PROPOSAL APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG) UNTUK KESESUAIAN LAHAN PARIWISATA BAHARI DI DESA DARUBIAH KECAMATANMAN BONTOBAHARI KABUPATEN BULUKUMBA.

 

A.   Judul  :       APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG) UNTUK KESESUAIAN LAHAN PARIWISATA BAHARI DI DESA DARUBIAH KECAMATANMAN BONTOBAHARI KABUPATEN BULUKUMBA.

 

 

B.       Pendahuluan

 

1.             Latar Belakang

                   Bangsa Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang      memiliki sumber daya wisata yang cukup besar baik berupa potensi sumber daya wisata, kesehatan, olahraga, industri, politik, social, pertanian, maritime (wisata bahari), cagar alam abjek wisata bulan madu.

Pemanfaatan sumber daya alam yang agar selaras dengan wawasan pembangunan nasional yang berkesinambungan, tidak hanya diarahkan pada usaha peningkatan ekonomi saja melainkan juga perlu diarahkan pada upaya pelestarian fungsi kemampuan lingkungan. Penegasan pembangunan berkelanjutan di bidang kelautan yang telah digariskan dalam Garis-Garis besar Haluan Negara (GBHN) 1993 ,menyatakan bahwa pembanguna kelautan dalam pembangunan jangka panjang (PJP) II diarahkan pada pengembangan wisata laut   

Salah satu sumberdaya   wisata  yang  sangat    potensial yakni wilayah pesisir mempunyai kekayaan dan keragaman  yang tinggi  dalam berbagai bentuk  alam, struktur historic, adat,  budaya  dan berbagai sumber daya yang lain yang terkait dengan pengembangan kepariwisataan. Hal ini  merupakan karunia dan anugerah Tuhan untuk dapat dikembangkan bagi kesejahteraan manusia. Karena sebagai mahluk yang termulia  di beri kuasa untuk memanfaatkan alam serta segala isinya dengan penuh tanggung jawab. Alam dan sekitarnya  dengan berbagai keragaman  yang tinggi seperti wilayah  pesisir mempunyai   nilai atraktif  dan turistik  wajib dikelola dan dikembangkan bagi kesejahteraan  melalui pariwisata bahari. Keragaman  daerah pesisir untuk pariwisata bahari  berupa bentuk alamnya  dan juga keterkaitan ekologisnya dapat menarik minat wisatawan baik untuk bermain, bersantai atau  sekedar menikmati pemandangan.

Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan dan interaksi antara ekosistem darat dan laut. Wilayah pesisir ini sangat kaya akan sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang disebut sumber daya pesisir. Sumber daya pesisir terdiri dari sumberdaya hayati dan non-hayati, dimana unsur hayati terdiri atas ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan biota laut lain beserta ekosistemnya, sedangkan unsur non-hayati terdiri dari sumberdaya mineral dan abiotik lain di lahan pesisir, permukaan air, dikolom air dan di dasar laut.

.  Wisata pantai dan laut (wisata Bahari) adalah suatu bentuk kegiatan parawisata dimana para wisatawan melakukan kegiatan rekreasi / tamasya laut, yang memungkinkan wisatawan dapat memperluas pengetahuan dan pengalaman tentang alam, maupun untuk melepas kejenuhandari aktivitas sehari-hari.

    Sektor kepariwisataan  menunjukkan perkembangan  dan kontribusi ekonomi yang cukup menarik dibandingkan dengan sektor  lain di saat  Indonesia menghadapi  masa krisis  yang berkepanjangan. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah wisatawan mancanegara   sebanyak 4.606.416 (rata-rata hari kunjungan 9.18 hari/ orang) di tahun 1998 meningkat menjadi 5.064.217 orang dengan  jumlah hari kunjungan  12.26/orang pada tahun 2000.   Besarnya devisa  yang diperoleh sektor pariwisata pada tahun 2000 sebesar 5.75 milyar US$. Hal ini menunjukkan bahwa kepariwisataan sangat potensial untuk dikembangkan  di masa krisis.  Salah satu sumberdaya   wisata  yang  sangat    potensial yakni wilayah pesisir mempunyai kekayaan dan keragaman  yang tinggi  dalam berbagai bentuk  alam, struktur historic, adat,  budaya  dan berbagai sumberdaya yang lain yang terkait dengan pengembangan kepariwisataan. Hal ini  merupakan karunia dan anugerah Tuhan untuk dapat dikembangkan bagi kesejahteraan manusia. Karena sebagai mahluk yang termulia  di beri kuasa untuk memanfaatkan alam serta segala isinya dengan penuh tanggung jawab. Alam dan sekitarnya  dengan berbagai keragaman  yang tinggi seperti wilayah  pesisir mempunyai   nilai atraktif  dan turistik  wajib dikelola dan dikembangkan bagi kesejahteraan  melalui pariwisata bahari. Keragaman  daerah pesisir untuk pariwisata bahari  berupa bentuk alamnya  dan juga keterkaitan ekologisnya dapat menarik minat wisatawan baik untuk bermain, bersantai atau  sekedar menikmati pemandangan

Wisata bahari merupakan suatu bentuk wisata  potensial  termasuk di dalam kegiatan “Clean industry” . Pelaksanaan wisata bahari yang berhasil apabila memenuhi berbagai komponen  yakni terkaitnya  dengan kelestarian lingkungan alami,  kesejahteraan  penduduk yang mendiami wilayah tersebut, kepuasan pengunjung yang menikmatinya dan keterpaduan  komunitas dengan area pengembangannya (Nurisyah, 1998).  Dengan  memperhatikan  komponen tersebut  maka wisata bahari  akan memberikan kontribusi nyata bagi  perekonomian masyarakat ( Lewaherilla, 2002)

Desa Darubiah merupakan bahagian dari wilayah kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba, Desa Darubiah memiliki luas wilayah 15,74 km2 dan merupakan daerah yang memiliki potensi pariwisata yang didukung dengan keadaan alamnya akan tetapi Desa Durabiah merupakan salah satu kawasan dari Kecamatan Bontobahari yang belum dikembangkan sehingga kurang dikenal oleh para wisatawan dari luar maupun wisatawan domstik sehinnga informasi tentang kondisi wilayah tersebut sangat diperlukan untuk dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam Penelitian ini.

Akurasi , aktualitas yang tinggi dan mudah serta memilki aksesbilitas    Pengadaan suatu sistem informasi yang terpadu dengan tingkat penyampaain data yang tinggi pula merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk membantu dalam penelitian ini,.

Bentuk sistem informasi terpadu yang cocok dalam pengertian dapat menyimpan dan mengolah serata menyampaikan secara tepat dan mudah dari berbagai sektor tersebut adalah Sistem informasi geografi (SIG). (Borough 1989).

2.             Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka  beberapa rumusan yang akan diteliti sebagai berikut:

  1. Faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kesesuaian lahan wisata bahari di  Desa Darubiah Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba. 
  2. Seberapa besar tingkat kesesuaai lahan pariwisata bahari  di Desa Darubiah Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba. 

 

3.       Tujuan  Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk:

  1. Untuk mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kesesuaian lahan wisata bahari di Desa Darubiah Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba. 
  2. Untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan pariwisata bahari  di Desa Darubiah Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba. 

4.       Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat di berikan kepada pemerintah daerah setempat untuk pengelolaan pariwisata bahari dan dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam pengembangan potensi di daerah tersebut..

C.      Tinjauan Pustaka.

a)      Sistem informasi geografi (SIG)

Geografi sebagai salah satu  ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik  antara bumi dan manusia, atau lingkungan alam dan penduduk (Daldjoeni, 1991), dapat dipakai sebagai salah satu pertimbangan. Berdasarkan pengertian tersebut, ditemukan  bahwa lingkungan dapat mempengaruhi corak kehidupan manusia. Sebaliknya manusia dituntut  untuk dapat memaanfaatkan tawaran-tawaran dengan berbagai tantangan untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan taraf hidupnya.

Peta sebagai salah satu media atau alat utama yang diproduksi dalam ilmu geografi sangat  diperlukan dalam  suatu perencanaan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Rycus, 1979 analisis kecenderungan-kecenderungan  demografi, ekonomi, penggunaan tanah, administrasi penentuan batas-batas, perencanaan infrastruktur; dan  studi tentang  dampak transportasi, jasa pelayanan keadaan darurat dan lokasi fasilitas-fasilitas, semuanya dapat dilakukan dengan komputerisasi pemetaan, yang biasa dikenal dengan istilah sistem informasi geografi (Geographic Information System  =  GIS).  Selanjutnya dijelaskan bahwa peta-peta dengan subjek tertentu  telah digunakan untuk analisis aspek geografi seperti  tata guna lahan dan pembangunan.  Teknologi GIS memungkinkan dilakukan teknologi-teknologi yang lebih canggih, seperti  beberapa komponen data (penggunaan lahan, topografi, jenis tanah dan lain-lain) dapat diolah menjadi satu hasil olahan baru (layak untuk dibangun). Oleh karena itu sangat baik untuk menilai alternatif perluasan wilayah, penetapan nilai lahan, tata guna lahan dan usulan pembangunan dalam wilayah tersebut. 

Sistem informasi geogafi (SIG) didefinisikan sebagai : Sistem komputer yang mempunyai kemampuan pemasukan, pengambilan, analisis data dan tampilan data geografis yang sangat berguna bagi pengambilan keputusan.

Mengingat kompleksitas karakternya yang tinggi, pemantauan di wilayah pesisir memerlukan sistem yang memiliki kemampuan analisis keruangan seperti  sistem informasi geografi (SIG)

Informasi spasial memakai lokasi, dalam suatu sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Karenanya SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Aplikasi SIG menjawab beberapa pertanyaan seperti : lokasi, kondisi, pola dan permodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem informasi lainnya.

Pemanfaatan sistem informasi sekarang ini telah meliputi berbagai bidang aktivitas, mulai dari organisasi pemerintahan sampai dengan organisasi swasta dan aktivitas perencanaan hingga pemantauan. SIG sebagai alat peneliti dan pengambilan keputusan untuk memecahkan kebijakan melalui metode analisis keruangan dengan memanfaatkan komputer. SIG untuk pengelolaan sumberdaya juga dilakukan, kenyataan yang telah tampak jelas bahwa SIG merupakan alat yang sangat berguna dan diperlukan.

b)     Konsep pariwisata bahari.

     Pembangunan pariwisata di arahkan untuk meningkatkan  kesejahteraan  yang berkelanjutan.  Wisata bahari  dengan kesan penuh makna   bukan semata-mata  memperoleh hiburan dari berbagai suguhan atraksi dan suguhan alami lingkungan pesisir dan lautan   tetapi juga diharapkan  wisatawan dapat berpartisipasi  langsung untuk mengembangkan konservasi  lingkungan  sekaligus pemahaman yang mendalam  tentang seluk beluk  ekosistem pesisir   sehingga membentuk kesadaran  bagaimana  harus bersikap untuk  melestarikan wilayah pesisir dan dimasa kini  dan masa yang akan datang.  Jenis  wisata yang memanfaatkan wilayah pesisir secara langsung maupun  tidak langsung. Kegiatan langsung  diantaranya berperahu, berenang, snorkeling, diving, pancing. Kegiatan tidak langsung  seperti  kegiatan  olahraga pantai, piknik menikmati atmosfer laut  (Nurisyah, 1998). Konsep wisata bahari di dasarkan pada view, keunikan alam, karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya  dan karaktersitik  masyarakat sebagai kekuatan dasar  yang dimiliki oleh masing-masing daerah.  Wheat ( 1994) berpendapat bahwa  wisata bahari  adalah pasar khusus  untuk orang yang sadar akan lingkungan  dan tertarik  untuk mengamati alam. Steele (1993) menggambarkan kegiatan ecotourism bahari   sebagai proses ekonomi  yang memasarkan ekosistem  yang menarik dan langka.  Low Choy dan Heillbronn (1996), merumuskan lima factor  batasan yang mendasar  dalam penentuan prinsip utama  ekowisata, yaitu :

  1. Lingkungan; ecotourism bertumpu pada  lingkungan alam, budaya yang relative belum tercemar atau terganggu
  2. Masyarakat; ekotourism  harus memberikan manfaat  ekologi, social dan ekonomi  langsung kepada masyarakat.
  3. Pendidikan dan Pengalaman;  Ekotourism  harus dapat meningkatkan  pemahaman  akan lingkungan alam dan budaya  dengan adanya pengalaman yang dimiliki
  4. Berkelanjutan; Ekotourism  dapat memberikan  sumbangan positip  bagi keberlanjutan  ekologi lingkungan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
  5. Manajemen; ekotourism harus dikelola secara baik dan menjamin sustainability lingkungan alam, budaya  yang bertujuan untuk peningkatan  kesejahteraan sekarang maupun generasai mendatang.   

           Kelima prinsip utama ini merupakan dasar untuk pelaksanaan kegiatan ecotourism  yang berkelanjutan.   Skema Konsep wisata bahari terlihat pada gambar di bawa ini.     

                             Gbr. 1. Skema konsep ekotourism Bahari (DKP,2002)  

 

Dari Gambar  1.  terlihat bahwa  output langsung yang di peroleh berupa hiburan dan pengetahuan sedangkan output langsung bagi alam yakni   adanya insentive yang dikembalikan untuk mengelola kegiatan konservasi  alam. Output tidak langsung   yaitu berupa  tumbuhnya kesadaran  dalam diri setiap orang (wisatawan) untuk  memperhatikan sikap hidup sehari-hari agar kegiatan yang dilakukan tidak berdampak buruk pada alam.  Kesadaran ini tumbuh sebagai akibat dari kesan yang mendalam  yang diperoleh wisatawan selama berinteraksi secara langsung dengan  lingkungan bahari.

    Orientasi pemanfaatan utama pesisir  dan lautan serta  berbagai elemen pendukung lingkungannya  merupakan suatu bentuk perencanaan dan pengelolaan kawasan secara terpadu  dalam usaha mengembangkan  kawasan wisata. Cultural   dan physical aspect merupakan  suatu kesatuan yang terintegrasi yang saling mendukung sebagai suatu kawasan wisata  bahari.  Gunn (1993) mengemukakan bahwa suatu kawasan wisata  yang baik dan berhasil  bila secara optimal didasarkan kepada  empat aspek yaitu :

1)      mempertahankan kelestarian lingkungannya

2)    meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut

3)    menjamin kepuasan pengunjung

4)    meningkatkan keterpaduan dan unity pembangunan  masyarakat di sekitar   kawasan dan zone pengembangannya.

      Disamping ke – 4  aspek di atas kemampuan daya dukung untuk setiap kawasan berbeda-beda sehingga perencanaan secara spatial akan bermakna. Secara umum ragam daya dukung  wisata bahari meliputi :

1).  Daya dukung ekologis ;Pigram (1983) dalam Nurisyah, S  dkk (2001) mengemukakan bahwa daya dukung ekologis sebagai tingkat maksimal penggunaan suatu kawasan .

2). Daya dukung  fisik. Suatu kawasan wiasata merupakan jumlah maksimum  penggunaan atau kegiatan yang diakomodasikan  dalam areal tanpa menyebabkan kerusakan atau penurunan kualitas.

 3) daya dukung social. Suatu kawasan wisata dinyatakan sebagai batas tingkat maksimum dalam jumlah dan tingkat penggunaan  dimana  melampauinya akan menimbulkan penurunanan dalam tingkat kualitas  pengalaman atau kepuasan.

4) daya dukung reakreasi merupakan suatu konsep pengelolaan  yang menempatkan kegiatan reakreasi  dalam berbagai objek yang terkait dengan kemampuan kawasan.

           Manusia dapat bergerak dari suatu tempat ke tempat yang  lain karena adanya dorongan  serta keinginan untuk mengetahui sesuatu ataupula  ada sesuatu yang dirasakan membosankan/tidak menyenangkan sehingga  mengarahkan perhatiannya untuk mememperoleh sesuatu  yang dinginkannya. Oleh karena itu perencanaan kawasan wisata bahari didasarkan pada  konsep ruang dan sirkulasi  serta tapak yang ideal dapat memberikan kenyamanan dan kesenangan bagi  pengunjung  untuk merasakan sesuatu yang ingin diperolehnnya. Untuk maksud tersebut maka  suatu kawasan wisata bahari perlu mempertimbangkan :

1)      Jarak  atau rute yang praktis  dimana semua objek  dan elemen sepanjang rute terfasilitasi dan tergambarkan.  Ruang sebagai tempat pergerakan manusia hendaknya  menunjukkan keharmonisan  dan terintegrasi antara satu dengan yang lainnya.

2)    Kondisi Lingkungan merupakan objek dalam pergerakan  harus sesuai dengan persepsi pengunjung. Dengan demikian  kawasan wisata bahari  yang dibuat  bukan hanya mempertimbangkan objek  dengan ruang saja tetapi juga objek dengan pengunjung. 

3)    Rangkaian unsur–unsur dalam ruang  harus tertata dengan baik  dan dalam suatu rangkaian  yang dapat diintepretasikan oleh pengunjung.   Kaitannya dengan tapak  yang ideal dari suatu kawasan wisata bahari  maka fungsi suatu tapak  harus serasi dengan kondisi dari tapak itu sendiri.  Ada 3 aspek  utama yang harus diperhatikan  dalam perencanaan tapak wisata bahari yaitu :

1) Keterpaduan rencana dan desain; aspek ini mencakup profesionalisme  dalam pengembangan kawasan pemilik, pengembang, bank, industri, partisipasi masyarakat dan sebagainya. 2) criteria desain yang digunakan mencakup criteria fungsional, keterpaduan  dengan perencanaan lannya, pengalaman pengunjung, otentik, kepuasan, estetika 3). Sustainability dari tapak; aspek ini mencakup eco desaign ethics, tempat –tempat kultural, xeriscape, proteksi sumberdaya alam, peraturan pemerintah dan sebagainya.

             Pembangunan berkelanjutan  pada umumnya mempunyai sasaran memberikan manfaat bagi generasi sekarang tanpa mengurangi manfaat bagi generasi mendatang. Charles Birch dalam Erari K,Ph (1999) membandingkan dunia sekarang  ibarat kapal titanic  dengan gunung es yang terlihat  sebanyak 5 pucuk  yang merupakan ancaman bagi kehidupan manusia antara lain : 1) ledakan penduduk, 2) krisis pangan  3) terkurasnya sumberdaya alam diperbaharui 4) pengrusakan lingkungan hidup dan  5) perang.  Selanjutnya disebutkan bahwa suatu tuntutan  akan perlunya masyarakat yang berkelanjutan , dan panggilan kemanusiaan untuk bertindak  sedemikian rupa agar kehidupan manusia  dan mahluk hidup lainnya menikmati hidup berkelanjutan di tengah keterbatasan dunia. Hal ini menunjukkan walaupun dunia yang  diibaratkan   tersebut maka peranan masyarakat untuk memelihara lingkungan demi kehidupan masa mendatang. Dengan demikian bahwa pariwisata berkelanjutan harus bertitik tolak dari kepentingan dan partisipatif  masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan wisatawan/pengunjung   sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan kata lain bahwa  pengelolaan sumberdaya wisata bahari dilakukan sedemikian rupa  sehingga kebutuhan ekonomi, social dan estetika  dapat terpenuhi  dengan  memelihara  integritas cultural, proses ekologi yang esensial,  keanekaragaman hayati dan sistem pendukung kehidupan.

Agar supaya wisata bahari dapat berkelanjutan maka produk pariwisata bahari yang ditampilkan  harus harmonis dengan lingkungan  local spesifik.  Dengan demikian masyarakat  akan peduli terhadap sumberadaya wisata  karena memberikan manfaat  sehingga masyarakat merasakan  kegiatan wisata sebagai suatu kesatuan  dalam kehidupannya. Cernea ( 1991)  dalam  Lindberg K and D E, Hawkins (1995) mengemukakan bahwa partisipasi local memberikan banyak peluang secara efektif dalam kegiatan pembangunan dimana hal ini berarti bahwa memberi wewenang atau kekuasaan pada masyarakat sebagai pemeran social dan bukan subjek pasif  untuk mengelola sumberdaya membuat keputusan  dan melakukan control  terhadap kegiatan –kegiatan yang mempengaruh kehidupan sesuai dengan kemampuan mereka.  Adanya kegiatan wisata bahari haruslah menjamin  kelestarian lingkungannya terutama yang terkait dengan sumberdaya hayati renewable maupun non renewable  sehingga dapatmenjamin  peningkatan kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut.   Di Kawasan  wisata Nusa Dua Bali, Kawasan reakreasi Mangrove sungai Buloh di Singapore,  Kawasan Pantai Copacabana di Rio de Jeneiro (Brasil), Kawasan Historik Puerto Madero Buenos aires (Argentina) dan Pantai Wisata di Hawaii merupakan contoh bagi pengembangan wisata bahari yng cukup terkenal di Dunia.  Selain di Bali  di wilayah pesisir di beberapa daerah di Indonesia sangat potensial  bagi pengembangan wisata bahari karena berbagai ekosistem dan ekologis setempat disamping budaya yang khas  serta sejarah masa lampau sebagai bangsa bahari  dapat di racik sebagai  aktraksi wisata bahari.  untuk dikembangkan untuk tujuan wisata budaya bahari.   Selain sumberdaya fisik  dan alami maka sumberdaya lain seperti aspek budaya, sejarah  menjadi salah satu atraksi  yang dapat mendukung  pengembangan  kawasan wisata bahari hal ini didukung oleh keterkaitan etnik,  yang tinggi yang dimiliki oleh wilayah pesisir.   Walaupun mempunyai potensi untuk dikembangkan tanpa dukungan Sangat potensial sarana prasarana transportasi, atraksi yang menarik, pelayanan yang baik serta informasi dan promosi  maka kurang dikenal.   Oleh karena itu     Sumberdaya pesisir  dan lautan untuk wisata bahari dapat dikembangkan  menjadi suatu pariwisata yang marketable jika memenuhi persayaratan.

Dengan demikian  sumberdaya pariwisata bahari akan berhasil dengan adanya ukuran keberhasilan mencakup kepuasan pengunjung, kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan.

            Secara Harafiah pembangunan berkelanjutan  yaitu pemmbangunan  yang dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa  mengorbankan generasi yang akan datang. Bahwa pembangunan pariwisata bahari berkelanjutan  tidak boleh membahayakan sistem alam yang mendukung  semua aspek kehidupan. Pembangunan pariwisata berbasis  masyarakat mengacu kepada  upaya pemeliharaan  sistem alam yang bertujuan untuk kesejateraan masyarakat.(lewaherilla 2002)                   

  1. Aspek Oceanografi meliputi :

1)      Pasang surut.

Pasang surut adalah waktu/keaadaan dimana naik dan turunya air laut yang dihasilkan atau disebabkan oleh gerakan grafitasi di bumi oleh bulan dan gaya grafitasi penuh dari matahari.meskipun massa bulan jauh lebih kecil dari massa matahari, tetapi karena jaraknya terhadap bumi jauh lebih dekat maka pengaruh gaya tarik bulan terhadap bumi lebih besar dari pada pengaruh gaya tarik matahari.

Tinngi pasang surut adalah jarak vertical air tinggi (puncak air pasang) dan air terendah (lembah air surut) yang berturutan. Periode pasang surut adalah waktu yang diperlukan dari posisi muka air pada muka air rerata ke posisi yang sama berikutnya. Periode  pasang surut 12 jam 25 menit atau 24 jam 50 menit, yang tergantung pada tipe pasang surut. Periode dimana muka air naik disebut pasang, sedangkan padasaat air turun disebut surut. Variasi muka air menimbulkan arus yang disebut arus pasang surut, yang mengangkut massa air dalam jumlah sangat besar. Arus pasang terjadi pada waktu periode pasang dan arus surut terjadi pada periode air surut. Titik balaik (slack) dalah saat dimana arus berbalik antara arus pasang dan arus surut. Titik balik ini bias terjadi pada saat muka air tertinggi dan muka air terendah. Pada saat tersebut kecepatan arus adalah nol.

Gaya-gaya pembangkit pasang surut ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara bumi, bulan dan matahari. Penjelasan terjadinya pasang surut dilakukan hanya dengan memandang suatu system bumi-bulan sedangka untuk system bumi-matahari    penjelasannya adalah identik.Dianggap bahwa permukaan bumi, yang apabila tanpa pengaruh gaya tarik bulan, tertutup secara merata oleh laut

Rotasi bumi menyebabkan elevasi muka air laut di khatulistiwa lebih tinggi daipada garis lintang yang lebih tinggi. Tetapi karena pengaruhnya yang seragam disepanjang garis lintang yang sama, sehingga tidak bias diamati sebagai suatu variasi pasang surut.Oleh karena itu rotasi bumi tidak menimbulkan pasang surut.Didalam penjelasan pasang surut ini dianggap bahwa bumi tidak berotasi.

 Bentuk pasang surut di berbgai daerah tidak sama. Di suatu daerah dalam satu hari dapat terjadi satu kali atau dua kali pasang surut. Secara umum pasang surut di berbagai daerah dapat dibedakan dalam empat tipe yaitu ;

        a. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide)

  Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan tinggi yang hamper sama dan pasang surut terjadi secara berurutan secara teratur. Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit. Pasang surut jenis ini terdapat diselat Malaka sampai laut Andaman.

         b.  Pasang surut harian tunggal (diurnal tide)

  Dalam suatu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air      surut Periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit . pasang surut tipe ini terjadi diperairan selat karimata.

          c. Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing semidiurnal)

 Dalm satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi dan periodenya berbeda. Pasang surut jenis ini banyak terdapat diperairan Indonesia timur.

         d. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing diurnal).

  Pada tipe ini dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi duali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda. Pasang surut jenis ini terdapat diselat Kalimantan dan pantai utara jawa barat.

Secara kuantitatif, tipe pasang surut suatu perairan dapat ditentukan oleh nisbah (perbandingan) antara amplitudo unsur-unsur pasang surut tunggal utama dengan amplitudo unsur-unsur pasang surut ganda utama.

 Nisbah ini dikenal sebagai bilangan Formhazl yang mempunyai formula sebagai berikut :

 

 O1 + K1

F   =

------------

 

 M2 + S2

 

 dimana :

      F    = Bilangan Formhazl

       O1= Amplitudo komponen pasut tunggal utama yang disebabkan gaya tarik bulan.

      K1= Amplitudo komponen pasut tunggal utama yang disebabkan gaya tarik surya.

        M2   = Amplitudo komponen pasut ganda utama yang disebabkan gaya tarik bulan.

      S2   = Amplitudo komponen pasut ganda utama yang disebabkan gaya tarik surya.

Dengan demikian jika nilai F  berada antara :

            <  0,025           : Pasut bertipe ganda

            0,26 - 1,50       : Pasut bertipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol

            1,50 - 3,00       : Pasut bertipe campuran dengan tipe tunggal yang menonjol                                                                                               

            >  3,00             : Pasut bertipe tunggal (Diposaptono).

2        Gelombang.

           Gelombang di permukaan laut disebabkan oleh angin. Setiap gelombang mempunyai tiga bagian yang penting yaitu tinggi gelombang, panjang gelombang dan periode gelombang. Tinggi gelombang adalah jarak vertical antara titik terendah lembah gelombang (trough) dengantitik tertinggi puncak/punggung gelombang (cresf). Panjang gelombang adalah jarak mendatar antara dua puncak gelombang yang berurutan, sedangkan periode gelombang adalah waktu yang diperlukan antara dua puncak gelombangyang berurutan untuk melalui suatu titik yang sama.

           Umunya ukuran besar kecilnya gelombang ditentukan berdasarkan tinggi gelombang. Tinggi gelombang bisa hanya beberapa milliliter saja, tetapi juga bisa sampai puluhan meter. Gelombang permukaan laut terbesar di dunia yang pernah diukur ialah 34 meter tinnginya terdapat di samudra pasifik yang diukur oleh kapal angkatan laut Amerika ‘RAMPO’, 3 Februari 1933. (Nondji, 1987:86)gelombang yang mempunyai puncak 30 m biasanya mempunyai panjang dari puncak ke puncak 600 m. Hal itu hanya terjadi pada samudra di daerah lintang tinggi saat-saat angin taufan besar, pada zona angin siklon. Di zona duldrums (daerah tenang khatulistiwa) hal itu tidak mungkin terjadi. Di laut banda misalnya, rata-rata gelombang tertinggi yaitu 2 m, terjadi pada bulan juli di pertengahan muson tenggara. Kecuali itu dalah gelombang pasang tsunami, gelombang yang terjadi akibat gempa tektonik runtuhan didasar laut. Gelombang tsunami merambat secara radil, dari suatu titik kesegala arah, dengan kecepatan yang tergantung pada kedalaman laut.

           Ada empat factor yang menentukan besarnya gelombang di lautan terbuka yang disebabkan oleh angin, yakni kuatnya hembusan, lamanya hembusan dan jarak tempuh angin (fetch) menurut luas tidaknya kawasan laut yang dilaluinya, serta kecepatan dan arah arus dari laut itu sendiri terhadap arah angin.

           Semua gelombang bertingkah laku serupa. Sekali terbentuk, gelombang bergerak keluar dan menjauhi pusat asal gelombang. Gerak gelombang masih tetap berjalan meskipun angin tidak berhenti. Gejalah gelombang diwaktu angin teduh disebut deining atau alun. Gelombang yang disebut alun ini bergerak tenang dikawasan laut dalam, puncak-puncak alun tidak memecah, tetapi ketika memasuki dasar laut dangkal dimana kedalaman kurang dari seperdua panjang gelombang maka alun menjadi sangat terjal dan memecah.

3.   Arus

    Arus di suatu perairan dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti angin, pasang surut, gradien tekanan, ataupun gaya Coriolis. Besarnya kontribusi masing-masing faktor terhadap kekuatan dan arah arus yang ditimbulkannya tergantung pada tipe perairan (pantai atau laut lepas) dan keadaan geografisnya. Terhadap perairan peranan arus sangat penting. Pentingnya arus terutama berkaitan dengan aspek lain seperti biologi, kimia dan polutan. Kaitan arus dengan biologi yaitu dalam hal distribusi biota (bagi yang mempunyai kemampuan pergerakan yang lemah seperti phytoplankton), disamping itu juga mempunyai peran terhadap penyebaran pakan bagi biota yang hidup terutama biota yang sifatnya menetap di perairan. Bagi aspek kimia perairan adalah distribusi unsur-unsur kimia dari satu tempat ke tempat lain. Demikian juga bagi aspek penyebaran polutan adalah distribusi polutan dari satu tempat ke tempat yang lain.  Hal ini disertai dengan pertimbangan bahwa arus merupakan perwujudan dari pergerakan massa air.

    Arus laut lain yang mempengaruhi karakteristik perairan di Indonesia adalah arus laut yang dibangkitkan oleh angin. Sirkulasi angin di wilayah ini menggambarkan keadaan angin daerah tropis dan sekaligus wilayah musim. Keadaan angin yang demikian dicerminkan pula oleh arus lautnya terutama di permukaan. Pada musim barat diatas Laut Jawa bertiup angin dari barat ke timur sehingga arus Laut Jawa secara umum mengalir dari barat ke timur. Sedangkan pada musim timur arus Laut Jawa mengalir sebaliknya. Di bagian laut lainnya demikian pula arus laut permukaan mengalir hampir sama dengan arah angin yang membangkitkannya. Arus-arus di kedalaman laut yang lebih dalam lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan pasang surut dan sifat-sifat fisik lainnya seperti perbedaan temperatur, salintas dan tekanan.

         Faktor-faktor pembangkit arus permukaan.

1.      Angin, gerakan air dipermukaan laut terutama disebabkan oleh adanya angin yang bertiup diatasnya.

2.      Bentuk topografi dan pulau-pulau yang ada di sekitarnya.

3.      Gaya coriolis dan arus ekman.      

4. Angin

     Sirkulasi udara yang kurang lebih sejajar dengan permukaan bumi disebut angina. Gerakan udara ini disebabkan oleh perubahan temperature atmosfer. Pada waktu udara di panasi, rapat massanya berkurang yang berakibat naiknya udara tersebut kemudian kemudian diganti oleh udara yang lebih dingin di sekitarnya. Perubahan temperature diatmosfer disebabkan oleh perbedaan penyerapan panas oleh tanah dan air, atau perbedaan panas digunung dan lembah, atau perubahan yang disebabkan oleh sing dan malam atau perbedaan suhu pada belahan bumi bagian utara dan selatankarena adanya perbedaan musim dingin dan panas.Daratan lebih cepat menerima panas dari pada air (laut) dan sebaliknya daratan juga lebih cepat melepaskan panas. Oleh karena itu pada waktu siang hari daratan lebih panas dari pada laut. Udara di atas daratan akan naik dan diganti oleh udara dilaut, sehingga terjadi angina laut . sebaliknya pada waktu malam hari daratan lebih dingin dari pada laut, udara diatas laut akan naik dan diganti oleh udara dari daratan sehingga terjadi angina darat.

      Indonesia mengalami angina musim yaitu angin yang berhembus secara mantap dalam satu arah dalam satu periodedalam satu tahun. Pada periode yang lain arah angin berlawanan dengan angina pada periode sebelumnya. Angina musim ini terjadi karena adanya perbedaan musim dingin dan panas di benua Asia dan Australia. Pada bulan Desember, Januari dan februari belahan bumi bagian utara mengalami musim dingin, sedang belahan bumi bagian selatan mengalami musim panas. Tekanan udara di daratan Asia adalah lebih tinggi dari daratan Australia sehingga angina berhembus dari Asia menuju Australia. Tekanan udara dibelahan bumi utara lebih tinggi dari belahan bumi selatan, sehingga angina dari samudra Pasifik yang basah berhembus dari timur laut , dan karena perputaran bumi dikhatulistiwa dibelokkan menjadi barat laut . di Indonesia angina tersebut dikenal dengan angin musim barat. Sebaliknya pada bulan Juli, Agustus di Australia bermusim dingin dan Asia musim panas sehingga angina dari daratan Australia yang kering berhembus dari tenggara,dan dikhatulistiwa arah angin berubah karena perputaran bumi,menjadi barat daya. Di Indonesia angin ini dikenal Angin musim Timur. System tekanan tersebut adalah tetap sehingga angin musim bertiup dengan stabilterutama dilautan. Selat dan pegununganyang membujur dipulau –pulau dapat mempengaruhi arah angin musim. Selain itu angin local (angina darat, angina laut) dapat menyebabkan penyimpangan arah angin musim.Kecepatan angina diukur dengan anemometer.

 

5 Suhu

    Suhu merupakan hal yang penting dalam sifat fisik air laut. Suhu pada permukaan air laut selalu berubah-ubah di seluruh dunia. Suhu dibawa permukaan berubah-ubah berdasarkan tingkat kedalaman, sirkulasi udara, aliran angin, lokasi geografis, dan jarak dari sumber panas bumi seperti gunung api. Secara umum,Suhu air laut mulai dari suhu dibawa –50C hingga lebih dari  330C.

     Lautan merupakan pompa terbatas yang mengalirkan panas dari khatulistiwa ke kutub selatan dan kutub utara, dimana dibiaskan kembali ke atmosfer. Perpindahan ini mempengaruhi permukaan air laut di lautan dengan adanya arus kuat ( contohnya, arus teluk ) dari mana arus hambat dari wilayah kutub. Kedalaman air (7.500 meter) berasal dari kutub utara.

6.         Kedalaman

      . Kedalaman laut perairan Indonesia umumnya dapat dibagi dua yaitu perairan dangkal  yang berupa paparan dan perairan laut dalam. Paparan adalah zona di laut yang terhitung mulai garis surut terendah hingga pada kedalaman sekitar 120 – 200 meter, yang kemudian disusul dengan lereng yang lebih curam ke arah laut dalam ( Nontji, 1987 ).

         Pengamatan dinamika oceanografi dan morfologi pantai, seperti kondisi arus, ombak dan transpor sedimen, menjadi unsur penting dalam kedalaman lautan. Lanjut dikatakan bahwa kedalaman juga sangat berhubungan erat dengan stratifikasi suhu vertikal, penetrasi cahaya, densitas dan kandungan zat-zat hara. Kedalaman juga akan mempengaruhi karakteristik fisika kimia oceanografi perairan, selanjutnya akan memberikan pengaruh kepada keanekaragaman biota dalam suatu perairan.

            Batasan nilai kedalaman bagi kesesuaian lahan wilayah pariwisata pantai, dibagi menjadi empat kelas yaitu :

§  Kedalaman 0 – 2 m, sangat sesuai.

§  Kedalaman 2 – 3 m, cukup sesuai.

§  Kedalaman 3 – 4 m, hampir sesuai.

§  Kedalaman lebih dari 4 m, tidak sesuai.

7        Salinitas

     Salinitas atau kadar garam adalah sejumlah garam yang terdapat pada lautan dan secara umum diartikan sebagai jumlah tiap gram larutan garam dalam 1.000 gram air laut. Penelitian para ahli laut yang menganalisa contoh air laut yang diambil dari lautan terbuka, membuktikan bahwa dalam setiap satu kilogaram air laut terdapat 35 gram Larutan garam. Tingkat konsentrasi ini biasanya dinyatakan sebagai 35 bagian per ribu atau 35 o/ ooo. Kadar garam lautan bervariasi mulai dari 33 o/oo hingga 23 0/oo dengan rata-rata 35 o/oo. Kadar garam air laut secara besar tergantung pada perbedaan penguapan dengan pengendapan, tingkat keluasan, aliran sedang, pembekuan dan pencairan es. 

      Kadar garam air laut tergantung  pada tingkat kedalaman, perubahan terbesar dalam kadar garam terjadi antara 100 dan 1000 meter. Wilayah ini terdiri atas berbagai macam lapisan kadar garam yang disebut halgchine. Hal ini terjadi dengan cepat dalam kadar garam bersama suhu dan larutan oksigen permukaan.

8.  Kecerahan

         Membahas tentang kecerahan, tidak lain membahas tentang kejernihan suatu perairan. Banyak tidaknya sinar matahari yang menembus ke dalam perairan sangat tergantung dari kejernihan air. Kecerahan merupakan salah satu parameter untuk mengetahui kondisi kualitas perairan, dimana jika tingkat kecerahannya tinggi maka dikatakan bahwa perairan tersebut tidak banyak mengandung bahan-bahan organik ataupun anorganik.

         Kecerahan perairan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain absorpsi cahaya oleh air, panjang gelombang cahaya, pemantulan oleh permukaan air, lintang geografi, kekeruhan, warna air dan musim.

   Kejernihan merupakan unsur utama penilaian lokasi kegiatan pariwisata pantai untuk kegiatan penyelaman serta renang yang memerlukan keadaan air yang jernih dan tidak berlumpur ( Ditjen Pariwisata, 1990 ) dalam Nontji ( 1987 ).

            Oleh Bakosurtanal ( 1995 ), dikemukakan bahwa kriteria penentuan kawasan pariwisata pantai dalam hal kecerahan perairan, adalah 3 meter, yang lebih ditegaskan oleh Anonim ( 1999 ) dalam Hasnawi ( 2002 ), bahwa kriteria pembatas pengembangan wisata adalah tidak adanya kekeruhan.(Hasrianti 2006).s

  1. Aspek Morfologi Pantai

1). Kemiringan lereng

Pantai dapat terbentuk dari material dasar yang berupa lumpur, pasir atau kerikil ( gravel ). Kemiringan dasar pantai bergantung pada bentuk dan ukuran material dasar. Pantai lumpur memiliki kemmiringan sangat kecil sampai mencapai 1 : 5.000. Kemiringan pantai pasir lebih besar yang berkisar antara 1 : 20 dan 1 : 50. Kemiringan pantai berkerikil bisa mencapai 1 : 4. Pantai  berlumpur banyak dijumpai di daerah pantai dimana banyak sungai yang mengangkut sedimen suspensi bermuara di daerah tersebut dan gelombang relatif kecil. Pantura dan timur Sumatera sebagian besar merupakan pantai berlumpur, dan sebagian besar pantai yang menghadap ke samudera Indonesia adalah pantai berpasir. Kedua tipe pantai ini memiliki sifat yang berbeda ( Triatmodjo, 1999 ).

            Kemiringan lereng merupakan sudut antara bidang datar permukaan bumi ( topografi ) terhadap suatu garis atau bidang miring yang ditarik dari titik terendah sampai titik tertinggi pada suatu bidang lahan tertentu.

            Untuk mengetahui kemiringan lereng suatu areal, maka dapat dihitung dengan sistem grid, yaitu dengan metode jaring-jaring Wentworth ( Djurjani, 1998 ) dengan persamaan sebagai berikut :

                                   

dimana  :

     = kemiringan lereng ( % )

N      = jumlah garis kontur yang memotong diagonal

Ci     = interval kontur

L       = panjang diagonal grid

Skala            = penyebut skala peta

Hubungan antara kemiringan pantai dengan topografi diperoleh dari persamaan di atas, dan dikategorikan seperti yang tertera pada tabel berikut :

 

 

 

 

Tabel . Hubungan kemiringan lereng dengan topografi pantai

Parameter

Nilai / sebutan

Lereng pantai ( % )

0 - 2

3 - 7

>8

Relief pantai

Datar

Landai

Curam

Sumber   : Sunarto ( 1998 ) dalam Djurjani ( 1998 ),Hasrianti (2006).

Lain halnya yang dikatakan oleh Partini, dkk., 1997, bahwa kemiringan/kelerengan merupakan sudut antara bidang datar permukaan bumi terhadap suatu garis atau bidang miring yang ditarik dari titik terendah hingga titik tertinggi pada suatu bidang tertentu. Kelerengan diukur melalui interpolasi nilai-nilai kedalaman yang ada pada peta laut, ataupun hasil dari pengukuran lapangan.

            Klasifikasi relief pada dasarnya dibuat untuk memudahkan penamaan yang ada di setiap daerah penelitian misalnya untuk mengklasifikasikan tipe lahan ( bukit, gunung dan sebagainya ) serta digunakan pada survey ( pekerja teknik, pembuatan peta dan sebagainya ) dan beberapa kegunaannya yang lain ( Voskil, 1990 ).

            Relief merupakan bentuk ketidakteraturan secara vertikal dalam ukuran besar maupun kecil dari permukaan litosfer ( Sampurno, 1981 ) dalam Sastroprawiro dan Yudo ( 1996 ). Dan relief adalah beda tinggi suatu tempat dengan tempat lainnya pada suatu daerah yang juga curam landainya lereng, pla dan ukuran bentuknya, daratan, gawir dan sebagainya ( Handayana, 1994 ).

            Komar ( 1976 ), menyatakan bahwa bentuk-bentuk morfologi pantai dipengaruhi oleh proses yang datang dari daratan dan terjadi bersamaan atau bergantian pada kawasan pantai dan yang satu lebih dominan dari yang lainnya. Lebih lanjut dikemukakan bahwa pada umumnya kenampakan  yang terbentuk pada pantai menunjukkan proses yang dominan bekerja pad pantai tersebut (.Hasrianti,2006).

2) Sedimen

Seluruh permukaan dasar laut ditutupi oleh partikel-partikel sedimen yang telah diendapkan secara perlahan_lahan dalam jamgka waktu berjuta-juta tahun. Secara relatif kertebalan lapisan sedimen yang terdapat dibanyak bagian lautan, mempunyai variasi kedalaman yang berbeda-beda dari sekitar 600 meter di lautan pasifik, antara 500 meter sampai 1000 meter dilautan atlantik, 4000 meter di laut Arktik dan 9.000 meter Puerto Rico Trench.

Metode lain untuk mengklasifikasikan sedimen adalah dengan cara melihat asal mereka, sebagai berikut.

a.       Sedimen Lithogenous

           Jenis sedimen ini bersal dari sisa pengikisan batu-batuan di darat. Hal ini dapat terjadi oleh karena adanya kondisi fisik yang ekstrim, seperti yang disebabkan oleh karena adanya proses pemanasan dan pendinginan terhadap batu-batuan yang terjadi secara berulang-ulang di padang pasir, oleh karena adanya embun-embun es musim dingin,atau oleh karena adanya aksi kimia dari larutan bahan-bahan yang terdapat di dalam air  hujan atau air tanah terhadap permukaan batu.

              Partikel batu-batuan diangkut dari daratan ke laut oleh sungai-sungai. Beberapa sungai di dunia yang mengalir di daerah daratan yang begitu luas akan memindahkan sejumlah sedimen kedalam laut. Begitu sedimen mencapai lautan penyebaranya mungkin ditentukan terutama oleh sifat fisik dari partikel itu sendiri,Khususnya oleh lamanya mereka tinggal melayang-layang di lapisan air. Partikel-partikel yang berukuran besar cenderung untuk lebih cepat tenggelam dan menetap dari yang berukuran kecil. Oleh karena itu tidaklah mengherenkan jikalau pasir akan segera diendapkan begitu sampai ke laut dan cenderung untuk mengumpul di daerah dekat daratan (pantai). Endapan lumpur dan tanah liat diangkutlebih jauh ketengah laut dan kebanyakan mereka akam mengendap pada daerah continental shelf dan karena itu partikel yang berukuran paling kecil cenderung untuk diendapkan pada dasar laut yang dalam.

b)                  Sedimen Biogenous.

          Sisa-sisa rangka dari organisme hidup juga akan membentuk endapan partikel-partikel halus yang dinamakan ooze yang biasanya mengendap pada daerah-daerah yang letaknya jauh dari pantai.

c)                  Sedimen Hidrogenos.

           Jenis partikel dari sedimen golongan ini di bentuk sebagai hasil reaksi kimia dalam air laut. Sebagai contoh, manganese nodules (bungkahan-bungkahan mangan) berasal dari endapan lapisan oksida dan hidroksida dari besi dan mangan yang terdapat didalam sebuah rangkaian lapisan konsentris disekitar pecahan batu atau runtuhan puing-puing.

 

 

 

 

 

D. Kerangka Pikir         

               

 

 

 

E. Metode Penelitia

         a.. Jenis data

1)        Data Primer adalah data yang langsung di ukur dilpangan berupa hasil pengukuran.

§  Data pasang surut

§  Data Gelombang

§  Data Angin

§  Data Arus

§  Data Kedalaman

§  Data Kecerahan

§  Data Kemiringan lereng

§  Data Sedimen

2)        Data sekunder

  • Peta Penggunaan lahan.
  • Peta Rupa bumi Kabupaten Takalar.

    b.Pengumpulan dan Pengolahan data

1. Pasut.

§  Menentukan lokasi yang representatif untuk pemasangan tiang pasut (tiang skala) untuk mencatat posisinya.

§  Memasang tiand pasut pada daerah yang diperkirakan tetap tergenang air apabila air laut surut, jika lokasi tersebut kering pada saat surutmaka perlu memasang rambu pasut yang lain pada daerah yang tergenang air (perlu diingat untuk mengukur beda tinggi antara tiang pasut pertama dan rambu pasut kedua).

§  Mencatat tinggi muka air dengan interval 1 jam selama 39 jam.

 

 O1 + K1

F   =

------------

 

 M2 + S2

 

 dimana :

F = Bilangan Formhazl

O1= Amplitudo komponen pasut tunggal utama yang disebabkan gaya tarik bulan.

 K1= Amplitudo komponen pasut tunggal utama yang disebabkan gaya tarik surya.

M2 = Amplitudo komponen pasut ganda utama yang disebabkan gaya tarik bulan.

S2 = Amplitudo komponen pasut ganda utama yang disebabkan gaya tarik surya.

Dengan demikian jika nilai F  berada antara :

            <  0,025           : Pasut bertipe ganda

            0,26 - 1,50       : Pasut bertipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol

            1,50 - 3,00       : Pasut bertipe campuran dengan tipe tunggal yang menonjol

            >  3,00             : Pasut bertipe tunggal

 

 

2. gelombang

§  Menentukan stasiun pengambilan data gelombang dengan mengacu pada lokasi yang represetatif dan mencatat pada tiap lokasi.

§  Melakukan pengukuran gelombang pada tiap lokasi yang telah ditentukan (gelombang sebelum pecah) meliputi : tinggi gelombang, waktu pengukuran, lama pengukuran, arah datang dan arah garis pantai dari gelombang.

§  Untuk pengukuran tinggi gelombang dilakukan dengan cara mengukur tinggi muka air saat puncak dan saat lembah menngunakan tiang gelombang (tiang skala).

§  Pengukuran gelombang dilakukan pada waktu pagi, siang, dan sore hari

§  .Persamaan yang digunakan yaitu :

a.       Tinggi gelombang

H = Puncak ombak – Lembah ombak

b.      Tinggi ombak signifikan ( Hs )

Hs = Nilai Rata-rata dari 1/3 jumlah gelombang

c.       Periode ( T ) ombak ditentukan dengan menggunakan rumus :

T = t / N

dimana :

T = periode ombak  ( s )

t = waktu pengamatan ( s )

N = banyaknya ombak

d.      Periode ombak signifikan ( Ts )

Ts = 1,1 x T

dimana :

T = periode ombak

Ts = periode ombak signifikan

3. Arus

§  Pengukuran kecepatan arus dilakukan dengan menggunakan layang –layang arus, yakni dengan menetapkan jarak tempuh layang-layang arus (5 meter) kemudian mengukur waktu tempuh layang-layang arustersebut.arah arus ditentukan dengan menggunakan kompasdengan menshootarah pergerakan layang-layang arus.

   Besar kecepatan arus dihitung dengan persamaan sebagai berikut :                       

                                                     

          dimana :

                  V = kecepatan arus ( m/s )

      S = jarak ( m )

      t  = waktu tempuh ( s )

 

4. kedalaman.

§  Pengambilan data kedalaman dilakukan dengan menggunakan metode zig-zag dan mencatat posisi dan pengambilan data.

§  Pengukuran kedalaman menggunakan alat pemeruman (fishfinder)

§  Hasil pengukuran kedalaman akan dikoreksi dengan MSL (Mean Sea Level) pasang surut.

§  Kedalaman perairan dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:  = d­ – (h – MSL)

                            d = Kedalaman  suatu titik pada dasar perairan

                             d  = Kedalaman suatu titik pada dasar laut pada pukul t

                             h = Ketinggian permukaan air pasut pada pukul t

                              MSL = Mean sea level (MSL)                                      

5. Angin.

§  Pengukuran angin menggunakan alat Hand Anemometer.

§  Untuk arah angin digunakan layang-layang angin hasil modifikasi

6. Kecerahan.

§  Pengukuran kecerahan menggunakan alat seichi disk,

§  Menenggelamkan seichi disk hingga tepat pada saat seichi disk sudah tidak terlihat oleh mata’

§  Mengukur kedalaman seichi disk untuk memperoleh nilai kecerahan.

§  Untuk meng hitung kecerahan dipergunakan persamaan sebagai berikut :

 

%kecerahan=                                                                               X 100 %

 

7. Suhu.

§  Pengukuran suhu dilakukan secara horisontal dengan menggunakan alat thermometer batang sedangkan apabilah dilakukan secara vertikal yaitu dengan menggunakan alat salinity temperature.

8. Salinitas

§  Untuk pengukuran salinitas dilakukan dengan menggunakan alat salinometer

9. Sedimen,

§  Pengambilan sedimen dasar perairan dilakukan dengan mengunakan Bottom Grab Sampler yang dilakukan pada tiap stasiun.

§  Untukmenghitung sedimen digunakan persamaan sebagai berikut :

          % Berat =      Berat hasil ayakan (Pemipetan ) x 100%

           Menghitung %berat kumulatif :

                                           % Kumulatif  = % Berat 1 + % Berat 2

           Menghitung nilai sortasi

                                             So =

           Dimana ,       So = Nilai Sortasi

                                 Q1 = Kwartir pertama

                                 Q3 = Kwartir ketiga

           Untuk menghitung Q1 ,Q2, dan Q3 digunakan kertas semilog.

           Klasifikasi Tingkat nilai sortasi Sedimen :          

NO

                  KETERANGAN

                     SKALA

1

                    Sangat Baik

              1,0 < So < 1,17

2

                        Baik

              1,17 < So < 1,20

3

                    Cukup Baik

              1,20 < So < 1,35

4

                      Sedang

              1,35 < So < 1,875

5

                       Jelek

              1,875 < So < 2,75

s6

                   Sangat jelek

                     So > 2,75

Sumber data : Abd Malik (2006)

10. Kemiringan lereng

§  Untuk pemeteaan garis pantai dilakukan dengan mengunakan GPS (Global position system), roll meter, dan tiang skala.

§   Untuk menghitung  kemiringan Pantai digunakan persamaan sebagai berikut:

          Tg  b = y / x

        Dimana Tg b = Kemiringan Pantai

                              Y=  Kedalaman perairan

                              X = Jarak Kedalaman dari garis Pantai.   

c. Analisis Data

  Analisis yang digunakan yakni analisis deskriptif, dan analisis Matching serta Scoring.

d. Variabel penelitian.

Variabel penelitian merupakan indikatorterpenting dalam suatu penelitiaan agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris maka harus dioprasikan dengan mengubah menjadi variabel, yang berarti sesuatu yang memiliki variasi nilai.

 Berdasarkan hal diatas maka variabel yang berhubungan dengan hal tersebut diatas adalah variabel yang berhubungan dengan faktor fisik Oceaonografi dan Morfolsgi pantai yaitu :

§  Pasang surut

§  Gelombang

§  Arus

§  Angin

§  Suhu

§  Kedalaman

§  Salinitas.

§  Kecerahan.

§  Kemiringan lereng.

§  Sedimen

       e. Waktu dan Tempat

        Waktu yang dipergunakan dalam melaksanakan penelitian ini adalah selama tiga bulan dimulai dari Studi pendahuluan, survei awal, pengumpulan data-data dan pengambilan data dilapangan, analisis data dan penyusunan skripsi.

           Penelitian ini dilaksanakan di Desa Punaga Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar.

      f. Alat dan bahan

Tabel  . Alat-alat yang digunakan dalam penelitian

No.

Nama Alat

Fungsi

1

GPS ( Global Position System )

Menentukan posisi

2

Layang-layang arus

Mengukur kecepatan arus

3

Tiang skala

Mengukur pasut dan ombak

4

Grab Bottom Sampler

Pengambilan sampel sedimen

5

Secchi disk

Mengukur kecerahan

6

Fishfinder

Mengukur kedalaman

7

Kompas geologi

Menentukan arah

8

Timbangan digital

Menimbang sampel sedimen

9

Personal komputer

Mengolah data

10

Soft ware Map Info 8,0

Analisis data dan pemetaan kesesuaian lahan

11

Kamera photo

Dokumentasi

12

Alat tulis menulis

Mencatat hasil pengukuran

13

Perahu motor

Alat transportasi

14

Stop watch

Mengukur waktu

15

Steve net

Menyaring sedimen

16

Oven

Mengeringkan sampel sedimen

 

 

g.      Sistem pembobotan dan Skoring

Ada beberapa kriteria skor untuk wisata pantai ( permandian pantai ) yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel  . Kriteria pemberian skor untuk wisata pantai ( permandian pantai )

No.

Parameter

Batas nilai

 

 

Bobot

Skor

1

Kecepatan arus

( cm/detik )

Lemah

Sedang

Kuat

< 0,4

0,4 – 1,0

> 1,0

3

2

1

 

0,3

0,9

0,6

0,3

2

Substrat ( mm )

Pasir

Rock

Lumpur

0,0625 – 2

> 2

> 0,0625

3

2

1

 

0,2

0,6

0,4

0,2

3

Gelombang ( m )

Tenang

Sedang

Besar

< 0,020

0,21 – 0,50

> 0,50

3

2

1

 

0,2

0,6

0,4

0,2

4

Kedalaman ( m )

Ideal

Sedang

Tidak ideal

0 – 3

3 – 5

> 5

3

2

1

 

0,1

0,3

0,2

0,1

5

Kisaran pasang

Surut ( m )

Kecil

Sedang

Besar

< 1

1 – 3

> 3

3

2

1

 

0,1

0,3

0,2

0,1

6

Kemiringan ( % )

Datar

Landai

curam

0 – 2

3 – 7

> 8

3

2

1

 

0,1

0,3

0,2

0,1

Sumber : Anonim ( 1991 ), Djurjani ( 1998 ) dan Nontji ( 1994 ) dalam Alqifli ( 2001 ), Hasrianti (2006).

Pembobotan dimaksudkan untuk memberikan perbedaan besar kecilnya pengaruh variabel yang satu dngan variabel yang lain terhadap klas kesesuaian lahan. Selanjutnya dilakukan penilaian antara kategori sangat sesuai sampai tidak sesuai, diberikan tingkatan nilai dari besar ke kecil. Pembobotan dan nilai tersebut adalah mencari besarnya skor dari penggabungan berbagai variabel, sehingga akan terdapat perbedaan skor antara kelas yang satu dengan kelas yang lain.

Perbedaan skor inilah yang digunakan untuk memberikan klasifikasi kesesuaian lahan dari sangat sesuai hingga tidak sesuai.

Untuk menentukan kesesuaian perairan untuk lahan wisata pantai, maka dilakukan pencocokan dengan nilai parameter atau matriks kesesuaian seperti tabel berikut :

Tabel  . Matriks kesesuaian untuk wisata pantai.

No.

Parameter

Satuan

Tingkat potensi lahan

Sesuai (S1 )

Cukup sesuai ( S2 )

Tidak sesuai (S3 )

1

Pasang surut

M

< 1

1 – 3

> 3

2

Kecepatan arus

m/s

< 0,4

0,4 – 1

> 1

3

Gelombang

Cm

< 20

21 – 50

> 50

4

Suhu

0 C

25 – 28

28,1 – 30

< 25 atau > 30

5

Salinitas

0/00

15 – 25

25,1 – 32

< 15 atau > 32

6

Kedalaman

Cm

< 300

300 - 500

> 500

Sumber : Munawir ( 2002 ) dalam Hasrianti (2006)

Apabila nilai skor setiap parameter telah diketahui, maka standar  kelayakan dapat ditentukan berdasarkan rumus yang dikemukakan oleh Asmawi ( 1990 ) dalam Alqifli ( 2001 ) :

                       

 

dimana :

            NK = nilai kelayakan

TSD = total skor yang diperoleh

TSS = total skor yang sebenarnya seluruhnya

            ( skor komulatif maksimal )

            Nilai kelayakan dari hasil pengamatan kemudian diklasifikasikan berdasarkan standar kategori kelayakan yang dapat dilihat dalam tabel berikut :

 

Tabel  . Standar penentuan kategori kelayakan pariwisata pantai

Nilai kelayakan ( % )

Kategori kelayakan

80 – 100

50 -79

< 50

Sangat sesuai ( S )

Cukup sesuai ( M )

Tidak sesuai ( N )

  Sumber : Asnawi, 1990 dalam Alqifli, 2001 ( modifikasi ), Hasrinti (2006)

Kelas kesesuaian yang akan diberikan terbagi menjadi tiga kategori kelayakan sebagai berikut :

Kategori S = sangat sesuai ( highly suitable ).

Daerah ini tidak memiliki pembatas yang serius untuk menerapkan perlakuan yang diberikan atau memiliki pembatas yang tidak berpengaruh atau tidak berarti, secara nyata terhadap penggunaannya dan tidak akan menaikkan masukan/tingkat perlakuan yang diberikan.

 

Kategori M = cukup sesuai ( moderately suitable )

Daerah ini memiliki pembatas yang serius untuk mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas akan menigkatkan masukan atau tingkat perlakuan yang diperoleh.

Kategori N = tidak sesuai ( non suitable )

Daerah ini memiliki pembatas permanen, sehingga mencegah segala kemungkinan perlakuan pada daerah tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

      Bambang Triatmojo, 2003. Pelabuhan. yogyakarta. Penerbit Beta Offset..

Hallaf Hanafi, 2006. Geomrfologi sungai dan pantai. Makassar. Jurusan Geografi FMIPA Universitas Negri Makassar.

Hasrianti, 2006. Kesesuaian Lahan Wisata Bahari Melalui Parameter Fisika Oseanografi Dan Morpologi Di Pulau Samalona Sulawesi Selatan, Penerbit : Jurusan Geografi FMIPA Universitas Negri Makassar.

Malik,Abd,2006, Penuntun Praktek Oceanografi Makassar, jurusan Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam  Universitas Negri Makssar.

Niki Elistus lewaherilla.2002. Pemamfaatan Potensi Wisata Pesisir dan Lautan. Penerbit : Insitut Pertanian Bogor.

Rosmini Sudirman, 2006, Modul Oceanografi. Makassar. Jurusan Geografi FMIPA Universitas Negri Makassar.  

Sugeng Raharjo, 1996. Penerapan Teknologi Penginderaan Jauh dan Sisitem Informasi Geografi Dalam Perencanaan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan Dan Pesisir. Jakarta : FMIPA UI 35 Th

Subandono Diposaptono, 2007, Karasteristik Laut Pada Kota Pantai, Penerbit : Direktorat bina pesisir, Direktorat Jendral urusan pesisir dan pulau-pulau kecil Depertemen Kelautan dan Perikanan.

 

.

.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PATOLOGI ADMINISTRASI

SELUK BELUK GEOGRAFI

PULAU SAMALONA