain seperti transmigrasi, urbanisasi, dan migrasi. Mobilitas geografis terjadi
akibat keadaan daerah tempat tinggal suatu masyarakat tidak kondusif untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Masyarakat yang merasa termarginalkan
akhirnya melakukan gerak sosial untuk mencari yang memberikan suasana pemenuhan
hidup secara memuaskan. Tetapi, bentuk mobilitas demikian akan menimbulkan
masalah-masalah sosial di daerah yang dituju. Diantara masalah tersebut adalah
kependudukan, kriminalitas, serta tempat tinggal.
9.
Proses Mobilitas Sosial
Terjadinya
mobilitas sosial berkaitan erat dengan hal-hal yang dianggap berharga di
masyarakat. Oleh karena itu, kepemilikan atas hal-hal tersebut akan menjadikan
seseorang menempati posisi atau kedudukan yang lebih tinggi. Akibatnya, dalam
masyarakat terdapat penggolongan yang mempengaruhi struktur sosial. Hal-hal tersebut
antara lain kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan ilmu pengetahuan (Soerjono
Soekanto: 1987).
a.
Kekayaan
Barang
siapa memiliki kekayaan paling banyak, maka orang tersebut akan termasuk dalam
lapisan teratas. Kekayaan dapat dilihat dari bentuk rumah, kendaraan pribadi,
cara berpakaian, dan lain-lain.
b.
Kehormatan
Ukuran
kehormatan, mungkin terlepas dari ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang yang
paling disegani dan dihormati akan mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam
ini banyak dijumpai pada masyarakat tradisional. Pada umumnya, mereka terdiri
atas golongan tua atau pernah berjasa besar kepada masya-rakat.
c.
Kekuasaan
Barang
siapa memiliki kekuasaan dan wewenang terbesar, maka ia akan menempati lapisan
yang tertinggi
d.
Ilmu Pengetahuan
Ilmu
pengetahuan dipakai sebagai ukuran dalam pelapisan sosial oleh masyarakat yang
menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi, ukuran tersebut kadang-kadang
menyebabkan terjadinya akibat-akibat yang negatif, karena ternyata bukan mutu
ilmu pengetahuan yang kemudian dijadikan ukuran, akan tetapi gelar
kesarjanaanlah yang dijadikan ukuran. Gambar 11. Ilmu pengetahuan sebagai salah
satu sarana mobilitas bagi seseorang untuk meningkatkan status sosial di
masyarakat
(Sumber:
medium.com)
Hal
ini mengakibatkan muncul usaha-usaha untuk mendapatkan gelar meskipun dengan
cara yang tidak halal. Hal-hal tersebut yang menjadikan pelapisan sosial muncul
dalam masyarakat. Sebagai contohnya, dalam masyarakat yang menghargai kekayaan
material, maka semakin banyak kekayaan material yang dimilikinya semakin
membuat seseorang menempati posisi yang tinggi.
Dalam
setiap lapisan masyarakat terdapat hak-hak dan kewajiban yang harus dilakukan.
Oleh karena itu, setiap masyarakat harus menempatkan individu pada
tempat-tempat tertentu dalam struktur sosial dan mengharuskan mereka untuk
melakukan apa yang menjadi kewajibannya. Individu bersedia melaksanakan
kewajiban sesuai dengan posisinya, maka masyarakat memberikan balas jasa yang
berupa pangkat dan kedudukan. Ketika individu melakukan kewajibannya, secara
langsung individu tersebut mendapat hak-hak yang biasanya akan mempermudah
kehidupannya. Hak-hak dan kewajiban individu dalam suatu masyarakat tergantung
pada penempatan individu itu dalam pelapisan masyarakat. Semakin tinggi
kedudukan sosial seseorang dalam pelapisan masyarakat, maka hak-hak yang
diperolehnya semakin mempermudah kehidupannya. Contoh, anggota DPR, dengan
menduduki jabatan tersebut individu akan
memperoleh hak-hak tertentu yang akan mempermudah kehidupannya.
Oleh
karena itu, banyak orang berlomba-lomba mencapai posisi teratas. Namun
demikian, untuk mencapai kedudukan sosial tertinggi dibutuhkan kemampuan dan
juga kerja keras. Tidak banyak individu yang dapat memenuhi syarat. Bahkan
hanya segolongan kecil dalam masyarakat. Oleh sebab itu, pada umumnya jumlah
warga lapisan atas (upper class) tidak terlalu banyak apabila dibandingkan
dengan lapisan menengah (middle class) dan lapisan bawah (lower class).
Lapisan sosial tersebut terlihat dalam skema di samping.
Gambar
12. Skema lapisan sosial dalam masyarakat
(Sumber:
sumberbelajar.com)
10.
Saluran Mobilitas Sosial
Menurut
Pitirim A. Sorokin, mobilitas sosial vertikal mempunyai saluran-saluran dalam
masyarakat. Proses mobilitas sosial vertikal melalui saluran-saluran tersebut
disebut sebagai social circulation. Saluran-saluran mobilitas vertikal,
antara lain angkatan bersenjata, lembaga negara, sekolah, organisasi politik,
ekonomi, dan keahlian.
a.
Angkatan Bersenjata
Angkatan
bersenjata berperan dalam masyarakat dengan sistem militerisme. Misalnya, dalam
keadaan perang. Suatu negara akan mengharap kemenangan dari suatu peperangan.
Gambar
13. Angkatan bersenjata berperan dalam mobilitas sosial
vertikal
terutama dalam keadaan perang
(Sumber:
portalsatu.com)
Jasa
seorang prajurit akan dihargai tinggi oleh masyarakat. Karena jasanya pula ia
akan meningkat ke kedudukan yang lebih tinggi.
b.
Lembaga Keagamaan
Dalam
lembaga keagamaan setiap agama mengajarkan bahwa manusia mempunyai kedudukan
sederajat. Misalnya, dalam sejarah Paus Gregorius VII yang jasanya sangat besar
dalam pengembangan agama Katolik, dulunya hanya anak seorang tukang kayu. Dari
contoh tersebut dapat dikatakan bahwa pemuka-pemuka agama bekerja keras untuk
menaikkan kedudukan orang-orang ini dari lapisan rendah dalam masyarakat.
c.
Sekolah
Lembaga
pendidikan merupakan saluran nyata dalam mobilitas sosial vertikal. Sekolah
juga dapat dikatakan sebagai sosial elevator bergerak dari yang paling rendah
ke paling tinggi. Kadang-kadang dijumpai keadaan di suatu sekolah hanya dapat
menerima siswa dari suatu kelas tertentu. Sekolah-sekolah memikirkan jika
dimasuki oleh lapisan yang rendah akan menjadi saluran mobilitas sosial yang
vertikal. Gambar 14. Lembaga sekolah meropakan saluran mobilitas sosial ke atas
(Sumber:
WordPress.com)
d.
Organisasi Politik
Organisasi
politik dapat memberi peluang besar bagi para anggotanya. Pada masyarakat yang
demokratis, lembaga pemilihan umum memegang peranan penting dalam pembentukan
kepemimpinan.
Gambar
15. Organisasi politik memberi peluang besar bagi anggotanya untuk meningkatkan
status sosialnya.
(Sumber:
tirto.id.com)
Organisasi-organisasi
politik mempunyai peranan yang sama walaupun dalam bentuk yang lain. Supaya
seseorang terpilih sebagai pemimpin, terlebih dahulu harus mampu membuktikan
dirinya sebagai orang yang berkepribadian baik dan juga mempunyai wujud
aspirasi-aspirasi yang baik.
e.
Organisasi Ekonomi
Ekonomi
dalam wujud organisasi memegang peranan yang sangat penting sebagai saluran
mobilitas sosial vertikal. Misalnya, perusahaan assembling mobil, perusahaan
ekspor-impor. Orang kaya selalu menduduki lapisan tinggi dalam ukuran
masyarakat. Gejala ini juga dapat dilihat pada masyarakat tradisional. Dalam
masyarakat tradisional sering melakukan upacara-upacara adat. Upacara-upacara
adat pastilah memerlukan biaya yang tidak sedikit. Orang-orang yang mampu
melaksanakan upacara tersebut adalah orang-orang yang secara material mampu.
Gambar
16. Upacara adat melambangkan status sosial seseorang.
(Sumber:
www.bali.go.id.)
f.
Organisasi-Organisasi Keahlian
Organisasi-organisasi
keahlian merupakan suatu wadah yang dapat menampung individu-individu dengan
masing-masing keahliannya untuk diperkenalkan dalam masyarakat. Contoh
organisasi keahlian adalah himpunan sarjana ilmu pengetahuan, persatuan
sastrawan, dan organisasi pelukis. 101
g.
Perkawinan
Sebuah
perkawinan dapat menaikkan status seseorang. Seorang yang menikah dengan orang
yang memiliki status tlebih tinggi akan dihormati karena pengaruh pasangannya.
h.
Organisasi Keolahragaan
Melalui
organisasi ini seseorang dapat meningkatkan statusnya ke strata yang lebih
tinggi.
11.
Faktor Pendorong dan Penghambat Mempengaruhi Mobilitas Sosial
Sebagaimana
telah diungkapkan bahwa terjadinya mobilitas sosial didorong oleh situasi dan
kondisi lingkungan setempat. Secara umum situasi yang dapat mendorong
terjadinya mobilitas sosial antara lain:
a.
Struktur Sosial
Struktur
sosial yang ada mendorong seseorang untuk melakukan mobilitas sosial. Dalam hal
ini berarti perpindahan status sosial dapat terjadi apabila status sosial
tinggi yang dituju memang benar ada, masih menyediakan ruang untuk diisi dan
mudah memperolehnya. Misalnya, sekelompok buruh tidak dapat menjadi karyawan
pabrik, karena pabrik yang dituju tidak membuka lowongan pekerjaan atau
seseorang pengamen tidak sanggup mengangkat status sosialnya menjadi sarjana,
karena tidak memiliki ijazah SMA.
b.
Individu
Tidak
semua orang mampu meningkatkan status sosialnya, walaupun suatu status sosial
tinggi telah tersedia. Orang dari status sosial rendah tidak dapat secara
otomatis menempati status sosial tinggi tersebut. Misalnya, seseorang mengadu
nasib ke Jakarta untuk berjuang memperoleh pekerjaan. Di Jakarta tersedia
berbagai macam kesempatan kerja. Akankah orang tersebut dapat menempati peluang
kerja yang tersedia? Belum tentu! Hal tersebut sangat bergantung pada
kecakapan, keterampilan, dan kemampuan orang tersebut. Penentu inilah yang
dinamakan faktor individu. Selain itu, dalam proses mobilitas sosial terdapat
faktor yang mempengaruhi serta menghambat terjadinya mobilitas sosial dalam
masyarakat. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:
a.
Kebudayaan
Kebudayaan
dalam suatu masyarakat mampu menjadi peng-hambat terjadinya mobilitas sosial.
Kebudayaan yang dimaksud adalah kebudayaan yang bersifat tradisional. Lain
halnya dengan masyarakat modern. Dalam masyarakat modern justru memberikan
peluang terjadinya mobilitas sosial sebagai akibat kemajuan teknologi,
komunikasi, dan transportasi.
b.
Lingkungan Asal
Keterbukaan
lingkungan asal akan mempercepat terjadinya mobilitas sosial. Namun sebaliknya,
apabila di lingkungan asal bersifat tertutup maka akan memperlambat mobilitas
sosial.
c.
Tradisi
Dalam
suatu masyarakat tentunya memiliki tradisi masing-masing. Di mana tradisi ini
digunakan sebagai patokan-patokan atau pedoman dalam bertingkah laku. Jika
dalam tradisi masyarakat masih menganut paham-paham kolot besar kemungkinan
mobilitas tidak terjadi.
d.
Ekonomi
Dalam
hal ini keadaan ekonomi yang serba kekurangan akan sulit untuk mengikuti dan
menyesuaikan dengan kedudukan yang dimasukinya.
Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi mobilitas sosial, yaitu:
a.
Status Sosial
Status
sosial tidak terlepas dari pembawaan yang dimiliki oleh orang tuanya. Oleh
karena itu, apabila seorang anak tidak merasa puas dengan kedudukan orang
tuanya, ia dapat berusaha untuk meraih kedudukan yang lebih tinggi daripada
orang tuanya.
b.
Keadaan Ekonomi
Mobilitas
sosial geografis sering terjadi apabila sumber daya alam di daerah padat
penduduk sudah tidak mampu mencukupi kebutuhan untuk hidup. Sehingga penduduk
cenderung mencari lahan subur di daerah lain melalui migrasi atau perpindahan
antar wilayah.
Gambar
17. Keadaan ekonomi yang pas-pasan mempengaruhi
seseorang
melakukan mobilitas sosial
c.
Situasi Politik
Apabila
situasi politik suatu wilayah negara tidak menjamin terhadap keamanan penduduk,
mobilitas sosial akan terjadi, mereka akan berpindah mencari daerah yang aman.
d.
Motif-motif Keagamaan
Adanya
kelompok-kelompok yang menekan terhadap umat beragama lainnya mengakibatkan
kelompok-kelompok yang merasa tertekan tersebut memilih untuk mengadakan
mobilitas sosial.
e.
Masalah Kependudukan
Semakin
sempitnya lahan permukiman mendorong orang untuk mencari tempat-tempat atau
wilayah yang masih memungkinkan untuk bermukim.
f.
Keinginan Melihat Daerah Lain
Muncul
gagasan untuk melihat daerah lain menimbulkan ide terjadinya mobilitas secara
geografis. Selain itu juga memungkinkan terjadinya perpindahan masyarakat dari
suatu laporan sosial ke laporan sosial yang lain engan cara alih potensi dengan
membandingkan besarnya pendapatan atau gaji yang lebih besar.
g.
Keadaan Ekonomi
Mobilitas
sosial geografis sering terjadi apabila sumber daya alam di daerah padat
penduduk sudah tidak mampu mencukupi kebutuhan untuk hidup. Sehingga penduduk
cenderung mencari lahan subur di daerah lain melalui migrasi atau perpindahan
antar wilayah.
h.
Situasi Politik
Apabila
situasi politik suatu wilayah negara tidak menjamin terhadap keamanan penduduk,
mobilitas sosial akan terjadi, mereka akan berpindah mencari daerah yang aman.
i.
Motif-motif Keagamaan
Adanya
kelompok-kelompok yang menekan terhadap umat beragama lainnya mengakibatkan
kelompok-kelompok yang merasa tertekan tersebut memilih untuk mengadakan mobilitas
sosial.
j.
Masalah Kependudukan
Semakin
sempitnya lahan permukiman mendorong orang untuk mencari tempat-tempat atau
wilayah yang masih memungkinkan untuk bermukim.
k.
Keinginan Melihat Daerah Lain
Muncul gagasan untuk melihat daerah lain menimbulkan
ide terjadinya mobilitas secara geografis. Selain itu juga memungkinkan
terjadinya perpindahan masyarakat dari suatu laporan sosial ke laporan sosial
yang lain dengan cara alih potensi dengan membandingkan besarnya pendapatan
atau gaji yang lebih besar.
85. Disajikan narasi mengeni dampak mobilitas
sosial , peserta dapat menentukan dampak dari struktur mobilitas sosial
Materi dalam modul 4: halaman 105……
12. Dampak Mobilitas Sosial
Gejala naik turunnya status sosial tentu memberikan
konsekuensi-konsekuensi tertentu terhadap struktur sosial masyarakat.
Konsekuensi-konsekuensi itu kemudian mendatangkan berbagai reaksi. Reaksi ini
dapat berbentuk konflik. Menurut Horton dan Hunt, ada beberapa konsekuensi
negatif dari adanya mobilitas sosial vertikal yaitu:
a) Kecemasan akan terjadi
penurunan status bila terjadi mobilitas menurun.
b) Ketegangan dalam mempelajari
peran baru dari status jabatan yang meningkat.
c) Keretakan hubungan antar anggota kelompok primer yang semula karena
seseorang berpindah status yang lebih tinggi atau ke status yang lebih rendah.
Mobilitas sosial membawa dampak, baik dampak negatif maupun dampak
positif.
a. Dampak Negatif
Apabila pada masyarakat terjadi mobilitas yang kurang harmonis akan
timbul benturan-benturan nilai dan kepentingan sehingga kemungkinan timbul
konflik.
1) Konflik antar kelas
Dalam masyarakat, terdapat lapisan-lapisan sosial karena ukuran-ukuran
seperti kekayaan, kekuasaan, dan pendidikan. Kelompok dalam lapisan-lapisan
tadi disebut kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan antara
kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat dalam mobilitas sosial maka akan
muncul konflik antarkelas. Contoh: demonstrasi buruh yang menuntut kenaikan
upah, menggambarkan konflik antara kelas buruh dengan pengusaha.
2) Konflik antar kelompok sosial
Di dalam masyatakat terdapat pula kelompok sosial yang beraneka ragam.
Di antaranya kelompok sosial berdasarkan ideologi, profesi, agama, suku, dan
ras. Bila salah satu kelompok berusaha untuk menguasai kelompok lain atau
terjadi pemaksaan, maka timbul konflik. Contoh: tawuran pelajar, pertikaian.
3) Konflik antargenerasi
Konflik antar generasi terjadi antara generasi tua
yang mempertahankan nilai-nilai lama dan generasi muda yang ingin mengadakan
perubahan. Misalnya pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan kaum muda di
Indonesia sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut generasi tua.
4) Penyesuaian kembali
Setiap konflik pada dasarnya ingin menguasai atau
mengalahkan lawan. Bagi pihak-pihak yang berkonflik bila menyadari bahwa
konflik itu lebih banyak merugikan kelompoknya, maka akan timbul penyesuaian
kembali yang didasari oleh adanya rasa toleransi atau rasa penyesuaian kembali
yang didasari oleh adanya rasa toleransi atau rasa saling menghargai.
Penyesuaian semacam ini disebut Akomodasi.
5) Berkurangnya solidaritas
kelompok
Penyesuaian diri dengan nilai-nilai dan norma-norma
yang ada dalam kelas sosial yang baru merupakan langkah yang diambil seseorang
yang mengalami mobilitas vertikal dan horizontal. Hal ini dilakukan agar mereka
bisa diterima dalam kelas sosial yang baru dan mampu menjalangkan fungsi-fungsinya.
Keadaan inilah yang menyebabkan orang yang pindah ke lapisan yang baru akan
berkurang solidaritasnya terhadap kelas sosial yang lama.
b. Dampak Positif
Dampak positif dari mobilitas sosial adalah sebagai
berikut.
1) Orang-orang
akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk maju karena adanya
kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini mendorong orang untuk mau
bersaing, dan bekerja keras agar dapat naik ke strata atas. Contohnya seorang
anak miskin berusaha belajar dengan giat agar mendapatkan kekayaan di masa
depan.
2) Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat
perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik. Contohnya Indonesia yang
sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri.
Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung oleh sumber daya yang
memiliki kualitas. Kondisi ini perlu didukung dengan peningkatan dalam bidang
pendidikan.
Komentar
Posting Komentar